webnovel

Pertanggungjawabkan Kesalahan Orang Lain

"Saya pastikan besok masuk tepat waktu Bu," ujar Ridho dengan tetap bertahan tanpa menatap wajah Monika.

Monika pun segera berdiri kembali dan merapikan rok mininya, lalu berjalan ke ambang pintu membuka kunci lalu membuka daun pintu itu lebar-lebar.

"Sekarang kamu boleh keluar! Dan lanjutkan pekerjaanmu!" seru Monika sambil berdiri dan memegang daun pintu.

Ridho pun berdiri lalu berjalan sambil memegang ke dua tanganya, setelah di hadapan Monika perlahan wajahnya dia beranikan untuk menatap Monika sembari membungkukkan tubuhnya.

"Terimakasih Bu, saya permisi!"

Sekarang giliran jantung Monika yang sulit dikondisikan, bahkan keringat dingin pun keluar deras dari setiap inci tubuhnya.

"Ya,"

Hanya kata itu yang mampu Monika jawab, tangannya langsung menutup kembali pintu lalu memegang dadanya sambil terengah-engah.

"Perasaan apa yang tengah melanda hati aku sekarang ? Tak biasanya aku menghadapi karyawan segugup ini, padahal dia baru magang dan baru hari ini pula dia memulainya, "

Monika mengomel pada dirinya sendiri karena faktanya dia seorang perempuan yang tidak mudah tergoda oleh pria manapun, sekalipun tampan dan suksesnya pria tersebut.

Keesokan harinya, Ridho datang tepat waktu. Namun kesalahan yang dia lakukan muncul kembali yang membuat Boy kepala HRD geram ingin segera melaporkan pada Monika jika Ridho adalah calon karyawan yang kurang disiplin.

"Hari ini kamu memang tepat waktu, tapi kenapa kamu melakukan kesalahan baru lagi dengan menumpahkan kopi di meja kerja saya?"

Boy bicara sambil mengeratkan gigi atas dan bawahnya juga matanya yang melotot tajam ke arah dia.

"Biar saya bersihkan Pak!" tawar Ridho.

"Ini bukan sekedar masalah kotor atau bersih tapi kamu sudah merusak semua berkas-berkas kerja saya yang harus dilaporkan hari ini juga!"

Bicara Boy mengeras karena kelimpungan dan takut dipecat oleh Monika jika hal itu tidak ada solusi baginya.

Lagi-lagi Monika mendengar ocehan Boy dan langsung masuk ke ruangannya lalu menanyakan penyebab yang membuat Boy bersikap sekasar itu.

"Ada apa ini?"

Lagi-lagi Ridho dihadapkan pada suara yang kemarin membuatnya gugup setengah mati, namun dia tidak bergeming.

Tidak bicara tidak pula bergerak, dia hanya berdiri sambil tertunduk.

"Begini Bu, tadi kan saya pagi-pagi sekali ke sini karena harus mengerjakan laporan yang Ibu minta kemarin. Berhubung Office Boy belum pada datang dan hanya ada Ridho di sini, jadi saya suruh Ridho untuk membuatkan saya kopi. Ketika masuk Ridho menumpahkannya ke meja, otomatis kan semua berkas yang sudah saya kerjakan tersiram oleh kopi tersebut Bu," papar Boy.

Monika menelan salivanya sendiri, lalu dia berjalan menuju tempat di mana Ridho berdiri.

"Ridho kamu tahu kan bagian informasi di kantor ini? Kalau tahu tolong panggil ke sini!"

Tanpa membantah Rido segera beranjak berangkat ke ruangan yang sesuai dengan seruan Monika tersebut.

"Kenapa Si Bos tidak memarahi Ridho ya?" tanya Boy pada dirinya sendiri.

Beberapa saat kemudian, petugas dari bagian informasi pun datang ke ruangan Boy sambil membawa laptop.

"Pak Randi, tolong putar rekaman cctv di ruangan ini sejak tadi pagi!" seru Monika.

Tangan Randi segera melaksanakan perintah Monika, dia buka laptop dan memutar kejadian pagi itu yang berkaitan dengan Ridho.

"Silakan dilihat Bu, ini rekamannya!"

Randi mempersilakan Monika untuk melihat detail ada apa sebenarnya di ruangan Boy tersebut, wajah Boy pun terlihat ketar ketir ketika video tersebut diputar di hadapan Monika.

"Maaf Pak Boy, di sini terlihat jelas jika Ridho tidak bersalah. Bapak sendiri yang membuat Ridho kaget karena Pak Boy tiba-tiba muncul setelah menyembunyikan pacarnya ke dalam kamar mandi, "

Dua kepalan tangan Boy ingin dia daratkan ke pipi Ridho yang sudah membuatnya kebakaran jenggot di depan Bosnya sendiri.

"Tapi tenang saja, saya tidak akan serta merta memecat Pak Boy yang sudah bekerja belasan tahun di kantor ini. Hanya saja saya minta untuk menempatkan kantor sesuai fungsinya!"

Monika menyindir Boy atas kesewenang-wenangannya membawa perempuan ke tempat kerja dia.

"Dan kamu Ridho, bukan berarti pula kamu bebas atas insiden ini! Saya tidak mau tahu kamu harus mengerjakan ulang tugas Pak Boy yang sudah kamu tumpahi kopi, saya beri waktu sampai pukul 22.30!"

Ada rasa kesal, ada pula rasa senang sebab dia tidak dipecat perihal masalah yang sudah terjadi.

"Loh kenapa harus saya yang kerjakan Bu? Rekaman cctvnya kan jelas saya kaget dan bukan sengaja, lagian tugas saya di sini bukan di bidang administrasi," sanggah Ridho.

Boy sempat gusar tapi dia lega juga atas keputusan Monika, sekaligus merasa puas atas tugasnya yang dia limpahkan pada Ridho.

"Syukurin kamu Ridho!" batin Boy.

Meski sempat serba salah tapi Ridho harus menghadapi hal tersebut dengan legowo sebab dia sangat membutuhkan pekerjaan tersebut.

"Ba-baiklah Bu saya coba!" jawab Ridho dengan terbata-bata.

"Bagus! Karena jika kamu tidak mampu mengerjakannya maka resiko yang akan di dapat akan sangat fatal sekali!"

Jelas Ridho merasa terancam dengan pernyataan Monika tersebut. Mau tidak mau Ridho segera mengiyakan tugasnya.

Dengan modal nekad, Ridho pun menerima tantangan Monika tersebut. Berbekal sedikit pengalaman jadi tenaga kontrak di kantor pemerintah daerah Ridho merasa percaya diri jika dia mampu menyelesaikan tantangan tersebut.

"Silakan kamu duduk di kursi kerja Pak Boy, dan Pak Boy silakan antarkan dulu pacarnya pulang lalu kembali segera ke kantor, karena bagaimana pun Ridho ini masih harus dibimbing!" seru monika.

Dengan wajah merah penuh rasa malu, Boy pun segera memanggil pacarnya dari dalam kamar mandi dan segera mengantarnya pulang.

"Saya permisi dulu Bu!" Boy pamit pada Monika.

Tanpa berpamitan Monika pun keluar yang diikuti oleh Randi, Ridho pun sendiri sambil komat kamit bicara srndiri karena dia takut kamera cctvnya menangkap perilaku dia yang kurang berkenan di pikiran Bosnya.

"Semoga aku bisa, dan semoga ini jalan cepat menuju sukses!"

Meski sudah di luar, Monika menyempatkan dirinya untuk melihat Ridho di balik kaca ruangan Boy tersebut.

"Semoga dia tidak bisa melakukan hal itu, karena jika bisa maka aku akan benar-benar jatuh cinta! " batin Monika.

Pasca pertemuan pertama dia dengan Ridho, semalam suntuk hati dan pikiran Monika tersiksa sampai tidak bisa tidur.

"Hei Monik, sadar kamu siapa? Dia siapa?" batinnnya sendiri mencoba memperingatkan.

Segera kaki Monika melangkah menuju ruangannya, sambil menunggu tepat pukul 22,30 apakah tantangan Monika selesai dilaksanakan secara sempurna oleh Ridho atau kah bagaimana.

"Bu Monik, pikiranmu tak secantik wajahmu! Kamu ternyata sekejam ini. Aku baru magang tapi malah diberi tugas yang tidak sesuai dengan tugas yang disepakati dalam kontrak kerja!"

Sambil menjentikkan jemarinya di depan laptop, Ridho menanggapi tentang sikap Monika yang terkesan di luar jalur pekerjaannya.