webnovel

Tangisan Rindu

"Tak perlu ragu untuk mengucap atau pun memulai. Aku sudah paham dan mengetahuinya sejak dulu. Cinta memang tidak dapat dipaksa, pun aku tak bisa memaksa dirimu agar lulus 'melupa'. Semuanya memiliki hak. Aku berharap padamu, kamu berharap padanya. Biar saja." -o0o- Lupakan saja apa yang sudah terjadi. Miliki seutuhnya tentang apa yang baru kita peroleh saat ini. Karna kesempatan tak mampu didapat untuk yang kedua kali. Jika memang dapat, itu mungkin anugrah. Kita bersyukur saja atas semua yang telah dikehendaki oleh-Nya. Jangan menuntut, atau pun menyesali. Karna semua hal pasti akan indah pada waktunya. Percayalah.

SitiMaisyaroh2_ · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
416 Chs

Lari Pagi

Dua hari kemudian...

Setelah membereskan kamar dan menyapu lantai, aku bersiap memakai jaket untuk lari pagi di sekitaran rumah.

Rasanya..., sudah lama aku tak menghirup udara segar di sini.

"Bi, aku pamit dulu ya."

"Oke, hati-hati."

Setelah mencium tangan bibi, aku lantas berlari kecil sambil melihat jalanan yang lumayan ramai.

Padahal baru pukul delapan.

Tapi, suasana di sini sudah ramai. Mungkin karena ada yang ke pasar, berangkat kerja atau mungkin ada urusan lain.

Biasanya, aku melakukan olahraga kurang lebih limabelas menit. Setelah keringat dan hawa panas mulai menjalar di punggung, aku beristirahat dulu di bawah pohon sebelum memutuskan pulang.

Aku bersyukur bisa tinggal di kota yang masih melestarikan lingkungan. Apalagi pohon-pohon di sini yang sejak awal sudah ditanam dengan rapi, membuat siapapun yang merasa hatinya gundah pasti duduk di salah satu pohonnya.

Termasuk aku.

"Heh sini lu!"

Suara itu begitu nyaring dan memekakkan telinga.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com