webnovel

Orang yang Berlutut di Luar

Editor: Wave Literature

Gadis itu mendongakkan kepalanya dan yang dilihatnya adalah seorang pria asing. Gadis itu mengangkat kepalanya dan lehernya sedikit pegal melihat Quan Rui seperti ini karena pria itu sangat tinggi. Atau, mungkin juga karena ia sudah lama membungkuk dan terlalu lama mencari sesuatu di rerumputan.

Malam yang gelap tetap tidak bisa menyembunyikan aura Quan Rui yang tidak tertandingi. Quan Rui hanya berdiri tepat di depannya dan menurunkan pandangannya untuk menatap Bai Ran. Namun, Bai Ran tidak bisa melihat jelas wajah Quan Rui karena pria itu berdiri tepat membelakangi cahaya hingga hanya menunjukkan siluet yang tampak menakutkan.

Saat Bai Ran mendongak, Quan Rui akhirnya dapat melihat wajah Bai Ran dengan jelas. Rambut di bagian depan wajah Bai Ran berhenti bergerak dan memperlihatkan dahi penuhnya yang halus. Alisnya sedikit berkerut dan mata besarnya menatap Quan Rui lurus-lurus. Bai Ran menatap Quan Rui seakan pria itu baru saja mengejutkannya. Mata Bai Ran sungguh sangat jernih seperti air dan juga sangat dalam seperti kolam. 

Saat Bai Ran menatap Quan Rui seperti ini, pria itu masih bisa rendah hati dan tidak sombong. Ia merasa nyaman karena ia suka melihat wajah Bai Ran. Bai Ran juga memiliki hidung kecil, bibir lembab, rahang yang tidak terlalu tajam, dan wajah yang berbentuk seperti kuaci sehingga wajah cantiknya tampak memanjakan mata.

Kulitnya putih dan pipinya sedikit memerah sehingga terlihat begitu sehat. Setelah Quan Rui memperhatikannya dengan saksama, ia berkomentar dalam hati, Dia tetap sedap dipandang mata dan tidak tampak memuakkan meskipun sedang berlutut di rumput dan tidak banyak yang bisa dilihat darinya. Satu-satunya kekurangannya adalah dia bukan putri keluar Jiang dan juga bukan gadis yang dijodohkan untuk menikah denganku.

Quan Rui tetap berdiri dan terdiam seperti itu sedikit lebih lama tanpa mengatakan sepatah kata pun, bahkan tanpa bernapas berat sedikit pun. Kemudian, ia berbalik dan kembali melangkah ke jalan besar. Ia tidak menghentikan langkah kakinya sama sekali dan langsung masuk ke dalam aula vila. Suara langkahnya sangat ringan, sama seperti saat ia datang, sehingga tidak ada yang mendengarnya.

Bai Ran tidak menoleh untuk melihat pria yang begitu cepat menghilang dari penglihatannya secepat saat ia datang tadi. Bai Ran hanya menghela napas sejenak, kemudian kembali meraba-raba di sekitar rerumputan. Aku kira yang tadi datang adalah Jiang Hao, tapi untung saja bukan, batinnya.

George dan Luo Wei yang membeku di belakang Quan Rui hanya saling bertukar pandangan sama-sama tidak tahu setelah melihat apa yang terjadi. Ada apa dengan Bos hari ini? Jangan-jangan Bos tertarik pada gadis yang berlutut di rumput itu? 

Keduanya sedang berpikir saat rombongan mereka memasuki aula vila. Begitu masuk, mereka disambut pesta meriah di depan mata mereka. Terdengar riuh rendah suara orang dari berbagai sudut aula. Tampak para pria dan para wanita yang mengenakan pakaian formal sambil membawa sampanye dan anggur merah berkeliling di aula.

Quan Rui melihat pemandangan di depannya dengan dingin dan tak lama kemudian, ia melihat seseorang berjalan menghampirinya. Siapa lagi kalau bukan Jiang Hao. Ia dan Quan Rui sudah sering bersama selama bertahun-tahun. Lagi pula, Quan Rui memiliki kontrak pernikahan dengan saudari Jiang Hao sehingga Quan Rui akan menjadi saudara ipar Jiang Hao di masa depan. Karenanya, jika Quan Rui tidak datang juga di acara sebesar acara malam ini, ia akan mempermalukan Jiang Hao dan membuat Jiang Hao kehilangan muka.

Jiang Hao datang dan menyambut Quan Rui, "Tuan Quan sudah datang! Kami sudah menunggumu dari tadi! Semua meja perjudian sudah dipersiapkan dan aku tahu kamu jago bermain. Hari ini, aku mengundang Raja Poker secara khusus untuk menemanimu bermain!" katanya dengan antusias sambil memberi Quan Rui segelas anggur.

Sudut bibir Quan Rui sedikit terangkat saat ia menerima segelas anggur. "Siapa orang yang berlutut di rumput di luar sana?" tanyanya dengan tenang. Sembari berbicara, ia masih menyempatkan bersulang dengan Jiang Hao untuk membuat kata-katanya terdengar lebih alami.

Jiang Hao sebenarnya sudah sedikit mabuk. Namun, setelah bertemu dengan Quan Rui, ia tidak lagi mempedulikan hal lain. Ia pun meminum anggur, lalu tertawa dan menjawab, "Hanya orang yang tidak penting yang menumpang makan pada kami, keluarga Jiang! Tidak usah mempedulikannya. Dia suka memungut barang, jadi biarkan dia memungut sampai puas! Sudahlah! Mari main bersama kami, Tuan Quan. Mau mencoba memenangkan permainan ini dengan sekali main?"

Jiang Hao menggiring Quan Rui ke tengah aula di mana sebuah lampu gantung besar memancarkan cahaya yang menyilaukan dan menerangi meja judi di bawahnya. Jiang Hao mempersilahkan Quan Rui duduk, kemudian mulai memperkenalkannya pada orang yang ada di meja judi itu.