webnovel

The Loneliest CEO

Alexander Grando adalah seorang CEO yang tampan dan kaya. Tetapi ia memiliki masa lalu yang kelam. Dahulu kala dia adalah seorang mahapatih di Kerajaan Jawa. Karena kesalahannya yang mengakibatkan calon permaisuri raja bunuh diri. Ia di kutuk oleh dewi bulan dengan menjalani hidup abadi, kutukan itu akan berakhir jika ia berhasil menemukan reinkarnasi raja dan calon permaisurinya, lalu menyatukan cinta mereka dalam ikatan pernikahan. Kemudian grando mendirikan sebuah biro jodoh demi menemukan raja dan calon permaisurinya. Apakah Grando berhasil menemukan Raja dan calon Permaisurinya? Apakah ia berhasil mengakhiri kutukan hidup abadinya?

Sisca_sisi · Fantasi
Peringkat tidak cukup
17 Chs

Pertemuan Tak Terduga

Hari itu terlihat sangat kacau di sebuah ruang kantor yang berlokasi di kota Jakarta, beberapa dokumen berserakan. Di dekat jendela, terlihat seorang CEO yang tampan. Ia berpostur tinggi 185cm, dengan berat badan ideal dan usianya nampak berkisar di angka 35tahun. Dia sedang merapihkan kertas – kertas itu di meja kerjanya. Dia adalah Patih Mahawira. Seseorang yang sedang menjalani kutukan yang berikan oleh Dewi Bulan. Dan ia telah hidup selama lebih dari 700tahun. Tetapi ia tidak pernah menua. Roda usianya terhenti saat ia membuat kesalahan di masa lalu.

Patih Mahawira hendak membubarkan biro jodoh yang saat ini ia pimpin.

Sudah rutin setiap 20 tahun sekali ia selalu mengganti nama perusahaan dan juga nama nya sendiri untuk mengurangi kecurigaan klien nya karena dirinya yang tidak pernah menua selama ratusan tahun. Ia duduk di meja kerja nya sambil memikirkan sebuah nama bersama dengan sekertarisnya. Kemudian ia memanggil Bambang yang merupakan sekertaris ke 20 nya untuk berdiskusi dengannya. Lalu Bambang datang dan duduk di hadapannya.

"Kalau menurut saya nama anda diganti saja jadi.. itu tuh, Alexander". Kata Bambang.

"Engga ah,, itu terlalu kebule – bulean Bambang!!!" . Teriak Mahawira sambil menggebrak meja.

"Eh,, tidak masalah bos, jaman sekarang itu lagi ngehitz nama yang kebule – bulean". Kata Bambang.

"Hmm,, Ia juga sih, Alexander ya,, tapi masa Alexander aja, tambahin lagi dong". Pinta Mahawira.

"Ah,, gimana kalau Alexander Grahambel, kaya nama pencipta telpon gitu deh". Ucap Bambang

"Engga ah,, masa nyontek sih". Kata Mahawira.

Mahawira masih memikirkan nama belakang yang cocok untuknya. Dan akhirnya ia menemukannya.

"Yeah, Alexander Grando! Itu namaku yang baru". Teriak Mahawira.

"Wah bagus itu bos". Ucap Bambang sambil bertepuk tangan.

"Hahaha.. hahahaa.. hahaha.. ehk,, ehk.. apaan nih, nyamuk sialan". Mahawira tertawa dan kemudian tersedak karena nyamuk masuk di tenggorokannya.

"Aduh bos,, kenapa nih". Bambang menepuk – nepuk bahu Mahawira yang sedang tersedak nyamuk.

"Tidak apa – apa, mari kita lanjutkan". Kata Mahawira yang kini telah berubah namanya menjadi Grando.

Kemudian mereka memikirkan nama yang cocok untuk biro jodohnya yang baru.

"Gimana kalau PT Cinta Sejati". Bambang mengungkapkan ide nya.

"Hmmm,, masih ada yang kurang deh, perusahaan kita kan biro jodoh yang mencarikan cinta sejati,, jadi apa ya?". Mahawira yang berpikir keras.

"Ahaaaa,, gimana kalau PT Mencari Cinta Sejati aja bos, cocok deh".. Kata Bambang.

"Wah,, kampungan banget. Tapi boleh deh,, yaudah, tolong siapkan administrasinya ya. Semua data pribadi saya dan data perusahaan harus segera di ganti. Mulai hari ini panggil saya Grando, CEO PT Mencari Cinta Sejati.. Hahahah.. hahahahaaaa". Kata Mahawira dengan lantangnya.

Dan begitulah awal mulanya PT Mencari Cinta Sejati dibentuk.

Beberapa bulan kemudian di penghujung tahun, Grando dan sekertarisnya harus menyusun laporan untuk tutup buku. Laporan itu harus mereka serahkan ke pemerintah. Mereka juga harus menyusun laporan pajak akhir tahun. Hal itu membuat Grando dan Bambang menjadi sangat sibuk. Bambang terus mengeluh dan meminta Grando untuk merekrut karyawan baru untuk membantunya menyusun laporan.

"Aduuh gusti,, peliss dong pelisss,,, saya capek beneran deh, udah harus jadi konsultan, harus buat laporan juga,, pusing". Kata Bambang.

"Diam kau Bambang! Cepat kerjakan!". Perintah Grando.

"Duh,, saya mau resign aja deh bos, dari pada tangan saya keriting ngetik 7 hari 7 malam, pokonya saya mau bilang sama Ayah, bisa – bisanya Ayah pensiun dini dan ninggalin kerjaan begini banyak". Bambang mengeluh.

"Ohh ya jangan dong Bambang ku sayang". Sahut Grando dengan tatapan nakal.

"Ih amit – amit ah, saya normal tau". Kata Bambang.

"Ayahmu kan sudah sakit – sakitan, sebagai anak berbakti kamu harus menggantikan ayahmu,, ya kan". Grando sambil kedip mata sebelah kanan.

"Iya tapi pokoknya harus rekrut pegawai baru, cewe yah". Pinta Bambang.

Grando menyetujui permintaan Bambang untuk merekrut karyawan baru, tetapi ia menolak permintaan karyawan wanita karena ia tidak pernah bekerja sama dengan wanita. Ia ragu jika harus merekrut seorang pegawai wanita. Maklum saja karena ia adalah orang jaman dulu yang masih menganggap bahwa wanita tidak bisa diandalkan dalam urusan pekerjaan. Ia mengatakan pada bambang bahwa ia akan merekrut pegawai baru. Tetapi bukan perempuan, melainkan laki – laki. Meski kecewa akhirnya Bambang sepakat dengan keputusan Grando.

Jam menunjukan pukul 5 sore bertanda bahwa waktu nya pulang. Bambang sudah bersiap, lalu ia menuju ruangan Grando untuk mengajaknya pulang. Tetapi Grando menolak. Ia mempersilahkan Bambang untuk pulang lebih dahulu, dan ia akan pulang dengan menaiki bis. Hari mulai gelap, Grando membereskan dokumennya dan bersiap untuk pulang. Ia keluar kantornya dan merasa lapar. Kemudian ia memutuskan untuk pergi ke minimarket terlebih dahulu sebelum pulang. Di minimarket ia mengambil roti dan minuman dingin. Saat hendak membayar, rupanya ia tidak membawa dompet. Dibelakangnya sudah ada banyak yang mengantri. Lalu seorang wanita muda di belakangnya mengeluarkan uang dan memberikannya ke kasir. Dia adalah Vita.

"Aduh, om ini ganteng – ganteng tapi kere". Kata Vita sambil memberikan uang.

"Makasih yah, nanti kalau kita ketemu lagi pasti aku ganti". Grando keluar dari minimarket sambil berkata "Kasar banget sih cewe itu, dasar anak jaman sekarang". Kemudian ia mengela nafasnya.

Setelah keluar dari minimarket, ia mencoba menelpon bambang untuk minta dijemput, tetapi handphone nya tiba - tiba lowbat. Kemudian ia mengejar Vita dan meminjam kartu nya untuk menaiki bus. Grando menuliskan nomor HP nya untuk dihubungi wanita itu besok, dan dia bersedia untuk membayar hutangnya. Vita nampak kesal karena sebenarnya ia sedang bokek, namun akhirnya ia mengantarkan Grando ke halte busway. Setelah bus datang ia mengetap kartunya untuk membayari Grando. Kemudian ia pergi. Sambil mengeluh.

"Bukannya dapat uang, malah rugi. Nasib jadi pengangguran. Hiksss". Kata Vita.

Grando merasa beruntung telah mendapatkan bantuan tetapi ia juga merasa tidak beruntung karena harus meminta bantuan wanita tadi, karena wanita itu seperti tidak ikhlas membantunya. Sesampainya di depan rumah, dewi bulan yang cantik jelita sedang duduk di teras rumahnya. Ia menunggu Grando untuk pulang ke rumah.

"Ah,, dewi,, kenapa datang malam – malam begini?". Tanya Grando.

"Lama tidak berjumpa anak ku, rupanya kau terus sehat meski sudah berumur ratusan tahun". Jawab Dewi Bulan.

"Ah, dewi bisa aja!,, aku udah sering encok kok, sama kaya kakek – kakek lainnya". Sambung Grando.

"Apa kau masih belum bisa menemukan rajamu?". Tanya Dewi Bulan.

"Ya gimana dong, dewi gak kasih tau saya, coba dikasi tau yang mana reinkarnasinya Prabu Rumbaka, kan enak". Jawab Grando.

"Tenang saja, mungkin dia akan segera datang pada mu". Kata Dewi Bulan.

Tidak lama kemudian dewi bulan menghilang. Grando masih bingung dengan apa yang dikatakan dewi bulan.

"Datang padaku? Apa? Apa maksudnya? Kenapa dia muncul tiba – tiba dan hilang tiba – tiba". Ucap Grando.

Grando masuk ke rumahnya, lalu ia mengganti bajunya dan beristirahat. Grando merebahkan badannya di atas kasur lalu ia memandangi langit – langit di kamarnya.

Membuka kenangannya pada 700 tahun yang lalu. Saat itu Prabu Rumbaka memberinya sebuah keris, keris itu ia gunakan untuk membunuh banyak orang di tanah cangu. Dan yang paling tidak bisa ia lupakan, ia menusuk Prabu Maharaja dengan keris itu, Juga Ratu Saraswati (istri Prabu Maharaja), lalu Putri Cendrawati pun menusuk dirinya sendiri menggunakan keris itu. Grando tersadar dari lamunannya. Kemudian ia membuka jendela kamarnya dan menatap bintang – bintang. Ia menyadari sepanjang hidupnya hanyalah untuk menunggu kehadiran Raja dan calon permaisurinya. Ia tidak pernah memiliki waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.

"Kini aku mengerti, hukuman itu membuat aku tidak bisa memiliki diriku sendiri, aku bahkan tidak tau apa hobiku, apa kesukaan ku, yang aku lakukan hanya lah menunggu gusti prabu dan gusti putri. Ku mohon datanglah gusti, aku ingin mengakhiri hidup yang seperti ini".

Beberapa hari kemudian setelah iklan lowongan kerja di publikasikan oleh Bambang, kemudian Bambang mengajukan beberapa calon karyawan baru kepada Grando. Terdapat banyak sekali yang melamar pekerjaan di PT Mencari Cinta Sejati itu, tetapi Grando hanya memilih 3 orang untuk dipanggil interview. Ke esokan harinya, Bambang dan Grando mulai menginterview masing – masing kandidat. Setelah melakukan interview, tidak ada satupun kandidat pelamar yang disukai Grando. Tetapi ia terpaksa harus memilih salah satu diantaranya karena saat itu kondisinya sudah sangat mendesak. Mereka harus menerima pegawai baru karena di akhir tahun banyak klien berdatangan yang membutuhkan jasa perusahaan mereka.

Akhirnya dipilihlah seorang pria bernama Andrew. Andrew memiliki penampilan yang good looking dan sangat pandai berbicara. Sepertinya memang cocok sekali untuk bekerja sebagai konsultan di biro jodoh milik Grando. Namun setelah beberapa hari bekerja rupanya Andrew tidak sesuai ekspektasi. Bukannya menjadi konsultan untuk para klien, Andrew malah menggoda beberapa klien Grando dan menyebabkan beberapa kandidatnya batal menikah gara – gara calon pengantin wanita nya tergoda oleh Andrew. Beberapa Klien yang gagal menikah menuntut ganti rugi kepada Grando. Grando pusing bukan kepalang, karena ulah Andrew ia harus menanggung kerugian. Hal itu membuat Grando naik darah, ia meminta Bambang untuk memecat Andrew.

"PECAAATTT". Teriak Grando sambil bangun dari kursi nya dan menggebrak meja kerja nya.

"Sabar bos, sabar". Bambang mengusap pundak Grando yang sedang emosi tingkat tinggi.

Sementara itu Andrew sudah membereskan barang – barang yang ada di meja kerja nya dan langsung lari keluar dari kantor.

"Kan saya udah bilang bos, wanita aja, gak percaya sih". Kata Bambang.

"Iya maaf deh, pokoknya sekarang tolong kamu segera buka lowongan untuk pegawai wanita". Tegas Grando.

"Siap laksanakan bos!". Kata Bambang.

Ke esokan harinya, Bambang memposting lowongan di internet. Beberapa pelamar wanita telah menyerahkan CV mereka. Bambang mengeprint beberapa CV dan memilih 3 kandidat terbaik nya. Tetapi ia lebih condong kepada satu wanita bernama Vita, karena di CV Vita tertulis bahwa ia mengikuti berbagai organisasi saat masih kuliah, dan ia juga mahasiswa berprestasi. Bambang menyerahkan 3 CV yang ia pilih kepada Grando. Tetapi Grando menolak untuk interview mereka karena trauma sebelumnya ia telah gagal memilih calon pegawai. Ia menyerahkan proses seleksi sepenuhnya kepada Bambang.

"Kalau menurut saya sih dari CV nya yang paling bagus si Vita ini". Kata Bambang.

"Terserah deh bam, pilih aja yang menurutmu oke". Sambung Grando.

"OK sihapp". Kata Bambang yang bersemangat.

Dua hari kemudian Bambang menginterview Vita. Dan Vita memang sangat cerdas menurutnya. Vita juga terlihat seperti pekerja keras, apalagi saat ini ia tinggal sebatang kara karena ayah dan ibunya telah meninggal.

"Baiklah, saya akan diskusikan dulu hasil interviewnya dengan CEO kami, saya akan kabari mba secepatnya". Kata Bambang.

"Baik terima kasih Pak, semoga kabar baik ya". Ucap Vita.

Vita pamit meninggalkan perusahaan. Tidak sengaja di lobby ia bertemu dengan Grando. Saat itu Grando terlihat lusuh dan ia membawa tumpukan dokumen.

"Aduh om ini lagi, aku pikir om ini direktur, tapi kok bawa – bawa dokumen gini, pasti cuma admin". Kata Vita.

"Oh my god, kenapa harus ketemu cewe ini lagi". Kata Grando.

"Hei,, hei,, om punya hutang ya sama aku, jangan lupa!" Teriak Vita.

"Sorry tapi lagi gak bawa dompet nih, besok datang lagi ya". Kata Grando.

"Menyebalkan, bilang aja gak mau bayar hutang". Vita pergi keluar kantor.

Pada saat itu Vita tidak mengetahui bahwa pria yang ia sebut ganteng tapi kere itu adalah seorang CEO di Perusahaan yang ia lamar. Sementara itu Grando merasa kesal dengan kelakuan Vita, dia berharap tidak akan bertemu Kembali dengan Vita. Ia masuk ke ruangan nya sambil ngedumel.

"Bang pokonya nanti kalau ada cewe nanyain saya, kasih aja berapa yang dia minta, pokoknya saya gak mau ketemu dia lagi". Teriak Grando.

"Ckckck,, gimana mau dapet cewe,, si bos ini galak bener". Gerutu Bambang.

"Baguslah, aku memang tidak ada niat untuk punya cewe, tujuan ku disini hanya untuk mencari gusti prabu dan gusti putri". Tegas Grando.

Bambang hanya geleng – geleng kepala melihat kelakuan bos nya yang emosional itu. Ia hanya bisa bilang "Ok" lalu kembali ke ruangannya.

Vita berjalan di tengah terik matahari. Ia berjalan dengan rasa kesal akibat bertemu dengan Grando. Suara telepon genggamnya berbunyi. Temannya yang bernama Alya menelponnya. Alya menanyakan apakah interview Vita hari ini berjalan dengan sukses. Vita menceritakan bahwa ia senang sekali dengan Bambang yang sangat ramah padanya. Tetapi hari ini ia merasa kesal karena harus bertemu dengan Om yang ganteng tapi kere (Grando). Ia mengatakan bahwa perasaannya menjadi tidak enak setelah bertemu om itu. Kemudian Alya menenangkannya. Setelah selesai berbicara di telpon, Vita menyimpan HP nya kembali ke tasnya.

Saat ia berjalan di trotoar, ia melihat nenek si penjual bakso gerobak yang ia temui beberapa waktu lalu. Karena Vita sedang lapar, Vita langsung berjalan menuju tempat nenek itu berjualan dan ia kembali mendatangi nenek itu untuk memesan bakso.

"Halo nek, kaya kemarin ya, baksonya aja gak pakai mie". Kata Vita.

"Ah kau lagi, sana duduk dulu". Kata nenek si penjual bakso terlihat tidak menyukai Vita.

Meskipun nenek itu nampak tidak senang dengan Vita, tetapi nenek itu dengan secepat kilat membuatkan bakso untuk Vita. Ia sepertinya sangat profesional.

"Silahkan dimakan non". Kata Si nenek.

"Terima kasih nek, oh ya bagaimana kelanjutan cerita CEO yang kesepian itu?". Tanya Vita.

"Dia masih mencari raja nya". Kata si nenek.

"Hmm.. kasian sekali ya dia, kapan ya dia bisa bertemu dengan raja nya?". Tanya Vita.

"Mungkin sebentar lagi". Jawab si nenek.

"Oh begitu ya, yaudah deh aku makan dulu ya nek". Kata Vita.

"Ya habiskan, makan yang banyak, kalau kurang boleh nambah". Kata si nenek.

Vita makan dengan lahap. Akan tetapi Vita tidak mengetahui bahwa sebenarnya nenek penjual bakso itu memanglah jelmaan dari dewi bulan. Setelah selesai makan, Vita berpamitan kepada nenek itu dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus transjakarta. Dewi Bulan tidak memalingkan wajahnya dari Vita. Sambil melihat ke arah Vita, dewi bulan berkata :

"Takdirmu adalah bertemu dengan CEO itu". Kata dewi bulan.

Apakah yang dimaksud dengan dewi bulan? Apakah Vita memang ditakdirkan untuk menjadi karyawan Grando dan menjadi abdi setianya seperti Bambang? Tentu hanya Dewi Bulan dan Dewa Langit yang mengetahuinya. Jalan hidup mereka mungkin memang telah diatur oleh yang maha kuasa.

Beberapa hari kemudian Grando pergi makan siang bersama Baskoro. Baskoro adalah sekertarisnya yang ke 19 dan juga ayah dari Bambang. Mereka nampak seperti sedang reuni.

"Saya senang gusti patih masih sehat selalu". Ucap Baskoro.

"Ya beginilah, saya juga senang bisa melihat anda menua". Kata Grando.

"Saya ingat pertama kali saya melayani gusti, ternyata sudah 40 tahun yang lalu". Kata Baskoro

Grando hanya tersenyum. Kemudian mereka mengingat – ingat beberapa kliennya yang lalu. Beberapa orang sempat dikira sebagai Prabu Rumbaka tetapi mereka salah. Saat mengingatnya, itu semua menjadi kenangan yang lucu bagi mereka berdua. Dan merekapun tertawa bersama mengenang kejadian – kejadian lucu yang mereka alami.

Setelah menghabiskan makanan mereka, Grando pamit untuk berpisah. Saat Grando keluar dari restoran, Dewi Bulan datang menemui Baskoro. Dewi Bulan tampil trendy bak seorang model. Ia nampak cantik seperti Elvira Devinamira, Putri Indonesia tahun 2014. Saat Dewi Bulan masuk ke dalam restoran, seolah waktu berhenti sejenak. Semua terdiam seperti patung. Hanya dia dan Baskoro yang dapat bergerak maupun berbicara.

"Lama tidak jumpa tuan". Dewi Bulan menyapa.

"Hah,, akhirnya kau datang menemuiku". Jawab Baskoro.

"Apa yang sedang kau rencanakan tanpa sepengetahuanku?" Tanya Dewi Bulan.

"Tentu aku mengaturnya menjadi sangat seru, ini akan cukup baginya untuk menebus dosa – dosanya". Kata Baskoro.

"Baiklah, jangan menyiksanya terlalu lama, hidup ini sudah sangat pedih untuknya, dia sudah menebus dosanya dengan membuat pernikahan untuk banyak orang". Pinta Dewi Bulan.

"Akan ku pertimbangkan". Baskoro sambil senyum sinis.

Sebenarnya yang berbicara pada Dewi Bulan bukanlah Baskoro. Baskoro dirasuki oleh Dewa Langit yang mengatur hidup dan mati manusia. Ia juga penguasa alam semesta, Dewa bagi para dewa, yang derajatnya paling tinggi diantara Dewa - Dewi yang lainnya. Dewi Bulan adalah dewi yang merupakan ibu bagi semua manusia. Ia selalu menyinari manusia yang berada didalam kegelapan. Ia datang membantu orang – orang yang tersesat didalam penyesalan.

Setelah Dewi Bulan berbicara dengan Dewa Langit, ia pergi ke sebuah taman. Ia kembali mendorong gerobak baksonya namun kali ini ia tidak berubah menjadi nenek - nenek. Ia masih menjelma sebagai wanita muda yang cantik jelita. Di taman itu ada seorang pria yang nampaknya berusia 35 tahun sedang duduk dan melamun. Pria itu sepertinya sedang menyesali hidupnya.

"Apa yang sudah aku lakukan, Seharusnya aku tidak pernah hidup". Begitu kata pria itu.

Dewi bulan duduk di sampingnya dan memberikannya semangkuk bakso. Pria itu menerima nya dengan terkejut.

"Hah apa ini?". Tanya Pria itu.

"Tenang saja, itu gratis". Jawab Dewi Bulan.

"Wah, terima kasih mba". Kata Pria itu.

"Hidup ini memang tidak mudah anakku. Setiap orang pasti punya kesalahan, belajarlah untuk memperbaiki hidupmu". Ucap Dewi Bulan.

"Bicara memang mudah, tapi kau tidak tau apa kesalahanku".Kata Pria itu

"Aku mengenal seseorang yang mendapatkan hukuman sepanjang hidupnya, tentu tidak mudah juga baginya, tapi ia tetap menjalankan hidupnya meski entah sampai kapan hukuman itu berakhir. Percayalah banyak diluar sana yang sepertimu. Maafkan dirimu lebih dulu dan mulailah hidup baru, anakku". Kata Dewi Bulan yang sedang menasihati Pria itu.

Pria itu duduk dalam lamunan saat Dewi Bulan menasihatinya. Kemudian ia tersadar dan Dewi Bulan telah menghilang.

"Hah kemana dia, aku belum mengembalikan mangkuknya. Eh, tunggu dulu. Sepertinya dia nampak lebih muda dariku, mengapa dia panggil aku anaknya". Kata Pria itu.

Sementara itu, Vita mendapat telepon dari Bambang. Bambang mengatakan bahwa Vita diterima di perusahaannya lalu ia meminta Vita untuk datang di hari Senin depan. Mendengarnya membuat Vita sangat bahagia. Ia langsung memeluk Alya. Saat ini Vita dan Alya tinggal bersama di sebuah apartemen. Di malam harinya, Vita dan Alya merayakan diterimanya Vita dengan makan malam bersama.

"Pokoknya malam ini aku yang traktir". Kata Vita.

"Ok, kalau gitu aku mau makan yang banyak ya". Kata Alya.

Mereka berdua tertawa bersama. Vita dan Alya memang sudah bersahabat sejak lama. Orang tua Vita sudah meninggal dunia, sementara orang tua Alya berada di desa yang jauh dari Jakarta.

Ditempat lain Grando sedang mengunjungi candi tempat Prabu Rumbaka dimakamkan. Meski sudah malam hari ia datang sendirian. Ia meletakan beberapa persembahan seperti buah – buahan dan kue – kue tradisional. Ia juga membakar dupa dan mendoakan raja nya itu. Sesekali ia menatap ke arah langit dan melihat bintang – bintang. Ia seperti melihat bintang yang sama saat masih jaman Kerajaan Jawa.

Kemudian ia mengenang masa lalu nya dengan Prabu Rumaka. Saat Prabu Rumbaka masih berumur 15 tahun, ia mengajarinya memanah hingga malam hari. Lalu Prabu Rumbaka berkata "Bintang malam ini sangat indah paman". Mengingat hal itu Grando tersenyum lalu ia berkata dalam hati. "Aku merindukanmu gusti prabu, dulu aku pernah berkata bahwa hidupmu adalah hidupku, tetapi setelah kau mati 700 tahun yang lalu, aku masih hidup, hukumlah aku sebagai abdi yang tidak setia saat kita bertemu kembali". Ia berbicara di dalam hati sambil menatap langit. Ia terlihat seperti sedang putus asa.

Hari Senin telah tiba. Dengan semangat Vita berangkat menuju kantor barunya. Ia diantar dengan mobil oleh Alya. Sesampainya di kantor, ia bergegas untuk keluar dari mobil, lalu Alya berteriak dari dalam mobil.

"Semangat, kerja yang baik ya!". Teriak Alya.

Vita melambaikan tangan nya ke arah Alya. Vita masuk ke kantornya kemudian ia menaiki lift menuju lantai tempat kantornya berada. Setelah ia tiba di receptionist, ia sudah di tunggu oleh Bambang. Ia sangat senang sekali bisa kerja di perusahaan itu. Karena saat ini PT Mencari Cinta Sejati sedang ngehitz dikalangan pemuda Indonesia yang hendak mencari jodoh.

"Mari mba Vita silahkan masuk, hari ini saya akan memperkenalkan mba dengan karyawan di perusahaan ini". Kata Bambang.

"Baik Pak". Kata Vita.

"Jangan panggil saya bapak, panggil saja Bambang, kayanya kita seumuran deh". Kata Bambang.

"Ok deh bambang". Ucap Vita.

Kemudian Vita dibawa berkeliling oleh Bambang untuk diperkenalkan kepada para karyawan. Setelah selesai berkeliling, Bambang mengajak Vita ke ruangan CEO.

"Sekarang kita mau kemana lagi ya?". Tanya Vita.

"Kita keruangan CEO". Jawab Bambang.

Setelah memasuki ruangan CEO, Grando sudah duduk dan memainkan laptopnya. Vita merasa tidak asing dengan wajah CEO itu. Tetapi ia tidak mengenalinya karena Grando yang sedang fokus dengan laptopnya.

"Gusti, Eh Pak Grando, perkenalkan ini karyawan baru kita namanya Vita". Kata Bambang.

"Ya selamat bergabung". Grando berbicara tetapi ia sedang serius menatap laptopnya.

Kemudian Grando mengangkat kepalanya lalu ia terkejut melihat Vita, Ia mengenali bahwa Vita adalah wanita yang meminjamkan dia uang beberapa waktu lalu namun selalu kasar padanya.

"Hah,,, Cewe baik tapi kasar?". Ucap Grando.

"Om ganteng tapi kere?". Ucap Vita.

Mereka berdua saling menatap karena terkejut. Sementara Bambang kebingungan. Ia menoleh ke Grando, lalu menoleh ke Vita

"Ada apa ini, Apa kalian sudah saling kenal? kok kaya lagi di acara reality show?". Kata Bambang.

Tapi tidak ada salah satupun dari mereka berdua yang menjawab pertanyaan Bambang, hal itu membuat Bambang kebingungan karena mereka berdua saling menatap sinis layaknya seorang petarung yang berjumpa dengan lawannya.