webnovel

Terpaksa Menikah Kontrak

Kembali Update 1 Desember 2021 Cover : Eutchai di Instagram

Nona_ge · perkotaan
Peringkat tidak cukup
294 Chs

Pindah Rumah ⭐

Setelah selesai sarapan, petugas datang ke apartemen mengangkat barang-barang milik Denis untuk dimasukkan ke dalam mobil, tak banyak yang dibawa jadi hanya menyewa mobil angkut kecil.

Yang menyenangkan dari semua ini bagi Faye adalah melihat kedua pria dewasa saling mengucapkan kalimat perpisahan satu sama lain sambil berpelukan.

Iya.

Siapa lagi jika bukan Denis dan Henry? Mereka begitu menghayati ucapan mereka sampai-sampai berpelukan begitu padahal cuma pindahan.

Dramatis, bagi penilaian Faye.

Namun, Faye tidak mau menggangu mereka yang sedang mengungkapkan perasaan satu sama lain sebagai sahabat dekat, hanya berdiam diri di belakang Denis menyaksikan semuanya.

"Jaga dirimu, Denis," kata Henry.

"Seharusnya aku yang mengatakan itu, jaga dirimu, Henry," kata Denis.

Mereka tertawa renyah setelahnya.

Denis berbalik untuk melihat Faye yang sudah menyeringai lebar padanya, pipinya merona samar mengetahui semua tingkahnya dengan Henry, "Aku sudah bilang tunggu di mobil."

"Dan melewatkan momen emas dua lelaki tampan menangis satu sama lain? Tidak mungkin~" goda Faye.

Pipi Denis semakin kentara rona merahnya, sebelum berbalik menggoda, "Kau bilang aku tampan, sayang~?"

Sayangnya itu tidak mempan bagi Faye, "Aku hanya mengutarakan fakta, kalian berdua itu tampan," katanya mengulangi, "masih mau berbicara dengan Henry~? Aku akan setia loh menunggumu~" Memperhatikan mereka menangis sungguh mengasyikan.

"Tidak," Denis menolak cepat, "pertunjukan sudah selesai. Sekarang ayo kita berangkat."

Faye mengangguk dan masuk ke dalam mobil taksi yang sudah dipesan sebelumnya.

Denis berjabat tangan lagi dengan Henry sebelum ikut masuk ke dalam.

"Aw ... manisnya~" Faye menggoda lagi.

"Kau lebih manis sayang~" Denis menggoda balik mencoba membalikan keadaan.

Faye hanya memutar bola matanya.

***

Mereka sampai satu jam lebih sedikit karena terjebak macet.

Para petugas pun pemindahan mulai mengeluarkan barang-barang Denis. Faye memerintahkan mereka meletakkannya di tempat strategis yaitu di tembok ruang televisi agar tidak sulit lewat sementara Denis sendiri membuka kardus tersebut dan menata di rumahnya sesuai perintahnya juga.

Denis tampak takjub dengan rumah Faye dan lebih takjub lagi ketika mengetahui wanita itu tinggal sendirian, pembantu yang bertugas tak diperbolehkan tinggal di sini.

Faye melakukannya karena suka ketenangan setelah suntuk bekerja seharian, tidak suka ada orang di rumah makanya meminta mengerjakan pekerjaan di pagi buta jadi ketika pulang pembantunya sudah tak ada.

Namun sekarang Faye harus membuang jauh-jauh harapan itu sebab Denis tinggal dengannya, tahu sendiri seperti apa, selalu berusaha tidur dengannya yang lucunya ia menurut. Ia tak memusingkannya berpikir masih efek kesepian.

Faye teringat punya satu kamar lebih dikhususkan temannya atau orang tuanya menginap dari pada terbengkalai lebih baik minta Denis tidur di sana.

Setelah petugas selesai mengangkat barang, Denis keluar untuk memberikan sedikit uang imbalan sebagai tanda terima kasih, barulah kembali ke dalam rumah melanjutkan lagi pekerjaannya.

Denis membuka kardus cokelat yang berisi pakaian miliknya.

"Bawa itu dan ikut denganku," kata Faye.

Denis menurut, mengikuti Faye dari belakang.

Faye membuka pintu kamar tidur khusus tamu yang bersebelahan dengan kamarnya, mempersilakan Denis masuk terlebih dulu, "Ini kamarmu."

Denis melirik ke sana kemari, menyadari bahwa kamar ini terlalu polos untuk kamar yang berpenghuni, tak ada meja make up, bantal-bantal imut bahkan cat dinding cenderung berwarna cream, "Ini kamarmu?"

"Tentu saja bukan, Denis," kata Faye enteng, "ini kamar khusus tamu, sekarang kau bisa memakainya."

Denis tertunduk kecewa, "Kita tidak satu kamar? Apa menyenangkannya menikah jika tidak bisa satu kamar, sayang~?"

"Kita menikah kontrak Denis," Faye mengingatkan tajam akan pikiran Denis yang mulai berbau erotis, "ini juga bagian dari syaratnya."

Denis tidak menjawab mulai mengeluarkan bajunya dan meletakkan di lemari yang masih kosong sebab tak ada yang menempati. Ia keluar lagi mengambil kardus lain berisi buku, komik dan beberapa figure mainan.

Faye yang kasihan ikut membantu, yang sesuai dugaan, Denis tidak membiarkannya menyentuh buku sekolah berharga itu. Ia menghargai keinginan Denis dengan tidak bertanya lebih.

Ketika mereka selesai, Faye meminta untuk istirahat sejenak, duduk di bawah karpet berbulu yang dibawa Denis, menyandarkan punggung ke kaki ranjang, "Aku boleh bertanya-tanya? Kau orang Indonesia tetapi kuliah di sini, apakah di sana tidak ada universitas bagus?"

Denis ikutan bersandar di sisi Faye, matanya menerawang ke bawah sambil menghela napas berkata pelan, "Aku awalnya tidak ingin ke sini, tapi setelah kejadian yang tidak disengaja, terpaksa kemari."

"Kejadian?"

"Bisa kau lihat aku mengetahui apa yang tidak aku ketahui selama ini, membuatku kesal," kata Denis dengan tangan terkepal kencang.

Apa maksudnya?

Denis memberikan ucapan ambigu, tidak terlalu percaya diri membuka hatinya pada Faye, anehnya ia merasa terluka karena hal tersebut.

Mereka memang menikah kontrak, tapi setidaknya Faye ingin menjadi teman dekat Denis mengingat tempat tinggal Henry sekarang jauh.

"Tetapi, meskipun hidupku berantakan sekarang, di tengah-tengah itu semua aku bisa merasakan setitik harapan," kata Denis serius.

"Harapan?"

Denis mengangguk, lalu menatap mata Faye lekat-lekat, "Aku bisa bertemu denganmu."

Faye ternganga mendengarnya, tersentuh hingga membuat detak jantungnya kembali berdebar kencang.

Denis sudah mengatakan ini sebelumnya dan respon Faye tetap sama.

Ada apa dengannya?

"Faye ...," Denis memanggil nama Faye begitu sendu, "kau mau membantu aku, 'kan?"

"Membantu apa?" tanya Faye pelan.

Denis diam sesaat, pikirannya berkecamuk apakah akan menjawab atau tidak hingga akhirnya bergerak mendekatkan wajahnya pada Faye.

Faye otomatis menutup bibirnya dengan tangannya, "Jangan memulai."

Denis tertawa renyah, "Kau selalu curiga padaku, sayang~"

Faye memutar bola matanya.

Lebih dari tiga kali mendapat kejadian begitu bagaimana bisa tidak curiga?

Faye terkejut ketika Denis memeluknya, dan menidurkan di ranjang, dengan pria itu ada berada di atasnya menahan tubuh memakai kedua tangan kokoh itu di sisi kepalanya, "Apa lagi ini?"

Denis tidak bergeming, "Aku tidak mengerti kenapa kau begitu memasang dinding tinggi padaku padahal kita sudah menikah, biar kontrak setidaknya kita bersenang-senang, boleh 'kan?"

"Aku tidak mengira itu senang-senang," kata Faye.

"Desahanmu setiap malam bisa kau jelaskan, Fay?" Denis balik menantang dengan seringai kecil membuat nyali Faye menciut bak semut.

Tuhan.

Denis selalu ahli dalam membalikan kata mengenai ini, terlalu ahli dibanding Faye.

Bagaimana bisa Faye menjawab tanpa membuat malu sendiri? Sebab benar tubuhnya menikmati sentuhan Denis dan mengakui kalau pria itu tahu bagaimana caranya memuaskannya.

Faye terbatuk, "Kau ini, aku potong gajimu kalau bertindak sesukamu," Ia mengancam tajam.

Denis tetap tidak terpengaruh, "Aku sudah bilang padamu, 'kan? Aku tak terlalu peduli uang."

"Kau mau jadi apa jika tanpa uang?" tanya Faye terheran-heran, "kau pengangguran kelas berat!"

Denis mendekatkan dirinya pada Faye membuat wanita itu memalingkan wajah takut-takut akan mendapat ciuman lagi.

"Aku punya cara lain mendapatkannya Fay~" Denis berbisik di telinga Faye yang diakhiri gigitan lembut di bagian daun telinga yang beranting tusuk bersimbol bulan perak itu.

Faye tidak merespon, napas hangat serta suara Denis begitu memabukkan. Sebelum disadari apa yang terjadi, bibir mereka kembali menyatu dengan harmonisnya. Ia berusaha melawan dengan mencoba menutup rapat-rapat bibirnya, namun Denis menemukan cara lain dengan menyusupkan tangan ke kemejanya, meremas lembut dadanya yang mendapat desahan kecil keluar darinya, "Aah ...."

Denis tak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan cepat memasukkan lidah panasnya ke dalam mulut Faye, bermain dan menelusuri penuh gairah.

Faye tidak berkutik.

'Apakah ini termasuk pemaksaan?'

Tapi, bibir dan tangan Denis begitu memabukkan, mengingatkan Faye sekali lagi bahwa Denis tahu apa yang dilakukan untuk menghanyutkan wanita ke dalam gairah, sama sepertinya sekarang. Ia tak mampu menahan dan menutup matanya perlahan, membalas ciuman panas itu mengikuti irama yang Denis ciptakan sambil tangannya menyentuh liar ke leher panjang bergerak turun ke punggung yang kokoh sebelum akhirnya berhenti di dada bidang Denis—

Drrt! Drrt! Drrt!

Ponsel Faye berbunyi yang membuat seluruh suasana panas mereka seketika luntur, tanpa diperintah, Denis menyingkir agar Faye bisa mengambil ponselnya yang berada di celana jeans-nya.

Faye melihat nama Claudia tertera di layar ponselnya, "Halo, Ma? Ada apa?"

"Fay, Mama dengar kau tidak masuk kerja? Apakah kau bersama Denis?" tanya Claudia.

"Iya, aku bersamanya," kata Faye.

"Baguslah, Mama mau mengajak kalian makan siang bersama~" kata Claudia penuh rasa semangat.

"Eh, tapi bukannya nanti malam?"

"Mama ingin memberimu sebuah kejutan, sayang~" kata Claudia.

Faye gugup mendengar kata kejutan keluar dari mulut Claudia, yang sudah-sudah selalu membuatnya kecewa jadi tak yakin ini juga bagus. Namun, tak baik menolak pada orang tua, "Baiklah, aku akan pergi."

"Mama kirim alamatnya di pesan, iya?"

"Hm," Faye membalas singkat yang kemudian Claudia mengakhiri telepon mereka.

"Apa yang dikatakan Mamamu? Aku dengar dia menyebut namaku," kata Denis gugup.

"Mama mengundang kita makan siang," kata Faye yang sedetik kemudian ponselnya berbunyi lagi. Ia memeriksanya yang berisi alamat kafe dekat rumahnya.

"Hanya Mamamu, Fay?" tanya Denis.

Faye berpikir sesaat, "Mamaku tidak berkata akan membawa orang lain jadi iya hanya dia saja."

Denis mengembuskan napas lega.

Faye menyeringai lebar melihat tingkah Denis, "Kenapa denganmu? Tadi sok-sokan bilang akan menghadapi masalah bersama, tapi setelah telepon dari Mamaku, nyalimu menciut," sindirnya tajam, "kau begitu berani padaku, masa tidak berani dengan Mamaku?"

"Menghadapimu dan Mamamu berbeda, Fay," kata Denis kalem, "aku tidak mengenal betul Mamamu berbeda denganmu."

"Teknisnya, kau tidak mengenalku juga," kata Faye, "dan aku juga tidak mengenalmu begitu dalam."

"Percayalah padaku kalau aku mengetahuimu lebih dari yang kau kira, sayang~" kata Denis menggoda, "aku lebih cepat menghapal sesuatu yang aku sukai~"

Faye terkejut mendengarnya, seketika pipinya merona memerah.

Barusan Denis bilang suka padanya.

Tidak sadar kah bahwa Denis sedang mengungkapkan perasaan bukan cuma menggoda?

"Seperti lipstik, kau suka memakai lipstik merah bisa dilihat kau selalu membawanya di dalam tasmu," kata Denis sambil bertopang dagu berpikir, "ketika kau gugup, kau selalu menggaruk lenganmu."

Faye tidak tahu Denis bisa menghafal hal sekecil itu, ia tersanjung mendengarnya, namun ucapan pria itu selanjutnya membuat hatinya jatuh seketika itu juga.

"Dan jangan lupa aku tahu bagian mana yang membuat gairahmu naik! Contohnya kli—"

"Kau ini iya," Faye memotong dengan rona merah di pipi penuh amarah sambil menutup mulut Denis jengkel.

Mengingat ini Denis tentu tidak ada yang mengherankan.

Kenapa juga Faye menyewa Denis? Ah, Mia.

Setelahnya Faye memerintah untuk segera ganti baju yang lebih rapih, yang dibalas persetujuan dengan mencari kesempatan mengajak mandi bersama.

***

Karena kafenya cukup dekat dengan rumah, Faye menyarankan berjalan sekaligus biar Denis tidak berbuat aneh-aneh padanya.

Sudah cukup ketika mereka berganti baju tadi.

Denis menggoda Faye lagi dengan memamerkan tubuh kekar dipenuhi tetesan air, sengaja ke kamarnya buat itu.

'Ampun aku.'

Suasana jalan ramai seperti biasa hanya tidak terlalu padat tanpa perlu berdesakan.

Faue sempat heran kenapa Claudia tidak mau bertemu di restoran selain menghemat uang, pemandangan di restoran lamanya termasuk bagus yang memiliki tiga lantai, bagian atas dibuat banyak tanaman agar tampak asri.

Claudia mungkin ingin suasana baru.

Faye merasakan Denis merangkul bahunya yang dengan cepat menolak, namun semakin kuat memberontak semakin erat pula dekapan tangan Denis sampai bibir pria itu menyentuh pipinya, "Kau selalu mengambil kesempatan, iya?"

Denis memamerkan senyum miringnya, "Siapa tahu ada Mamamu di jalan, bisa curiga dia kalau kita tidak bermesraan~"

Faye memutar bola matanya. Denis hanya mau dekat-dekat tak sungguh-sungguh mengenai ketahuan tidaknya oleh Claudia, "Kau ini cuma suami kontrak, tapi banyak maunya."

"Biarin suami bohongan juga," kata Denis cuek mendekap tubuh Faye lebih erat lagi.

"Pelankan suaramu!" omel Faye.

Suara Denis begitu keras, bagaimana jika ada yang mendengar? Apalagi dekat tempat kerja Faye.

"Faye?"

Faye membeku mendengar suara yang tidak asing di telinganya, matanya membelok ke depan untuk melihat lelaki yang dikenalnya berdiri dua meter jaraknya di antara mereka, "James."

Faye & Gaea emang punya perilaku beda masalah ranjang, tapi mereka punya kebiasaan sama klo gugup hahaha ...

Sambil nunggu ini update, silakan mampir ke novel saya yang lain 'Dendam Cinta' yang season 1 hampir selesai loh ♥️

Dukungan seperti komentar, batu daya sungguh berarti buat kemajuan novel saya ♥️

Terima kasih banyak ... ♥️♥️♥️

Nona_gecreators' thoughts