webnovel

The Curse Of A Vampire Prince

Hidup abadi dan tak pernah tua mungkin impian semua orang di dunia ini. Tapi tidak dengan Druf. Pemuda tampan yang tak pernah memiliki keriput itu merasa tersiksa. Apalagi dengan kutukan yang menemani hidupnya. Kutukan cinta yang membuatnya menderita. Kutukan yang selama ini menjadi beban dan penderitaannya. Kutukan yang telah Druf bawa sejak lahir membuat Samuel, Brian dan Frans ketiga penjaganya terlalu over protektif. Terutama jika berkenaan dengan wanita. Dari ratusan tahun lalu sejak dilahirkan sebagai vampire murni Druf belum pernah dekat dengan perempuan mana pun. Bisa dibilang dari ujung rambut sampai ujung kaki Druf masih original, tak tersentuh siapapun. Sebagai seorang pangeran ia memang wajib mematuhi aturan kitab cezar yang melarangnya menyentuh wanita mana pun selain isterinya karena siapapun wanita yang menyentuhnya akan tergila-gila padanya dan kehilangan kewarasannya. Namun, ketika Druf jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ia mulai berani melanggar banyak larangan dan merepotkan para penjaganya. Padahal Druf saat itu baru saja dilantik sebagai kaisar para vampire. Tekanan demi tekanan Druf alami hingga pada titik depresi yang membuat dirinya labil dan dekat dengan banyak wanita. Sampai akhirnya ia menemukan cinta sejatinya. Cinta yang akan melahirkan keturunan dan hidup bahagia dengannya. Perasaan bahagia semakin Druf rasakan terutama ketika menjelang hari pernikahannya. Sampai semua impiannya hancur seketika tatkala ibu yang lama menghilang muncul kembali. Ibu tiri dari pernikahan ayahnya yang kedua juga terkena kutukan dan tergila gila dengan Druf. Rasa malu dan terpukul serta demi menyelamatkan wanita yang amat ia cintai Druf rela berkorban segalanya.

Lufyli · Fantasi
Peringkat tidak cukup
46 Chs

Dua Puluh Tiga

William pulang dengan lesu. Ia kehilangan jejak Druf. Anak buah yang lain juga sama. Tak ada seorang-pun masyarakat melihat pemuda terluka maupun kuda yang mencurigakan. Bahkan jejak kaki kuda hilang karena setelah jalan setapak yang dilewatinya kuda tersebut melewati jalan raya sehingga tak meninggalkan jejak apapun. Meski begitu pencarian tetap di lakukan.

Brian memijat kepalanya yang pusing. Ia terlihat tidak bersemangat.

“Silahkan.” Ucap Dilara. Gadis itu tersenyum sambil menyodorkan teh kehadapan Brian. Entah bagaimana caranya gadis itu jadi terlihat manis bagi Brian. Ia meraih cangkir teh yang di sodorkan dan meminumnya selagi hangat. Nikmat. Itu kesan pertama yang di dapatnya.

“Apa belum ada kabar?” Tanyanya. Brian menggeleng. Dilihatnya Dilara mendesah. Bibir mungilnya yang basah terlihat... Astaga. Apa yang dipikirkan Brian. Tapi jujur ia merasa Dilara sangat cantik hari ini. “Hari ini aku ada undangan ke kota London mewakili tuan Druf.