webnovel

TERBIASA

Dua pemuda dewasa akhirnya saling jatuh cinta, karna selalu bersama dalam ikatan pekerjaan. Namun, salah satu dari mereka sudah bertunangan. Bisakah mereka berasama?

Altwp · LGBT+
Peringkat tidak cukup
38 Chs

Tiga

Suara gemricik air dari shower, menghujani tubuh Eza, tubuh yang putih dan bersih nyaris tanpa noda. Dada yang bidang, perut yang rata menambah keindahan pada lekuk tubuh Eza. Air dari shower menyingkirkan busa-busa sabun, yang menempel pada tubuhnya.

Masih dalam keadaan telanjang dada, hanya ditutupi handuk yang melilit dibagian area pribadinyaa, Eza keluar dari kamar mandi, berjalan menuju lemari pakaian.

Sebelum memakai baju, Eza tak pernah lupa memberikan deodoran pada ketiaknya, yang dipenuhi banyak bulu-bulu. Parfum dengan merek terkenal juga tidak lupa Ia semperotkan di sekujur tubuhnya.

Eza memang sangat pandai dalam urusan merawat tubuh. Hampir apa yang digunakan, selalu disukai banyak orang.

Seperti biasa Eza mengenakan kemeja yang ukuranya pas di badan. Hingga membuat lekuk keseksianya tubuhnya terekspose sempurna. Celana ketat yang Ia pakai juga membuat pantat terlihat montok, dan mencetak celana dalamnya.

Penampilan Eza selalu menarik perhatian banyak wanita.

Termasuk tunanganya, ia sangat sering memuji penampilan. Tidak sedikit wanita-wanita cantik yang berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Eza. Terkecuali Tias.

Tias, sebagai sahabat mungkin sudah mati rasa dengan Eza. Bahkan Tias sering merasa heran jika ada seorang wanita yang selau curi pandang, dan mengoda Eza.

'Apa yang menarik dari kamu si Za? dasar mereka wanita-wanita bodoh' itu adalah kalimat yang selalu keluar dari bibir Tias, saat melihat sahabatnya menjadi pusat perhatian para wanita.

===

Tidak ingin melewatkan kesempat, pagi-pagi sekali Arga sudah mempersiapkan segala keperluan untuk lamaran pekerjanya.

Arga mendapat pesan dari Eza tadi malam, katanya hari ini ia bisa langsung melakukan interview. Oleh sebab itu, pagi ini Arga terlihat sangat bersemangat sekali.

Kebalikan dari Eza, Arga tipe cowok yang selalu berpenampilan apa adanya. Tidak pernah memaksa, dan selalu santai. Asal cocok dan nyaman dipakai baginya udah cukup.

Tapi meski berpenampilan apa adanya itu tidak mengurangi pesona yang ada padanya diri Arga. Pria berahang kokoh dan berhidung agak mancung ini, juga banyak menarik perhatian wanita. Ditambah dengan tubunya yang keras, dan berbentuk, membuat ia terlihat menggoda meski selalu berpenampilan apa adanya.

Warna kulitnya memang agak cokelat, tidak seputih dan semulus Eza, karena ia tidak pernah melakukan perawatan.

Hari itu Arga tidak ingin terlambat, ia juga tidak mau melewatkan kesempatan, dan juga tidak ingin mengecewakn Eza.

Pagi-pagi sekali Arga sudah sampai di halaman, Di depan kantor dimana Eza bekerja di sana. Setelah menjelaskan semua maksud, dan tujuan pada security, Arga dipersilahkan masuk, dan disuruh menunggu dibagian resepsionis.

Tidak lama kemudian, terlihat sebuah mobil sedan berparkir di halaman kantor.

Arga memperhatikan seseorang yang turun dari mobil tersebut. Bibirnya tersenyum simpul, saat ia tahu yang turun dari mobil itu ternyata Eza bersama Tias.

Eza selalu menghampiri Tias, kalo berangkat kantor karena jarak rumah yang tidak begitu jauh, dan satu arah dengan kantor mereka.

Setelah Eza dan Tias sampe di hadapanya, Arga langsung berdiri untuk menyapa keduanya.

"Hey, selamat pagi Arga, sudah sampe disini kamu?" Tanya Tias dengan gayanya yang centil.

Arga hanya tersenyum simpul sambil menganggukan kepalanya.

"Kalo gitu aku duluan ya," imbuh Tias, kemudian ia melenggang meninggalkan Eza dan Arga yang masih berdiri di tempatnya.

Arga melepas kepergian Tias, memperhatikan langkahnya hingga masuk kantor. Setelah itu ia mengalihakan pandanganya ke arah Eza yang masih berdiri di hadapannya.

Arga dan Eza saling bersitatap, keduanya melempar senyum ciri khasnya masing-masing.

"Trus gimana? Aku musti ngapain sekarang?" Tanya Arga membuka obrolannya.

"Ohiya, nanti aku langsung interview kamu, soalnyakan aku yang merekomendasikan kamu. Jadi aku dikasih tanggung jawab soal kamu. Jadi biar lebih gampang. Karena nantinya kamu bakal ngisi staf dibagian divisiku." Jelas Eza.

"Oh.. gitu," ucap Arga.

"Yuk, kita masuk ke kantor," ajak Eza.

Eza berjalan di depan, sementar Arga mengikutinya dari belakang. Saat Eza melewati Arga, aroma parfum yang menyembur dari tubuh Eza membuat Arga memejamkan mata menghirup dan menikmati wangi yang menggoda.

"Za...!"

Arga menghentikan langkah kaki Eza, cowok yang selalu berpenampilan modis itu memutar tubuhnya 180 derajat, hingga sampai berhadapan dengan Arga.

"Ada apa?" Tanya Eza heran.

"Nggak digandeng lagi ni?" Goda Arga.

Candaan Arga sukses membuat bibir merah Eza mengembang. Ia terkekeh pelan seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu ia kembali memutar tubuhny, melanjutkan perjalanannya menuju ke kantor.

Sedangkan Arga masih mengikuti Eza dari belakang. Saat berjalan manik matanya menelusuri tubuh Eza dari ujung kepala, dan berhenti dibagian pantat Eza. Keningnya berkerut saat ia melihat cetakan celana dalam Eza dari luar celana dasarnya.

Penampilan Eza hari itu, membuat Arga berdecak kagum, sangat jauh berbeda dengan dirinya. Rasanya seperti bumi dan langit.

Eza berjalan melewati anak tangga, lantaran ruangannya yang berada di lantai atas. Sialnya, baru beberapa langkah Eza menaiki anak tangga, kakinya terpeleset akbit lantai yang masih basah, lantaran baru saja dipel oleh seorang ovice boy.

Untung saja, ada Arga yang masih berdiri dibelakang, sehingga ia bisa dengan sigap menopang tubuh Eza yang hampir jatuh kebelakang. Secera reflek tangan kekar Arga memeluk bagian pinggang Eza dengan kuat, membuat yang dipeluk, mengerutkan kening dan menjadi salah tingkah dibuatnya.

Arga terlena dengan aroma wangi tubuh Eza, sehingga membuat ia merasa nyaman, tidak ingin melepaskan pelukannya.

"Hati-hati," ucap Arga saat tatapan mata mereka bertemu. Jarak wajah yang sangat dekat, hidung yang hampir bersentuan membuat keduanya menjadi salah tingkah.

"Oke thank's," ucap Eza seraya mengatur posisinya agar bisa berdiri dengan sempurna. "Tolong lepas tangannya, aku udah bisa berdiri sendiri."

"Ups, maaf..." Arga tersentak, dan langsung melepaskan pelukan nya.

"Hufft," Eza membuang napas lembut, sambil menggelengkan kepalanya pelan. Beberapa saat kemudian ia kembali melanjutkan perjalanannya, menuju ruangnnya.

Semenatara Arga masih setia mengikutinya dari belakang. Arga menelan ludahnya susah payah, saat melihat kembali pantat Eza yang terbungkus celana dasarnya yang ketat.

====

Tbc