webnovel

Misi Terselubung Monika

Tok Tok Tok

Seseorang mengetuk pintu ruangan kerja Monika, namun sudah berkali-kali diketuk tak kunjung juga Monika menyahutnya.

Ridho nekad memegang gagang pintu lalu perlahan dia membukanya.

"Loh tidak dikunci, aduh bagaimana ini? Kalau aku masuk nanti aku terkesan tidak sopan tapi jika tidak aku bakal terlampau kemalaman dan nggak bisa masuk ke kos-kosan,"

Saat itu pikiran Ridho seperti buah simalakama, dia coba menunggu kembali beberapa saat dan mengetuk pintu lagi setelah sepuluh menit kemudian.

Tok Tok Tok

"Masih nggak ada sahutan, sudah pukul 22.00 lagi. Ya ampun kalau begini caranya aku benar-benar harus nekad!"

Daun pintu ruangan kerja Monika yang sebelumnya hanya terbuka sedikit, dia buka menjadi cukup lebar hingga cukup tubuhnya untuk masuk ke sana.

"Ya ampun ternyata Si Bos tidur rupanya, aduh ini masalah berat apa lagi yang harus aku hadapi?"

Ridho tepuk jidat, dia bingung bukan kepalang. Rasanya campur aduk menjadi satu antara ingin membangunkan Monika tapi dia sungkan takut dinilai tidak sopan tapi jika melebihi batas pukul 22.30 maka dia tidak membayangkan resiko apa yang akan dia dapat.

"Bismillah aku nekad saja!" pikir Ridho.

Karena jarum detik terus berputar, Ridho memutuskan untuk membangunkan Monika dengan cara ditepuk bahunya.

"1... 2 ... 3 ...,!"

Batin Ridho menghitung jari jemarinya dulu sebelum dia mengeksekusi tekadnya.

"Bu ..., Bu ...!"

"Bu- ....!"

Panggilan Ridho yang ke tiga kalinya membuat Monika tiba-tiba bangun dari mimpinya hingga spontan Monika jatuh dan menimpa tubuh Ridho lalu memeluknya.

Setelah beberapa saat kemudian, Monika tersadar bukannya berterimakasih karena sudah dibangunkan tapi dia malah balik mengomel sambil nunjuk-nunjuk ke wajah Ridho.

"Kurang ajar sekali kamu ya, baru saja magang sudah berani macam-macam seperti ini ke saya!"

Dengan ekspresi wajah geram dan gigi yang disatukan menahan amarah yang memuncak.

"Maaf Bu, sebaiknya Ibu minum dulu dan silakan cek rekaman cctv ruangan Ibu! Jika memang terbukti saya yang melakukan sesuatu yang membuat Ibu tidak merasa nyaman maka Ibu boleh pecat saya!"

Ridho berusaha tenang berbeda dengan Monika yang terus berapi-api, bukan karena sikap Ridho yang dianggapnya tidak sopan melainkan rasa jaga imagenya dia menutupi kesalahan di mata karyawannya.

Tok Tok Tok

Belum juga reda, suara seseorang mengetuk pintu membuat jantung Monika semakin tidak terkondisikan detaknya.

"Apa-apaan ini Mon? Sudah jam segini kamu belum pulang, siapa dia? Apa yang sedang dia lakukan di ruangan kerja kamu di saat semua karyawan lainnya sudah pulang semua?"

Tak disangka Yuda ayah dari Monika muncul di tengah-tengah kekalutan dirinya. Mulutnya pun seketika rapat tak bisa berkata-kata.

"Dari penampilannya Ayah tidak percaya jika dia kekasih kamu, tapi wajahnya sangat tampan dan berkarisma, siapa kamu?" tanya Yuda penuh selidik.

Ridho berdiri dan menundukkan kepala lalu menjawab.

"Sa-saya Ridho Pak, baru 2 hari magang,"

Ridho menjawab dengan nada terbata-bata karena gugup.

"Kamu magang tapi sudah terlibat dengan anak saya, memangnya tugas yang diberikan HRD ke kamu apa?" Yuda balik bertanya.

Ridho pun menyerahkan laptop untuk memperlihatkan pekerjaan yang ditugaskan monika. Yuda langsung geleng-geleng namun entah menilai salah, jelek atau apa.

"Mon, dia karyawan magang? Kenapa kamu beri tugas HRD?" tanya Yuda sambil menghampiri Monika.

"Apa kamu sengaja kerjai pria tampan dan muda ini? Jangan bilang jika kamu tertarik sama dia!" bisik Yuda.

Monika menghela nafas panjang, dia tidak menyangka jika Ayahnya mampu membaca jalan pikiran dia tentang Ridho.

"Aduh bagaimana ini? Kok bisa-bisanya Ayah datang tanpa kasih tahu dulu?" keluh Monika dalam batinnya.

Yuda berjalan berpindah-pindah dari Ridho ke Monika, lalu mata dia sesekali melirik ke wajah anaknya lalu ke wajah Ridho.

"Pendidikan terakhir kamu apa Ridho?" tanya Yuda.

"Sarjana Tehnik Pak!" jawab Ridho.

Yuda melipatkan ke dua tangannya ke belakang sambil berjalan ke arah Monika lalu berbisik lagi.

"Kamu pikir bisa membohongi Ayah?"

Monika tidak bergeming, dia pun melipatkan ke dua tangannya ke depan sambil tertunduk takut.

"Kamu sarjana tehnik tapi mampu mengerjakan tugas administrasi, saya kagum sama kamu. Tak hanya modal tampan namun kamu sangat cerdas dan berdedikasi tinggi, besok pagi kamu temui saya di kafe Mawar samping kantor ini pukul 12.00 pada jam istirahat!"

Jantung Monika tambah berdebar, dia ingin membaca pikiran Ayahnya ke mana mengundang Ridho ke kafe Mawar besok.

"Kira-kira Ayah mau apa sih nyuruh Ridho betemu di kafe Mawar besok?"batinnya Monika.

Ridho hanya mengangguk dan tidak bicara apa pun, karena dalam pikirannya hanya pulang dan pulang.

"Maaf Pak, Bu, saya mohon ijin pulang karena tugas saya sudah selesai,"

Yuda malah menepuk-nepuk bahu Ridho sampai beberapa kali sambil mengelilingi tubuhnya seraya bertanya.

"Kamu tinggal di mana?"

"Saya numpang kos ke teman Pak, kalau sudah lewat pukul 23.00 pintunya dikunci dari dalam. Jadi kemungkinan sekarang saya tidur di pos security,"

Yuda melipatkan satu tangan dia ke dada dan yang satunya lagi dia ketuk-ketuk ke dahinya berusaha cari solusi untuk Ridho.

"Kalau begitu kamu menginap saja di rumah kami! Supaya besok kamu berangkat bareng sama Monik ke kantor!"

Deg deg deg

Ide Yuda membuat jantung Monika semakin bertalu-talu, dia tidak menyangka jika alur cerita yang akan dia ciptakan tadi akan secepat itu.

"Kenapa harus disuruh menginap Yah? Kenapa harus disuruh bareng juga? Aku senang tahu Yah, terimakasih selalu tahu apa yang menjadi keinginan anakmu," batin Monika senang bukan main.

Yuda menoleh ke arah wajah Monika lalu mengedipkan satu matanya dan melingkarkan jari telunjuk dan Ibu jari dia sebagai tanda jika dia membantu melancarkan misinya.

Monika pun tersipu malu, meski Ridho belum menjawab iya atau tidak.

"Tapi Pak, saya ...,"

"Kamu pasti mengeluhkan bagaimana dengan pakaian ganti kan? Tenang nanti saya bantu cari solusi! Ayo cepat kita pulang!" ajak Yuda.

Monika segera mengemasi barang-barangnya dan berjalan mengikuti Yuda.

"Oh ya Rid, apa kamu bisa nyetir? " tanya Yuda kemudian.

Lagi-lagi Yuda sangat paham jika putrinya tersebut membutuhkan kondisi di mana Ridho harus dikendalikan dengan situasi.

"Insha Allah Bisa Pak," jawab Ridho.

Pluk Pluk pluk

Lagi-lagi Yuda menepuk bahu Ridho sembari menggandengnya sampai ke area parkir, Monika menahan senyum melihat tingkah sang Ayah yang asyik mengakrabkan diri.

"Lagi-lagi saya kagum sama anak muda seperti kamu, meski dari daerah tapi kamu memiliki banyak keahlian," puji Yuda.

Sekilas Yuda membaca profil Ridho dari laptop kerja Boy yang dipakai Ridho untuk menyelesaikan pekerjaan Boy. Yuda jadi tahu jika Ridho berasal dari daerah.

"Kamu bawa mobil Monik ya! Biar Ujang bawa mobil saya!" cetus Yuda.

Bersambung

Kira-kira Ridho mau nggak sih guys menerima tawaran Yuda? Jika iya bagaimana ya situasi sepanjang perjalanan dengan Monika di dalam mobil?

Kalian wajib update cerjta terbarunya dengan col judul novel ini! Dan lempar power stonenya ya genks!