Anak-anak jalanan itu benar-benar membuat fikiran Reyhan terbuka sekarang.
Tidak ada lagi keraguan dalam fikirannya. Cowok itu sudah yakin akan mengamini permintaan mendiang sang kakek dalam surat wasiatnya. Ya, surat wasiat yang sudah menekannya beberapa hari ini. Surat wasiat yang juga seperti buah simalakama untuknya.
Reyhan, bukanlah anak kandung dari Nyonya Lita Deandra. Dia lahir dari seorang wanita cantik keturunan Turki bernama Nathalia. Tapi sayang, Ibunda tercinta harus meninggal dunia karena sebuah kecelakaan ketika usia Reyhan baru 4 tahun. Keadaan itu tidak saja membuat Reyhan kecil sedih, namun sang papa, Danu Deandra juga sangat terguncang. Dunia nya pun berubah drastis.
Sejak Ibunya berpulang, sikap sang papa mulai berubah. Papa tidak segan untuk membentak, memarahi, bahkan bertindak kasar pada Reyhan kecil. Papa juga sering mabuk-mabukan serta jarang pulang ke rumah. Papanya benar-benar hancur, terpuruk, dan kehilangan arah. Reyhan kecil akhirnya diasuh oleh mbok Inem, seorang kepala asisten rumah tangga di rumahnya waktu itu. Perlu diketahui, mbok Inem ini adalah ibunya Bambang, dan sudah bertahun-tahun mengabdi di keluarga Deandra, bahkan sebelum papa dan ibunya Reyhan menikah. Sejak itu pula, Reyhan kecil menjadi anak yang sering murung dan bersedih. Hari-harinya kelabu. Tidak ada kebahagiaan dan keceriaan lagi yang biasanya didapatkan anak-anak seusianya. Dia marah dengan cerita hidupnya yang memilukan. Dia memang memiliki semuanya, tapi tidak dengan kasih sayang orang tua. Itulah yang membuatnya menjadi agak songong seperti sekarang.
Empat tahun kemudian, Danu Deandra memutuskan untuk menikahi seorang wanita cantik yaitu Lita Deandra. Beruntung, Mama Lita sangat menyayangi Reyhan. Dia bukanlah ibu tiri kejam yang sering muncul seperti di sinetron azab. Awalnya, Reyhan memang tidak menyukai Mama Lita karena dia takut papa akan semakin menjauhinya. Dia sudah cukup tersiksa dengan sikap papanya itu. Namun seiring berjalannya waktu, mama Lita bisa memenangkan hatinya Reyhan. Beliau mengurus keluarga Deandra dengan baik. Bahkan, dia tidak pernah membedakan antara Reyhan dan Sarah, anaknya yang lahir kemudian. Papa pun akhirnya kembali ke jalan yang benar setelah bersatu dengan mama Lita.
Dan sekarang, surat wasiat simalakama datang dari mendiang kakek dari ibu kandungnya. Kakeknya yang memang seorang warga negara Turki memiliki sebuah perusahaan berskala nasional di Turki. Mendiang kakeknya berpesan agar Reyhan mau memperbaiki seluruh sistem yang ada di perusahaan itu karena disana sudah terjadi banyak kekacauan bahkan perusahaan itu terancam bangkrut. Kakek tidak tau harus meminta tolong dengan siapa lagi selain Reyhan sebagai 'penerus murni' perusahaan. Beliau hanya memiliki seorang anak yaitu Nathalia, yang otomatis cucu tunggalnya juga hanya Reyhan. Jadi semua harapan beliau bergantung pada Reyhan. Dan untuk sementara ini, perusahaan itu masih dipegang oleh orang kepercayaan mendiang sang kakek.
Sebenarnya bukan hal sulit bagi Reyhan untuk mengiyakan permintaan mengurus perusahaan itu. Toh dia sudah lama terjun di dunia bisnis besar, bukan lagi yang ecek-ecek. Cowok itu sudah sangat berpengalaman di dunia bisnis. Namun yang menjadi masalah adalah persyaratan untuk memimpin perusahaan itu yang amatlah berat untuk dituruti : IA HARUS MENIKAH.
Di ulang : MENIKAH.
Reyhan, seorang jomblo berusia 30 tahun. Tipikal cowok sulit jatuh cinta namun sekalinya cinta akan susah move on. Bagaimana mungkin dalam waktu singkat dia menikah? Apa iya dia harus menikahi diri sendiri?
Omong kosong.
Dia masih waras. Mana mungkin muncul ide buruk begitu. Seandainya saja dia tidak putus dengan Amora, pasti dia sudah menikahi gadis itu dan buru-buru menyelesaikan misi surat wasiat. Tapi kejombloan ini rupanya menciptakan masalah besar sekarang.
Reyhan sebenarnya bisa saja menolak mentah-mentah keinginan dari mendiang kakeknya. Namun pertemuannya dengan Imron, Tia, dan seluruh anak jalanan lain memaksanya untuk menahan ego sendiri demi kepentingan orang lain. Di perusahaan itu, ada sekitar 1200 tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya. Reyhan gak ingin akan lebih banyak lagi Imron Imron lain di luar sana yang putus sekolah dan berjualan koran. Cowok itu sudah teramat benci melihat anak-anak kecil kekurangan kasih sayang karena orang tua. Otomatis ketika perusahaan itu bangkrut dan tenaga kerjanya di PHK, akan makin banyak angka pengangguran dan kriminalitas juga makin meningkat. Dia gak mau ada keluarga lain yang berantakan karena masalah ekonomi setelah terjadi PHK.
Tidak!
Dia tidak akan membiarkan anak-anak tak berdosa yang akan jadi korban nantinya. Cukup sudah dia merasakan masa kecil yang menyedihkan. Jangan sampai ada anak-anak lain yang sedih.
Dari situlah Reyhan bertekad, dia akan iyakan kemauan kakek, termasuk untuk menikah. Walaupun mungkin, dia akan mencari jalan pintas untuk mencari calon istri. Persetan dengan cinta, yang penting menikah saja dulu.
Reyhan menarik nafas panjang setelah sedari tadi hanya berdiam di singgasananya dalam kamar. Ya, lebih cepat lebih baik agar nasib 1200 orang lain bisa lebih jelas. Dia mengangguk-angguk yakin.
***
Sementara keesokan harinya di kantor, Lenny kembali mendapatkan cibiran dari rekan-rekan kerjanya yang lain. Beberapa hari ini dia hanya diam dengan semua skandal fitnah itu, eh beritanya bukan mereda justru malah semakin menjadi jadi. Dan menurut informasi terselubung, sekarang sudah ada group anti Lenny Addara di whatsapp kalangan karyawati. Group seperti itu tentu amat meresahkan baginya. Sekarang ia merasa makin terintimidasi.
Lenny yang makin gusar memutuskan menceritakan masalahnya pada sang atasan, pak Bayu. Bagaimanapun walau pak Bayu itu sering menyebalkan, tapi kalau untuk diajak curhat masih oke lah. Apalagi ini juga terhitung masalah yang ada di kantor, tentu masih masuk akal jika minta pertimbangan beliau.
Dari hasil diskusi alot dan agak nyeleneh dengan pak Bayu di ruangannya tadi, atasannya menyarankan bahwa Lenny harus membicarakan semua ini dengan Reyhan secara pribadi, sebelum beritanya makin luas. Reyhan harus tau situasi yang sudah terjadi karena bagaimanapun, dia jadi di bully karena netijen tidak terima dengan kedekatan mereka berdua.
Lenny sebetulnya ragu dan merasa lancang jika menemui Reyhan di jam kerja begini. Tapi gadis itu tidak punya pilihan lain. Reyhan sangat sibuk, dan berhembus kabar bahwa sang boss besar akan berangkat ke Bali dalam waktu dekat.
"Saya pergi sendiri nih pak?" tanya nya ragu.
"Lha iya toh.." tukas pak Bayu, "Opo yo mau sama nenekmu?" Alisnya naik satu, tanda meledek.
Lenny mendegus sebal. Apa pak Bayu ini gak ada kalimat lain selain 'nenekmu'?
"Sekarang?"
"Ndak, tahun depan wae!" Pak Bayu jadi kesel sendiri, "Yo sekarang toh yo.. kamu mau ini cepet selesai toh?!"
"Ya mau lah pak.. yaudah kalo gitu, terimakasih banyak atas sarannya"
"Yo, ojo lali kamu salamin nanti ya sama si Fio yang seksi itu..." pesan pak Bayu, lengkap dengan kedipan nakal.
"Inget pak, istri udah tiga di rumah. Yakin kuat nambah lagi?!" Lenny terkekeh. Dia segera ngacir ke luar dari ruangan itu. Samar-samar dia mendengar suara pak Bayu sebelum pintu ditutup
"Jangan ngeremehin kejantanan saya lho! Saya malah rencana pengen punya istri selusin!"
***
Gedung sebelah lantai 11. Ah Lenny jadi geregetan sendiri sekarang. Langkahnya begitu cepat dan besar-besar, sengaja biar cepet sampai. Dia udah gak kuat lagi sama semua ini. Dia harus buka suara dan jadi karyawan yang berani menyampaikan pendapat. Jangan mau kalah dengan boss tiran itu.
Begitu sampai di meja sekertaris Reyhan, Lenny mencoba sebisa mungkin mengatur emosinya. Dia masih memaksakan diri untuk tersenyum walaupun kesel dengan cewek dihadapannya.
"Bisa saya ketemu pak Reyhan?"
"Maaf, gak bisa!" Jawab Fio seketika. Raut wajah cewek itu juga berubah, dari yang tersenyum ramah jadi jutek luar biasa.
"Tapi kenapa?"
"Ya pokoknya gak bisa. Dia lagi sibuk!"
"Oke, kalau gitu jam berapa saya bisa ketemu beliau?"
"Mbak gak bisa ketemu beliau hari ini, gak denger ya?!" Fio tetep ngotot. Wah, ngajak ribut nih.
"Oke kalau gitu..." Lenny menghela nafas. mencoba mencari cara, "Kalau gitu saya permisi dulu" Lenny segera balik badan. Baru berjalan dua langkah, dia berhenti dan memutar badannya menghadap Fio lagi.
"Tapi Fio, by the way and the busway make up kamu nge crack tuh di smile lines, hidung kamu juga berminyak banget.. dan lipstik kamu itu ya ampun.." Lenny sengaja membuat pandangan seolah-olah prihatin dengan kondisi make up Fio. "Berantakan! Kayaknya kamu mendingan touch up deh!"
Lenny segera berlalu. Tapi cewek itu tidak pergi begitu saja, dia hanya berusaha menghilang dari pandangan Fio namun tetep bersembunyi dibalik tembok menuju lift.
Dan berhasil!
Pancingannya itu sukses membuat Fio kocar kacir berlari ke toilet dengan membawa seperangkat make up. Lenny terkekeh, ternyata gampang banget ngerjain sekertaris itu. Biar tau rasa dia.
Dengan cepat Lenny segera berlari kembali ke depan pintu ruangan Reyhan. Namun sebelum masuk dia celingukan dulu mengintip ke dalam, dah kayak maling cucian yang takut keciduk warga.
Dia harus memastikan bahwa si boss sedang tidak kedatangan tamu, karena yang akan disampaikan ini bersifat privasi.
"Masuk!" teriak suara dari dalam setelah Lenny mengetuk pintu cukup keras.
Begitu masuk, Lenny buru-buru mengunci pintu dari dalam agar tidak ada orang lain yang akan sembarangan masuk seperti dirinya. Kontan saja Reyhan terperanjat. Cowok itu langsung berdiri dari kursinya.
"HEHHH... ngapain kamu ngunciin diri disini berduaan sama saya? Kamu mau ngapain?!"
Lenny yang jadi panik buru-buru berjalan mendekat ke arah meja kerja Reyhan. Sangat dekat. Kini mereka saling berhadapan karena Reyhan keluar dari balik meja itu.
"Saya mau minta pertanggungjawaban bapak!"
"HAH?!"
Cowok itu terbelalak. Dasar karyawan edan! Emang gue udah ngapain dia?!
"Tanggung jawab?! Reyhan mengulangi kalimat itu seolah tak percaya dengan apa yang didengar, "Kenapa saya harus bertanggung jawab ke kamu? Memangnya... Kamu hamil?!"
"Aduh pak..." Lenny menepuk nepuk jidatnya, "Bapak ini beneran gak tau, atau pura-pura gak tau sihh??"
"Apa maksud kamu?!"
"Maksud saya..." Lenny mengatur nafasnya sebentar. Bingung harus mulai dari mana, "Ini tuh soal kita pak! Soal kitaaa!!"
"Iyaaaa, memang kita kenapa? Saya ngapa-ngapain kamu juga enggak! Boro-boro tanggung jawab!"
Lenny berdecak kesal. Benar-benar gak peka banget ini orang sama gosip seantero kantor.
"Boleh saya jelasin?"
"Sure.. Kita duduk di sofa itu!"
Mereka berdua langsung berpindah duduk di sofa empuk yang berada di bagian ujung ruangan ini. Lenny duduk dengan gelisah, apalagi dengan tatapan Reyhan yang seperti biasa : tajam dan menusuk. Cewek itu mulai berdehem, menyetel tampang yang amat serius agar orang disebelahnya juga percaya.
"Jadi gini pak, sebenernya saya itu kena bully.."
"Terus?" Reyhan mulai gak sabar.
"Eng... saya.. saya tuh capek ngadepin ini. Saya tertekan, sedih juga. Saya nyaris mau gantung diri di pohon cabe tetangga loh pak"
"Terus kalo kamu kena bully, hubungannya sama saya apa?!" Cowok itu kesel, "Kamu pikir saya ini komnas HAM?!"
"Oh bukan.." Lenny memberanikan diri menatap mata cokelat cowok itu, tepat di manik mata. "Jadi sebenernya..."
Dan mulailah Lenny bercerita panjang kali lebar, naik, turun, belok, nyemplung ke permasalahan bullying yang dia alami. Ceritanya harus pake wajah sedih, biar Reyhan tersentuh dan akhirnya mau nolongin bikin konferensi buat ngelurusin berita. Lenny juga menyertakan bukti screenshot bullying itu, biar lebih menyakinkan dan no hoax pastinya.
"Gitu pak ceritanya. Jadi dengan segala kerendahan hati, saya mohoonnnnn banget..." Gadis itu menyatukan kedua telapak tangan didepan wajahnya, "Tolong bapak bantu memberikan jalan keluar untuk masalah ini. Tolong pak, saya hampir stress!"
Reyhan tercengang. Gila! Kenapa bisa sih anak itu kena bullying karena dirinya, memang masalahnya apa kalau mereka makan siang bersama?
Cowok bertubuh atletis itu mulai panas hati. Dia lalu mengendorkan dasi dilehernya dan menyingsing lengan kemeja yang dikenakan. Otaknya berpikir keras. Kasian juga nasib Lenny kalau begitu. Siapapun yang mengalami bullying pasti akan sedih dan terpukul. Dan Reyhan jadi ngerasa bersalah karena bullying itu terjadi juga karenanya. Dia gak bisa ngeliat orang lain susah karena dirinya.
Kalau dipikir-pikir karyawati disini emang terlalu posesif sama dia. Mereka selalu menganggap Reyhan milik umum, sehingga tidak boleh dimiliki secara pribadi. Siapapun orang yang dekat dengannya, pasti selalu dimusuhi, kecuali Fio karena sekertaris. Bener-bener fikiran yang aneh kan?
Sejak ngejomblo, memang sudah banyak hati wanita yang patah karena ditolak. Reyhan itu anti banget sama cewek agresif, jadi jangan sekali-kali mengejarnya duluan, atau wanita itu akan langsung diblacklist dari daftar hidupnya. Dan bisa jadi, orang-orang yang ngebully Lenny adalah kumpulan mahluk-mahluk yang sudah patah hati. Mereka jadi dendam dan bersekongkol ngebully, who knows?
"Saya mohon banget pak, masa bapak tega kalau saya sampe stress betulan.. Saya ini belum nikah loh pak. Kasian jodoh saya nanti.." Lenny menimpali.
Reyhan jadi makin bingung dan kasihan.
Tapi tunggu, apa kata dia tadi? Nikah?
"Oke kalau gitu.." Reyhan akhirnya menjentikkan jarinya, "Saya ada jalan keluarnya!"
"Jadi gimana?" Mata Lenny berbinar, penuh dengan harapan.
"Solusinya adalah..." Rey menarik nafas panjang. Berat sebenarnya dia mau bilang ini.
"Apa dong?" cewek disebelahnya jadi gak sabar.
"Menikahlah dengan saya!"
Sesaat Lenny mematung. Dia ngerasa telinganya pasti udah konslet.
"HAAAAAA?????!!"
"Iya.. kamu menikah dengan saya!"
Ternyata dia gak salah dengar. Mendadak Lenny jadi pengen pingsan sekarang!
******************
PS :
Hai semua, mohon maaf hari ini telat updatenya. Gimana, pada suka ngga nih sama jalan ceritanya?
Oh iya aku mau ucapin terimakasih banyak buat semua yang udah baca, baik silent readers ataupun yang udah komentar. Komentar kalian itu nambah semangat aku dalam berkarya.
Baca terus kelanjutan kisah "TERPAKSA KAWIN" yang akan up setiap senin-jumat!
:) see you hari senin guys!