webnovel

Bab 1 Pertemuan

Cuaca pagi ini nampak terlihat sangat gelap menutupi indahnya jalanan kota Adelaide yang biasanya sangat cerah seperti musim yang selalu menjadi musim semi. Amber, seorang gadis berumur 25 tahun terlihat sedang terburu buru keluar dari lobi hotel menuju ke sebuah mobil taxi yang sudah terparkir di depan lobi Hotel

"let's go, please.." Pintanya kepada supir taxi begitu memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang. Setelah mobil mulai melaju barulah Amber dapat bernafas lega sambil menyandarkan badannya ke kursi.  

Melirik dari kaca mobil, supir taxi itu hanya menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah Amber yang selalu terburu buru. Begitu mengambil napas gadis itu akan bersandar di kursi, kemudian merapikan posisi duduknya dengan tegak dan sibuk dengan segala dokumen yang dikeluarkan dari dalam tasnya, merapikan dokumen, kadang terlihat ia mengecek satu persatu kemudian merapikan kembali. 

"Tidak ada yang ketinggalan?" 

Mendengar pertanyaan supir taxi, Amber hanya melirik sekilas melalui kaca mobil dan tersenyum begitu tatapan matanya bertemu dengan sang supir. "Semua lengkap, vin." jawab amber sambil memamerkan senyum cerahnya. Pria yang dipanggil Vin itu kembali fokus melihat jalanan di depannya setelah melihat reaksi Amber. 

Kevin namanya,  seorang supir taxi yang mengantar Amber merupakan salah satu kenalan Amber setelah ia menginap di Hotel Xanders Adelaide semenjak satu Minggu yang lalu, mulai dari pertemuan pertamanya ketika Amber tengah sibuk mencari taxi pergi ke Hotel setelah tiba di Bandara. Awalnya Amber hanya mencoba berbasa basi dengan penduduk Adelaide dengan bertanya tanya mengenai spot wisata di kota Adelaide, mereka pun menjadi berkenalan dan menjadi akrab. tak disangka sopir laki laki yang mengantarnya itu sangat antusias menjelaskan secara rinci semua wisata dan keindahan di Kota kelahirannya itu. Dan tiba tiba saja Kevin menawarkan diri untuk menjadi pengantar dan penjemputnya selama Amber bekerja di negara asing ini. Keduanya pun bersepakat bertemu setiap pukul 7 pagi di depan lobi hotel Xanders untuk mengantar Amber. 

"Apa kau telat?" Tanya Kevin. Mendengar itu, Amber hanya tersenyum sambil melirik melalui kaca mobil dan berkata, "tidak, untungnya aku masuk cukup waktu sampai waktu yang ditentukan."

"Baiklah nona, kita sudah sampai" 

Jarak antara Hotel tempat Amber menginap sebetulnya tidak terlalu jauh dengan cafe yang akan ia datangi, namun karena ia terlambat bangun Amber memilih menghubungi Kevin dan minta diantar. Dengan terburu buru, Amber langsung merapikan dokumen ke dalam tas dan melangkah keluar. Belum selangkah dari mobil ia kembali mengetuk jendela depan hingga Kevin membuka kaca jendelanya. 

"Ada yg ketinggalan?" Tanya Kevin. 

" Tidak, terimakasih Kevin. Aku lupa itu, bye bye" 

Kevin hanya tersenyum melihat Amber yang masih melambaikan tangannya sebelum melangkah memasuki kafe. Ia memang selalu begitu. Keluar dengan terburu buru dan kembali lagi hanya sekedar mengucapkan terimakasih. 

*-*-*

Setelah memesan minuman, Amber langsung duduk di kursi yang dekat dengan jendela untuk memudahkan orang yang akan ia jumpai ketika datang dan mencarinya. Sejujurnya ia masih sangat gugup. Bahkan ketika di taxi ia terus memeriksa kembali naskah  yang akan ia tunjukan kepada kepala editor penerbitan nantinya. Mr. Luffy Malven. Sejujurnya ini merupakan pertemuan pertamanya dengan kepala editor naskahnya, selama ini ia hanya bersapa melalui email untuk membahas tinjauan naskah dari para penulis. 

Pada pertemuan ini, Amber diminta bertemu untuk membahas kontrak kerja sebelum memulai kerjanya sebagai asisten editor di Adelaide. Awalnya amber tak mengerti ketika memeriksa email dan mendapat pesan untuk kerja di Australia, padahal ia sendiri tak pernah mengirim lamaran kerja di luar negri. Hingga akhirnya, Teman Amber, Axel mengaku kalau dia yang mengirim tulisan Amber kepada penerbitan Xy di Australia. Bisa dikatakan, situasi ini merupakan keberuntungan terbesar yang Amber dapatkan untuk menambah pengalaman. Salah satu mimpinya adalah menerbitkan sebuah karya tulisan fiksi, tapi mendapat tawaran kerja sebagai asisten editor juga hal yang bagus untuknya. Tidak ada yang tahu bukan bagaimana masa depan akan berjalan? Bisa saja ini langkah awal Amber untuk mewujudkan impiannya. 

Axel, teman Amber itu ternyata bekerja di Perusahaan besar Jiffy Group yang ada di Australia. Perusahaan itu sangat terkenal karena memiliki banyak cabang. Menurut Axel, Jiffy Group sedang mencari asisten untuk membantu kepala Editor, Mr. Malven dalam meninjau setiap naskah yang masuk. Jadilah, Amber menerima tawaran kerja tersebut dan melakukan beberapa training dengan mencoba meninjau naskah yang diberikan oleh Mr. Malven sebelum membuat kontrak kerja dan berangkat ke Adelaide.  Untungnya Amber pernah bekerja di bagian Editor selama 2 tahun dan juga penerjemah Novel sehingga kemampuannya membantu untuk pekerjaan Mr. Malven. Akan ada 3 asisten yang akan bekerja membantu Mr. Malven, dan Amber bekerja sebagai Asisten ketiga yang baru direkrut. Setelah melakukan banyak percobaan untuk tinjuan 10 naskah Mr. Malven akhirnya meminta bertemu untuk membahas kontrak kerja selama satu tahun. Beruntungnya Amber juga mendapatkan tempat tinggal gratis untuk sementara, ia tak perlu mengeluarkan biaya untuk sewa tempat tinggal selama bekerja di Adelaide, karena Apartemen tempat tinggal Axel akan kosong selama beberapa bulan selagi ia dinas di cabang Korea.

Kring kring

Lonceng yang tergantung di dekat pintu cafe berbunyi begitu pintu dibuka. Seorang pria dengan tinggi 180 cm memasuki cafe, netranya langsung fokus mencari ke sudut cafe yang dekat jendela, sesekali ia menatap ponselnya dan kembali melihat seisi cafe dan pengunjung satu persatu untuk menemukan seseorang yang ia cari berdasarkan foto yang ia dapat dari ponselnya. hingga ia akhirnya netranya terhenti di depan Amber yang sedang menyesap minumannya sambil memandang ke luar jendela.  "Sorry, miss Amber, right?" Tanyanya setelah menghampiri tempat duduk Amber sambil memastikan dengan foto yang ada di ponselnya. 

Mendengar namanya disebut, Amber menoleh dan tersedak karena asik menyesap minumannya setelah melihat sosok lelaki tinggi yang sudah berdiri di hadapannya. 

"" Ehm, ya. Saya Amber." Jawab Amber selesai meneguk minumannya lalu berdiri menyodorkan tangannya untuk memberi salam. Namun langsung ia urungkan karena takut jika caranya memberi salam berbeda dengan cara yang biasa ia lakukan di Indonesia. Bukankah di luar negeri ada beberapa cara salam yang tidak dilakukan dengan berjabat tangan ? 

Melihat Amber yang canggung dan terdiam sesaat, lelaki itu langsung mengulurkan tangannya menyambut tangan Amber "hai, perkenalkan, Luffy Malven, panggil saja aku Malven".

Rasanya bagai masuk ke ruang galeri seni yang berisi pajangan foto model lelaki tampan mirip idol Korea, Amber tak bisa mengalihkan pandangannya dari kedua bola mata Malven yang kehijauan, wajahnya oval dan memiliki garis di dekat dagunya mirip seperti pahatan patung lelaki yang diukir dari tanah liat. Benar benar sangat tampan. Entah berapa banyak kupon keberuntungan yang ia punya hingga mendapatkan semuanya 

 Bisa dibilang bertemu dengan lelaki tampan merupakan salah satu alasan mengapa Amber sangat antusias pergi ke Swis. Amber juga tak menyangka, kalau editor yang akan membantunya adalah sesosok lelaki yang bisa dibilang cukup muda. Umurnya baru mencapai 27 tahun meskipun berbeda 2 tahun dengan usia Amber saat ini. Selama berkomunikasi melalui email atau kdg lewat voice mail, ia berpikir kalau editor yang akan membantunya adalah sosok lelaki tua berumur 40 an sesuai dengan jabatannya sebagai seorang kepala editor. 

"Santai saja, Axel sudah banyak memberi tahu tentang dirimu. Anggap juga aku seperti temanmu. " Sambungnya memecah suasana yang melihat Amber terdiam sesaat setelah menyapa dengan gaya Indonesia. 

Amber tersenyum mendengar ucapan Malven dan merasa bersalah karena malah asik terpana memandangi wajah nya bagai idol Korea.  ia pikir editor yang akan ia temui adalah seorang lelaki paruh baya dengan pembawaan tegas, seram dan menakutkan. 

"Baiklah, aku akan langsung ke poin pertemuan kita hari ini." Mr. Malven mempersilahkan Amber agar kembali duduk ke tempatnya diikuti dengan dirinya yang juga duduk di kursi depan.  "Ini kontraknya, Kau bisa mengajukan keluhan jika keberatan dengan kontraknya" lanjutnya sambil menyerahkan amplop coklat ke hadapan Amber. 

"Terimakasih, Mr. Malven. Aku sangat menyukai semua poinnya setelah membaca  Email yang anda kirim." 

"Tidak… tidak… jangan terlalu formal denganku, anggap saja aku kakak? Atau Teman?" 

Amber tertawa mendengar perkataan Malven, "mm… baiklah, Malven. Terimakasih untuk kontaknya" 

"Jika ada masalah, kau bisa mengangguk kapanpun" ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya. 

"Haha.. okay" Amber kembali melihat isi kontrak dengan seksama, ia merasa kagum karena mendapat pekerjaan yang diinginkan. 

" Untuk sementara aku akan mengirimkan email mengenai naskah yang kau kirim. Jika ada kesulitan kau bisa menggangguku kapanpun" ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya, kemudian berdiri dari tempat duduknya dan pamit. 

" Terimakasih, Malven. Aku sangat terbantu." 

Amber hanya mengangguk untuk salam perpisahan nya dengan Malven yang bergerak pergi meninggalkannya dengan cepat. Karena ada pertemuan lain mereka hanya membahas masalah kontrak dan sedikit tentang hubungan Amber dan Axel, yang walau sebenarnya mereka hanya kebetulan bertemu saat sedang berlibur dan akhirnya berteman karena satu frekuensi. 

Amber melihat jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi. Sekali lagi ia melihat kontrak kerjasamanya dengan rasa kagum. Ia benar benar tidak menyangka akan mendapatkan perasaan bahagia karena naskah  novelnya diterima. Selain itu ia juga bisa menikmati liburan dan berjalan jalan di kota Swiss. 

Menyenangkan bukan? Tentunya hal yang sangat menggembirakan ini harus dirayakan dengan memakan kue dan soda untuk dinikmati bersama. 

Amber langsung melihat menu di etalase cafe yang ternyata juga menjual beberapa cake. Selesai memilih kue dan membayarnya, ia  mengirim pesan kepada kevin agar ikut bersamanya memakan kue di atas balkon Hotel. Karena posisi Hotel yang menghadap ke Amber barat dan mereka bisa makan kue sambil menikmati terbenamnya sunset yang indah di kota Swiss. Amber merasa tahun ini adalah tahun keberuntungan nya. Setelah memilih keluar dari pekerjaan lamanya yang hanya berupa kasir penjaga, ia malah mendapat banyak hal tak terduga dan akhirnya ia bisa sampai di kota ini mengadu nasib pada kontrak kerjasama untuk penerbitan karya tulisnya yang menang lomba. Ditambah lagi ia bisa menikmati banyak jajaran pria tampan d kota ini. Seperti lelaki tampan dengan wajah yang selalu datar sedang fokus dengan tabletnya duduk bersebelahan dengan meja Amber. Sehingga ia bisa dengan sering mengintip wajah tampan itu. Rasanya menyenangkan bukan jika bisa berkenalan dengannya?

Brak. 

Amber bertabrakan dengan seorang pria tinggi saat akan berbalik setelah mengambil kue yang dibayarnya. Kue yang ia pegang ternyata langsung jatuh berserakan. 

"Maaf" ucap keduanya secara bersamaan dan membuat mereka saling menatap. 

Amber terdiam sejenak, laki laki tampan yang perhatikan sejak tadi. 

"Tidak apa apa," ucap Amber kembali menimpali permintaan maafnya barusan, karena merasa gugup sambil membereskan kue yang sudah berserakan. 

Lelaki itu ikut membereskan, dan ingin menggantinya karena merasa bersalah. Namun Amber langsung menolak karena ia juga merasa bersalah karena tidak melihat lihat. 

Dan lelaki itu pun pergi setelah membayar pesanannya. 

'sayangnya aku tidak berkenalan' batin Amber sambil melihat bayangan lelaki itu yang keluar melewati pintu cafe. Saat bertabrakan tadi Amber sepat melirik wajah lelaki yang menabraknya, wajahnya sangat tampan dan ia mengira lelaki tadi bisa saja seorang bintang model atau aktris. 

"Permisi, ini pesanan anda. " Ucap seorang waiters yang memegang sebuah kantong plastik. Amber langsung berbalik mengambil pesanannya yang ia beli kembali dan langsung pergi dan kembali Hotel. Sepertinya kali ini, ia tidak bisa  pulang dengan Kevin untuk menikmati kue bersama karena lelaki itu sedang ada urusan lain.