webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Action
Not enough ratings
76 Chs

Part 45

Behind my smile. There is something you will never understand. I'm sad but I smile. That's my life. ~ Vincent

Dari sejak sampai di mansion Nostra Santino. Charlie hanya diam didalam mobilnya. Sedangkan Draco menghampiri Charlie yang duduk diam dalam mobilnya melamunkan sesuatu.

"Aku tak tahu apa yang kau pikirkan tapi lebih baik kau keluar dari mobil ini dan berbicara pada pacarmu yang sedang ada di kamarmu." Kata Draco yang membuka pintu kanan mobil Charlie dan duduk disana.

Charlie hanya diam

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

"Aku sedang mikirkan kesalahanku yang selama ini kuperbuat pada Ron."

"Kau makin membuatku penasaran. Memang apa saja kesalahanmu sampai dia berbuat begitu?"

"Entahlah. Dia seperti bukan Ron yang aku kenal dulu. Sifatnya yang sekarang sangat berbeda jauh. Aku sendiri bahkan tak yakin kenapa dia bisa berubah seperti itu." Ucap Charlie

"Memang itu salahku terlalu menuruti perkataan James. Dia benar aku seperti anjing yang sangat setia pada tuannya bahkan sampai rela mengorbankan sahabatnya sendiri. Seharusnya aku tak menuruti James saat itu. Seharusnya aku menolong Ron. Ini semua salahku tak mampu melindunginya." Kata Charlie

"...Menurutku ini semua bukan seratus persen kesalahanmu. Dari kata kata Ron. Sepertinya James ingin Ron celaka. Atau mungkin juga Ron dari awal punya dendam sendiri dengan James." Kata Draco

"Tidak mungkin." Ucap Charlie

"Pikirkan ini Charlie. Ron berkata bila jika kau tak percaya padanya. Bukalah kamar James dan kita akan tahu jawabannya."

"Kau benar."

"Baiklah mari kita cari tahu apa yang ada di dalam lemari James. Tapi sebelum itu kita harus menunggu waktu yang tepat. Jadi pertama kau harus temui dulu pacarmu dan menjelaskan semuanya." Kata Draco keluar dari mobil Charlie

Charlie pun keluar dari mobilnya dan menutup pintunya. Kemudian berlari ke dalam mansion.

***

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Charlie kepada Lucas

"Dia baik baik saja, hanya luka luka kecil yang sudah kuobati." Kata Lucas meninggalkan Charlie berdua dengan Victoria.

Charlie duduk di depan Victoria dengan ekspresi canggung.

"Kau baik baik saja?" Tanya Charlie

"Ya. Kenapa kau melakukan ini? Apakah kau tak bosan hidup di dalam kepura puraan?" Jawab Victoria singkat

Charlie menarik nafas panjang

"Aku minta maaf Vic. Tentu saja aku bosan. Aku melakukan ini karena aku takut kehilanganmu. Aku takut kau meninggalkanku."

Victoria tersenyum kecil

"Sudahlah, aku memaafkanmu." Kata Victoria mengelus rambut Charlie.

"Benarkah?"

"Ceritakan dulu rahasia apalagi yang kau sembunyikan dariku."

"Baiklah." Charlie langsung mengunci pintu kamarnya dan duduk disebelah Victoria.

"Kau mengenal Ronald Boston kan? Pria dengan wajah luka bakar itu."

"Ya aku pernah menemuinya di sebuah pesta saat bersamamu dan kau menceritakan beberapa hal tentangnya."

"Benar. Dia sering membuat ulah dengan menghack dan mengcrack saat itu. Jadi James terpaksa menyerahkannya di Hongkong, China dengan imbalan uang yang sangat banyak pula. James menyerahkan Ron karena dia bilang karena jika kita tak menyerahkan Ron semua data mengenai kita akan dibocorkan. Jadi saat itu ada yang mengetahui tentang rahasia kita tapi kami tidak tahu siapa. Jadi tanpa memberitahu Ron. Aku terpaksa mengantarnya kesana dengan alasan untuk menjalankan misi. Seharusnya aku menuruti perkataan James dengan tidak berbuat ulah dengan mencuri koper dulu. Tapi kami melakukannya. Karena aku kehabisan alasan pada Ron. Hasilnya tak seperti yang kuduga saat berhasil mencuri tas itu dan melakukan perlawanan. Kami dijebak. Ada banyak kumpulan CIA di gedung itu. Kami kehabisan senjata dan akhirnya Ron tertembak. Dan saat itu juga ada yang meledakkan gedung itu sehingga menyebabkan sebagian besar gedungnya terbakar. Sisi bagusnya sebagian CIA mundur. Aku ingat betul saat senjataku habis dan terjadi kebakaran. Tangan kananku memegang smoke granat dan di tangan kiriku aku memegang tas besar penuh berlian, emas dan uang sambil memandangi Ron yang tergeletak menahan sakit karena tertembak. Kedua tanganku gemetar melihatnya. Saat itu pikiranku kacau dan bingung. Ketika seorang CIA menembak Ron lagi di kakinya. Kuputuskan untuk kabur dari sana dengan smokeku. Setelah berhasil keluar dari gedung. Aku berlari menuju mobilku dan melaju cepat. Disertai dengan beberapa agent CIA mengejarku dari belakang mobil. Saat aku baru melaju mobilku tidak terlalu jauh dari gedung itu. Namun aku mendengar suara ledakan dahsyat dan menyebabkan beberapa kaca di beberapa gedung pecah. Aku juga mendengar suara gedung roboh. Pikiranku semakin kacau dan tidak tenang namun aku mencoba berpikir positif. Dan benar seperti dugaanku ketika aku melewati jembatan. Kulihat gedung itu sudah roboh dan terbakar. Pikiranku makin kacau saat itu dan tak pernah berhenti memikirkan kejadian itu. Lalu sekarang aku ingin memecahkan misteri yang mungkin akan menjawab pertanyaan pertanyaanku tentang Ron."

"Misteri apa?"

Charlie berbisik

"Ada misteri di kamar James. Saat itu Ron bilang kan? Aku sendiri bisa lupa jika Draco tidak memberitahuku. Jadi aku butuh waktu yang pas untuk masuk ke kamar James. Kau mau membantuku? Ini hanya rahasia untuk kita bertiga."

"Baiklah, mari kita memecahkannya bersama sama. Kita tunggu mansion ini sampai hanya ada kita bertiga."

***

Tok! Tok! Tok!

"Draco Bangun!!! Ini hari pertama sekolahmu!!!" Teriak Vincent dari balik pintu kamar Draco

"Ughhhhh sial!!! Bisakah aku masuk besok saja?! Aku benci sekolah! Ditambah lagi. Apa yang harus kukatakan pada sahabat sahabatku ketika aku mungkin bertemu mereka?"

"Turuti apa kata James saja. James juga bilang kau tak perlu mendengarkan gurumu seratus persen. Kau bisa melamun sepuasmu saat pelajaran dimulai." Kata Vincent sambil membuka pintu kamar Draco

"Baiklah cukup adil." Kata Draco turun dari ranjang dan ke kamar mandi.

"Jangan lupa untuk turun ke bawah dan sarapan. Kunci mobil lamborghini hitam advendatormu ada di James." Kata Vincent sedikit berteriak ke arah kamar mandi Draco kemudian menutup pintu kamar Draco.

Draco pun keluar dari kamar menuju ruang makan dengan mengenakan jins biru muda robek robeknya, kaos lengan panjang berwarna biru dan sepatu sneakers berwarna abu abu. Ia juga membawa tas ransel hitam di tangan kanannya.

"Wow sepertinya ada yang sudah siap sekolah hari ini." Ledek Luke

"Aku tidak pernah bilang aku siap untuk sekolah." Ucap Draco

"Pfffft." Vincent menahan tawanya

Setelah selesai dengan sarapannya. Draco pun menghampiri James. James mengerti maksud Draco dan memberikan kunci mobil Draco. Ketika Draco baru saja ingin mengambil kunci mobilnya. Tangan James kemudian menarik kembali kunci mobil Draco.

"Sebelum kau pergi. Ingat jangan sampai membuat ulah dan jangan sampai berkelahi disekolah. Ini adalah test kesabaranmu. Sekeras apapun mereka memukulmu. Cobalah untuk menahan emosimu." Kata James

"Baiklah." Kata Drac sambil mengambil kunci mobil itu dan memakai hoodie hitam yang Ia keluarkan dari tas hitamnya sebelum memasuki mobilnya. Anak buahnya juga mengantarkan anjing doberman besar pada Draco dan memasukkannya ke mobil Draco.

***

"Arghh sial! Ujian ini memang sangat berat bagiku." Kata Draco pada dirinya sendiri sambil mengendarai mobil mewahnya.

"Aku paling tidak bisa mengendalikan emosi."

"Baiklah tenang Drac, ini hanya sekolah bodoh yang tak berguna. Yang kau lakukan hanya pergi kesana dan berpura pura bahwa tak ada orang disana dan pulang. Jika kau tertekan cobalah untuk kabur dan merokoklah. Kau beruntung, aku membawa rokok." Kata Draco pada dirinya sendiri.

"Sial! Lama lama aku jadi gila sungguhan."

"Beruntung aku kemarin membelimu, anjing penjaga terlatih jadi kau bisa menjaga mobilku, Rex." Kata Draco sambil mengelus kepala anjing itu.

"Guk!"

"Dari bangunannya sih cukup meyakinkan. Tetaplah disini dan jaga mobilku akan kubawakan kau makan lagi setelah aku pulang." Kata Draco sambil memarkirkan mobilnya di tempat parkir sekolah. Ketika Ia keluar .

Semua mata pun menuju ke arahnya.

"Sial!" Kata Draco langsung menutupi wajahnya dengan topi dan hoodienya.

Bahkan ketika Ia masuk ke dalam sekolah dan membuka lockernya untuk mengambil beberapa buku. Semua mata masih tertuju padanya.

Sial! Memangnya apa yang mereka lihat? Batin Draco

"Draco?!" Pekik Felix tak percaya

"Darimana saja kau!?" Ucap Michael sambil menanahan tangan Draco yang baru ingin pergi.

"Aku butuh waktu untuk sendiri." Ucap Draco kemudian melepas tangan Michael yang menahannya. Draco pun bergegas pergi namun ketika Ia berlari. Ia pun menabrak anak seumuran dengannya dan anting anting di telinganya. Warna rambut dan matanya berwarna cokelat.

"Hei berengsek hati hati!! Jalan pakai mata!" Sambil mendorong Draco

Draco masih menahan emosinya

Tenanglah Drac. Kau harus tenang. Kendalikan dirimu.

"Kau benar benar tak tahu ya siapa aku?" Kata anak itu lagi.

Draco hanya diam. Semua pandangan mata kini menuju pada mereka.

"Benar benar belagu. Kau pasti baru disini. Karena kebetulan baru akan kuberi tahu siapa aku." Katanya sambil mengisyaratkan pada teman temannya yang berada di belakangnya untuk menghajarnya.

Salah satu teman yang ada di belakangnya kemudian memukul keras perut Draco kemudian yang lainnya mengangkat dan membanting Draco ke lantai. Kemudian anak itu menarik rambut Draco dan berkata

"Kami tahu siapa kau bajingan. Anak berengsek yang kabur dari keluarga kaya raya berengsek itu kan?"

"HEI!!! APA APAAN INI?!?!" Ucap Stephen putera tunggal Robert yang lebih tinggi daripada anak bermata cokelat dan berambut cokelat itu

"Kau sudah tahu aturannya Richard!" Sambil mengangkat kerah baju anak berambut cokelat dan bermata cokelat itu. Kemudian Stephen melempar Richard hingga terjatuh.

"AKU TAK MAU MELIHAT YANG SEPERTI INI LAGI!!! KALIAN MENGERTI?!?!"

Seketika itu pula Richard serta teman temannya meninggalkan Draco dan Stephen.

Saat itu juga Stephen mengulurkan tangan pada Draco dan membawanya keluar dan membawanya ke tempat yang sepi di sekolah.

"Terima kasih Stephen." Ucap Draco

"Sama sama. Tapi bukannya kau bisa berkelahi?" Tanya Stephen

"James menyuruhku untuk tak berkelahi dan menahan diri serta menahan emosiku pula. Ini sangat sulit. Bahkan tadi pun aku hampir ingin menghajar balik mereka jika kau tak datang." Kata Drack

"Wow, ujian macam apa itu. Susah sekali ya. Apalagi keputusan James sangat tak tepat dengan lingkungan di sekolah ini. Kau ingat anak yang berlagu sok di depanmu tadi? Yang menyuruh teman temannya menghajarmu itu. Namanya adalah Richard Craig. Dan teman teman beranting di belakangnya. Mereka adalah geng yang paling ditakuti anak anak disini. Mereka adalah The King's Blade. Mereka dipimpin oleh Victor Winston Wayne. Victor seangkatan denganku. Victor tidak naik kelas 2 kali." Kata Stephen

Stephen menggelengkan kepalanya.

"Dasar geng berandalan sialan." Ucap Stephen

"Lalu kenapa mereka takut padamu?" Tanya Draco

"Karena mereka tahu,aku adalah salah satu anggota geng yang dipimpin oleh Harry. Meskipun mereka telah lulus dari sini tapi mereka tetap ditakuti." Kata Stephen

"Mereka? Siapa saja anggotanya?" Tanya Draco

"Ya, Harry, William, Kevin, Marvin, Aku dan Christian." Ucap Stephen

"Jadi mereka anak anak John, anak anak James serta putera tunggal Robert. Bukannya setahuku Christian lebih muda satu tahun dari aku?" Tanya Draco

"Ya, kau benar meskipun masih kecil dia tetap saja mematikan. Dia pernah membunuh orang pertama kali saat dia berumur 7 tahun." Ujar Stephen

"Wow. Aku rasa aku tak heran kenapa gengmu itu ditakuti." Ucap Draco

Kring! Kring!

Bel pun berbunyi.

"Baiklah aku harus ke kelas. Bilang aku jika ada apa apa lagi." Kata Stephen sambil berlari kembali ke kelas.

Draco pun juga ikut berlari masuk ke kelas. Semua mata tertuju padanya.

Termasuk pandangan Felix dan Michael.

Sial kenapa aku harus sekelas dengan sahabat lamaku?

Saat itu hanya ada tempat duduk yang kosong yaitu bersebelahan dengan jendela kaca. Draco pun langsung meletakkan tasnya dan memangku dagunya dengan tangan kirinya sambil memandang keluar jendela kaca itu.

Draco pun melamun sepanjang pelajaran. Sementara gadis yang tepat berada di meja sebelahnya memandangnya sebentar. Ia berambut cokelat dengan mata cokelat pula.

Ketika jam istirahat. Draco pun tetap melamun dan tak keluar dari kelasnya begitu pula dengan gadis yang berada di sebelah meja Draco.

"Drac kau benar benar berubah. Kau tak mengenakan antingmu lagi?" Tanya Felix

"Ada apa denganmu? Darimana saja kau bung?"

"Maaf tapi aku sementara ingin sendiri dulu. Aku masih sedang memikirkan sesuatu."

"Hei bung! Ayo keluar! Ini istirahat kau tak akan mau menghabiskan waktumu disini seharian." Teriak remaja pirang bermata biru dari pintu kelas Draco.

"Aku pergi dulu." Kata Draco singkat sambil meninggalkan Michael dan Felix.

"Sejak kapan Ia bisa dekat dengan Stephen? Dan sejak kapan Stephen tersenyum jika untuk bukan orang orang terdekat dengannya?" Tanya Felix

"Entahlah. Benar benar aneh." Kata Michael.

"Laura! Ayo makan!" Kata gadis berambut cokelat yang sedang berada di depan pintu kelas.

Gadis yang duduk bersebelahan dengan Draco tadi pun mengikuti gadis yang mengajaknya tadi.

***

"Kau dibully lagi dengan teman teman sekelasmu?" Kata Stephen sambil memakan makanannya

"Tidak, mereka hanya sahabat sahabat lamaku."

"Ada apa Drac?"

"Entahlah Stephen. Aneh saja rasanya. Biasanya kerjaanku hanya main dengan anak anak dari anggota Nostra Santino atau pun dengan anggota anggotanya tapi sekarang aku harus duduk disini dan belajar lalu banyak masalah disana sini. Aneh saja jika sudah lama tak bertemu dengan mereka lagi. Rasanya berbeda tak sama seperti dulu lagi. Lalu mereka pun menyerangku dengan pertanyaan pertanyaan mereka. Aku tak tahu aku harus jawab apa."

"Memang tak ada yang sama jika sudah tak bertemu dengan waktu yang lama. Berbohonglah pada mereka. Tapi dekati mereka ketika kau sudah siap. Jika kau tak siap maka menyendirilah. Jika kau mau kau bisa bersamaku setiap sebelum bel dan ketika jam istirahat. Ayolah makan makananmu!"

"Baiklah. Aku sedang tak nafsu makan."

"Oh ayolah Draco! Jika sampai terjadi apa apa padamu. Mungkin aku jadi sasaran ayahku karena tak menjaga adik kecilku dengan baik. Sekarang makan atau aku akan menyuapimu." Canda Stephen.

"Ughh... baiklah. Aku akan makan."

Draco pun akhirnya memakan makanannya.

"Kau puas?"

"Ya." Kata Stephen sambil tertawa.

***

The King's Blade

1. Victor Winston Wayne

20 years old

2. Richard Craig

15 years old

3. Ethan Alessandro

16 years old

4. Ezra Clinton

16 years old

5. Carlos Washington

16 years old

6. Mason Rolando

15 years old

7. Cody Lorenzo

15 years old