webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Seni bela diri
Peringkat tidak cukup
76 Chs

Part 35

With discipline, belief and the right knowledge, we become the best we can be. Mistake have the power to turn you into something better than you were before. It's not how we make mistakes, but how we correct them that defines us. ~ Tom

"Aku selalu bertanya tanya kenapa hidupku sangat menyedihkan. Hal yang kulakukan tak pernah membuat mereka puas. Aku hanya ingin mendapatkan keluarga yang menyayangiku seperti anak anak lain."

"Dari seribu kebaikan yang kamu lakukan. Mereka hanya akan ingat satu kesalahan yang kamu buat. Begitulah manusia tak pernah puas dengan apa yang mereka miliki baik secara langsung ataupun tidak. Mereka juga akan datang padamu jika mereka menginginkan sesuatu darimu. Itulah dunia kehidupan selalu tidak adil."

"I think I'm a Devil. I'm a monster. I'm a murder. Look at me. I'm full of blood. Millions are dead because of me. I've invited the devil in. I let him in and now I can't get him out. I've tried to burning him out and cutting him out but he still inside me. I can't do this. Please just let me die." Kata Draco

"No! Please don't take this way. It's not your fault. There is another way to fix all this. Just trust me and you will safe and forget all about this. Just close your eyes and take my hand. I will lock your devil and never let him out then you live in peace. But you must forget all about us." Kata Leo

Arggghhh!!!

"Fuck! Kepalaku sakit. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di masa lalu tapi aku tak mengingatnya. Hanya potongan potongan kecil ingatan dari masa lalu. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi padaku dulu?!" Draco memegangi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Mimpi buruk? Aku mendengar teriakan tadi kukira ada sesuatu." Kata Tom yang baru saja membuka pintu kamar Draco.

"Yah begitulah. Aku bermimpi seperti ada sesuatu yang terjadi di masa lalu tapi aku tak bisa mengingatnya." Mimpi yang sangat aneh sangat terasa nyata."

"Yah... Aku pernah mengalaminya juga entah kenapa. Masa laluku juga kulupakan bahkan aku sudah tak ingat bagaimana orang tuaku mati. Setiap kali mengingatnya pasti terasa sakit. Mungkin itu karena trauma."

"..."

"Ngomong ngomong kau hampir SMA Drac, John menyarankan ke sekolah yang sama dengan sekolah Harry, Willian, Kevin, dan Marvin dulu. Bagaimana?"

"Aku terserah mau disekolahkan kemana. Aku tak mau pilih pilih. John tau yang terbaik."

"Baiklah kuanggap itu sebagai kau metujuinya."

"Tom?"

"Ya?"

"Apakah aku boleh lebih baik tidak sekolah saja? Aku terlalu malas untuk sekolah. Belum lagi aku malas punya teman. Aku kan sudah bisa mengelolah bisnis sendiri."

Tom langsung menjitak kepala Draco.

"Tentu saja tidak. Apa kata James nanti? Apalagi kau harus sekolah untuk perusahaan yang sudah menunggumu. Meskipun kau bisa mengelolah bisnis namun sekolah itu penting. Apa kata orang orang jika mendengar pria berumur 20 tahun sudah memegang perusahaan namun belum sekolah."

"Kalau begitu aku tidak punya pilihan lain selain pergi ke penjara setiap tahunnya."

"Ayolah sekolah tak seburuk itu nak dan sekolah bukanlah penjara. Ngomong ngomong kau sudah akrab dengan keluarga Kingstone?"

"Ya, tapi ini agak aneh. Maksudku jika aku berada di sana aku selalu merasa canggung entah kenapa. Tapi aku rasa ini sudah menjadi sikapku dari dulu. Selalu merasa tak nyaman di dekat keluargaku padahal sepertinya tak ada yang salah dengan mereka."

"Mungkin itu karena kau kurang dekat dengan mereka. Oh ya ini sudah malam sekali aku tak mau membuatmu lelah untuk misi besok. Selamat tidur Draco." Kata Tom sambil menutup pintu kamar Draco dan melangkah pergi. Draco pun segera melanjutkan tidurnya.

***

"Luke kau tak ada kerjaan hari ini?"

"Tidak, memangnya kenapa?"

"Kau ingin bersantai dan bermain baseball?"

"Memangnya aku ini anak anak?"

"Ya, tampangmu terlihat seperti bocah SMA meski kau sudah berusia 28 tahun bagiku."

"Baiklah aku rasa aku akan ikut bermain."

"Jangan lupa pakai pakaian seperti orang biasa saja tak usah memakai jas. Kita akan bermain di tempat umum. Kau tak mau kita menjadi pusat perhatian kan?"

"Oke. Aku akan berada di sana 15 menit lagi. Ngomong ngomong aku akan ajak anakku."

"Baiklah kurasa itu akan menyenangkan. Cepatlah."

Tom pun menutup teleponnya dan langsung menyiapkan perlengkapan baseball yang diperlukan.

Dari kejauhan ada seorang pria bertopi mengamati Tom.

"Sepertinya aku kenal orang itu." Kata pria yang sedang duduk bersantai itu.

"Astaga apa itu kau Luke?!"

"Yah, ini benar aku." Kata Luke sambil tersenyum dan mengangkat kedua tangannya.

"Kau persis terlihat seperti bocah SMA. Tidak kupercaya kau benar benar berpakaian seperti bocah SMA."

Luke pun tertawa

"Oh ya ini adalah Paman Tom. Apa kau masih ingat Nicholas?"

Nicholas hanya tersenyum dan memeluk Tom.

"Oh lihat dirimu pria kecil kau sudah besar. Apa kau rindu paman Tom, Nicho?" Sambil mengangkat Nicho ke atas dan menggendongnya.

Nicholas pun hanya tertawa

"Kau mau bermain baseball? Akan kuajari kau caranya." Kata Luke

Nicho pun hanya mengangguk

Tom pun menurunkan Nicholas dn membiarkan Luke mengajari Nicho bagaimana caranya bermain.

Tom pun sadar bahwa pria dibelakangnya memandanginya.

"Luke aku ke sana sebentar." Kata Tom sambil mendekati pria itu.

"Baiklah."

Sepertinya aku kenal pria ini

"Kau sangat sombong Thomas, bahkan sahabatmu sendiri kau lupakan."

"B-Benjamin Edward Crawford?!?!"

"Kemarilah kawan." Kata Edward sambil memeluk sahabatnya itu

"Kenapa kau meninggalkan CIA?"

"A-aku tak bisa bilang alasannya Ben."

"Aku sudah melihat pandangan itu ratusan kali. Kau selalu saja menyimpan rahasia. Tom, aku mengerti jika kau meninggalkan CIA karena kejadian yang menimpa timmu bertahun tahun lalu tapi meninggalkan CIA bukan berarti kau boleh menghilang seenaknya."

"Kau masih bekerja disana?"

"Tidak. Aku menjadi dokter seperti impianku dulu dan menjadi kepala perusahaan sekarang. Bagaimana denganmu?"

"Sama sepertimu."

"Apakah itu sahabatmu?"

"Ya."

"Kau bersahabat dengan anak SMA?!"

"Tidak tampangnya saja seperti anak SMA, dia sudah berusia 28 tahun dan anak kecil disana adalah puteranya."

"Apakah dia temanmu Tom?" Kata Luke menghampiri mereka sambil menggendong anaknya.

"Ya. Dia adalah sahabatku dulu."

"Wow. Kukira dulu kau hanya bersama Ray saja. Namaku Luke Bernadeth. Kau bisa memanggilku Luke."

"Namaku Benjamin Edward Crawford."

"Ceritakan bagaimana kalian bertemu." Kata Luke

"Kurasa saat aku masih sekolah. Aku bertemu Ben. Dia adalah siswa terpandai di sekolahku. Dia juga sangat baik padaku dia juga suka mengaturku dan menasehatiku karena dulu anak yang sangat kacau dan punya banyak masalah. "

"Ya. Tom adalah anak yang sangat bermasalah. Nilainya hancur, Sering tertangkap polisi beberapa kali, Sering minum alkohol, merokok, dan sering terlibat perkelahian. Saat pelajaran berlangsung dia sangat pendiam. Kukira pertamanya dia adalah pembuli di sekolah karena terlibat banyak kasus namun aku salah. Dia hanya menghajar temannya jika dia diganggu. Beberapa gadis berpikir bahwa Tom adalah anak yang tampan dan menyukainya tapi Tom tak peduli untuk hal hal seperti itu. Tak ada yang mau berteman dengannya karena takut dengannya. Aku penasaran dengannya. Kenapa dia melakukan semua itu. Jadi kudekati dia seperti mencoba berbicara dan sebagainya. Ternyata dia berbuat semua itu karena kebakaran orang tuanya, dia depresi, dia sangat tertekan, dia merasa bersalah, apalagi usianya pun masih kecil saat itu semua terjadi. Tak bisa kubayangkan seorang anak kecil mengalami itu semua. Apalagi dia pun menjalani kehidupannya yang sangat kacau sampai SMA. Terkadang dia juga mencuri. Kukira dia mencuri untuk dirinya sendiri namun aku lama kelamaan mengerti semua yang Ia lakukan adalah untuk adik perempuannya. Dia sangat baik kepada adiknya dan selalu mencoba menjadi kakak yang terbaik. Semua yang dikatakan orang orang mengenai dirinya salah besar. Lalu aku mencoba sedikit demi sedikit mengarahkannya ke jalur yang benar. Seperti membantunya dengan pelajarannya, tugasnya dan lain lain. Waktu pun berjalan. Semua hal pun membaik dia sudah mengurangi alkohol, rokok, ia pun tak lagi mencuri, menghajar orang sembarangan, dan sudah tak lagi ditangkap polisi. Harus kuakui dia adalah salah satu drummer terbaik di sekolahku. Tom juga sangat sulit mengendalikan emosinya jika marah kepada orang lain. Dia pasti sudah menghajar habis habisan orang yang membuatnya marah. Dulu aku ingat ada anak yang membuli dan sering mengganggu adik perempuannya. Dia pun sangat marah. Kucoba kutahan dia namun hasilnya nihil. Akhirnya dia pun menghajar anak itu habis habisan. Ketika kami sudah lulus aku pun meninggalkan Tom untuk bekerja dan saat sudah mendapat pekerjaan itu aku kembali pada Tom dan menawarinya bekerja denganku. Setelah beberapa tahun bekerja. Tom pun berhenti dan menghilang. Lalu kita pun kembali bertemu lagi disini."

"Aku sungguh tak menyangka dulu kau begitu Tom. Kau tak pernah bercerita padaku."

"Aku malas menceritakannya. Terlalu panjang sampai membuat mulutku lelah berbicara."

"Dasar."

"Oh ya aku masih menyimpan foto foto Tom ketika masih muda." Kata Edward sambil mengeluarkan foto foto dari tasnya dan menunjukkannya pada Luke.

"Aku rasa aku mengerti kenapa saat Tom muda. Banyak gadis gadis yang menyukainya."

Mereka pun langsung tertawa.