3 Hal Yang Lebih Menarik Untuknya

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Ini Meng Fan yang dikenal sebagai Raja Poker! Kompetisi yang telah dimenangkannya tak terhitung!" Jiang Hao mulai memperkenalkan dengan bersemangat. Ia jelas menyukai makan, minum, dan berjudi sehingga ia benar-benar senang bertemu dengan Meng Fan. Apalagi, ia juga sangat mengagumi kemahiran Meng Fan bermain poker!

Quan Rui mendengarkan Jiang Hao sambil melihat sekilas ke arah yang pria yang disebutnya sebagai Raja Poker itu dengan santai. Pria itu mengenakan setelan dengan hiasan bulu yang tampak rumit di bagian bahu. Quan Rui biasanya tidak terlalu suka duduk dengan orang seperti ini. Ternyata, Meng Fan juga sedang melihatnya sehingga mereka berdua kini saling memandang dan tampak tidak terbiasa dengan satu sama lain. "Aku sudah lama tidak menyentuh barang ini..." kata Qian Rui.

Quan Rui baru saja hendak menolak tawaran bermain poker. Namun, sebelum ia menyelesaikan perkataannya, seorang wanita berdiri di sampingnya dan menatapnya dengan tegas. "Rui, bermain dengan kami untuk satu set saja? Adik Kedua Meng Fan datang ke sini khusus untuk mencarimu," ujar wanita itu. 

Qian Rui sekilas melirik ke samping dan melihat wanita itu. Mereka saling memandang dan terjadi sedikit perubahan di mata wanita itu. Quan Rui pun tidak mengatakan apa-apa dan langsung berjalan ke tempat duduk yang ditunjuk Jiang Hao.

Melihat Qian Rui duduk, barulah Jiang Hao tertawa. "Kakak Tertua masih paling efektif! Setelah Kakak Tertua yang maju, Kakak Ipar menyetujuinya dengan begitu mudah!"

Jiang Hao yang mabuk benar-benar berbicara tanpa mempedulikan apa pun. Quan Rui pun sontak mengerutkan kening saat mendengar sebutan 'Kakak Ipar' itu.

Wanita yang barusan berbicara adalah Jiang Bangyuan, putri tertua keluarga Jiang sekaligus wanita yang dijodohkan untuk menikah dengan Qian Rui. Quan Rui tidak memiliki perasaan apapun untuk wanita ini, tapi kontrak pernikahan mereka telah ditetapkan oleh sang ayah. Orang-orang di sekitar pun menganggap kerja sama Quan Rui dan Jiang Bangyuan sebagai ekspresi kasih sayang di antara keduanya. Orang-orang yang berada di sekitar sana juga sangat suka bergosip sehingga mereka turut memanaskan suasana.

"Cepat, lihat! Presiden Quan yang paling kuat di kota Sanjiang ternyata seorang pria yang lembut dan patuh pada perkataan istrinya!"

"Iya! Keluarga Quan benar-benar memiliki kekuatan finansial yang tak terhitung dan dengar-dengar, mereka bisa membeli setengah dari bumi! Sekarang setelah menikah dengan keluarga Jiang, tampaknya mereka benar-benar bisa menutup langit hanya dengan satu tangan!"

"Hehe… Putri tertua keluarga Jiang, Jiang Bangyuan, juga memiliki aura dan popularitas yang bukan main! Lihat betapa cantiknya dia!"

Quan Rui, Meng Fan, Jiang Hao, dan Jiang Bangyuan duduk mengelilingi satu meja judi berbentuk oval. Di seberang empat orang itu, duduk seorang wanita yang mengenakan pakaian berpotongan rendah dan berpenampilan cukup menarik yang bertindak sebagai pembagi kartu atau umumnya dikenal sebagai dealer. Setelah mereka berempat duduk, barulah perjudian itu benar-benar dimulai.

"Turnamen poker hari ini memperbolehkan taruhan tanpa batas. Batas paling tingginya satu miliar, sedangkan ukuran taruhan blind yang bisa diberikan adalah seratus juta atau dua ratus juta," terang dealer itu menjelaskan aturan permainan. Ia melihat sekilas keempat orang di depannya dan melanjutkan, "Blind besar dan blind kecil, silakan bertaruh."

Setelah dealer selesai berbicara, Jiang Bangyuan dan Jiang Hao meletakkan chip masing-masing. Kemudian, dealer mulai membagi kartu dari kiri ke kanan hingga setiap pemain mendapat dua lembar kartu. Jiang Hao melihat kartunya, lalu ia mengerutkan kening dan ekspresi wajahnya menjadi sedikit masam. Jiang Bangyuan juga melihat kartunya dan tampak agak santai. Ia hari ini hanya datang untuk menemani mereka bermain sehingga tidak perlu terlalu serius.

Hanya Quan Rui dan Meng Fan yang belum melihat kartu mereka masing-masing. Perhatian Quan Rui tidak pernah tertuju ke meja judi karena baginya, ini hanyalah sebuah permainan dan ia tidak pernah memperlakukannya dengan serius. Sekarang, masih ada hal lain yang lebih menarik baginya. Quan Rui menyadari bahwa jika ia memiringkan kepalanya sedikit, penglihatannya bisa melewati kerumunan orang yang ada di sana dan mendarat tepat pada gadis yang tadi berlutut di taman rumput. Ia mendapati bahwa gadis itu masih berada di sana dan tampaknya masih belum menemukan barang yang dicarinya. Mata gadis itu begitu terang dan jernih hingga, entah disengaja maupun tidak, selalu terbayang-bayang di benak Quan Rui.

avataravatar
Next chapter