webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Fantasi
Peringkat tidak cukup
92 Chs

Kota Ion

Orion dan Sol sedang berjalan-jalan di kota Ion, mereka sudah selesai mengantarkan semua barang yang akan di jual ke masing-masing tempat. Mereka sedang berkeliling untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-hari.

"Orion apa yang kamu inginkan?" Sol melihat ke putranya yang ada di sampingnya.

"Aku tidak ingin apapun, yah. Akan sangat tidak baik jika aku masih meminta sesuatu kepada mu" Orion menggeleng.

"Orion, sudah ayah bilang jangan begitu. Ketika kamu menjadi keluarga kami, maka kamu adalah keluarga kami. Kamu tidak perlu merasa segan dan tidak enak begitu, atau..."

"Kamu sama sekali tidak menganggap kami keluarga mu?"

"Bukan begitu, ayah. Aku sama sekali tidak bermaksud begitu, hanya saja...."

"Tinggal bersama kalian adalah hal terbaik yang terjadi dalam hidupku hingga saat ini, bersama kalian seperti mengeluarkan ku dari realita dan kenyataan yang pahit serta kejam. Kenyataan yang mengatakan bahwa aku adalah manusia yang paling buruk...."

"Kenyataan yang mengatakan bahwa aku adalah ya-"

"Orion, kamu adalah anak yang baik. Alasan kenapa kamu menjadi seperti ini adalah karena keadaan yang memaksa mu untuk berubah agar bisa bertahan hidup, lupakan itu dan melangkah ke depan...."

"Ayah mengerti bahwa sulit pasti untuk melupakan itu semua, tapi jika kamu terus mengingat itu maka tidak akan ada perubahan pada dirimu dalam waktu yang dekat"

"..." Orion hanya diam.

"Jadi sekarang katakan, apa yang kamu inginkan?"

"Kurasa aku ingin buka saja, yah" Orion berkata sambil tersenyum.

"Baiklah, ayo ke toko buku"

'Maafkan aku ayah, aku tidak akan melupakan masa lalu ku. Hanya itu yang ku miliki untuk melangkah ke depan, untuk masa depan ku'

Ketika mereka sampai di toko buku, Orion langsung mencari buku yang dia inginkan.

Dia membeli beberapa buku, Sol menyuruhnya untuk membeli lebih banyak namun Orion mengatakan bahwa itu sudah cukup.

"Sekarang kita kembali ke toko teman ayah, untuk mengambil kereta kuda" Sol berkata.

"Iya, yah...." Orion melihat ke orang-orang yang berkerumunan.

"Ada apa, Orion?"

"Kenapa orang-orang berkumpul begitu, ayah?"

"Bagaimana jika kita mendekat dan melihat?" Sol bertanya.

"Bukankah lebih baik jika kita menjauh, maka itu tidak akan memberi kita masalah" Orion berkata, dari dulu dia memang tidak ingin dekat-dekat dengan masalah tanpa ada tujuan.

"Orion, mungkin dengan kita mendekat. Kita bisa memberikan bantuan, bantuan apapun itu sangatlah berharga, Meski itu adalah hal terkecil sekali pun"

"Baiklah, ayah benar"

'Kurasa menjadi orang baik itu berarti mendekatkan diri pada masalah tanpa tahu untungnya kepada dirimu sendiri' Orion berkata pada dirinya sendiri.

Orion dan Sol mendekat dan memasuki kerumunan, di tengah-tengah kerumunan itu seorang pria terbaring dengan darah menggenang di sekitarnya dan itu tentu membuat Orion dan Sol terkejut. Tidak ada yang berani mendekat ke pria itu.

Namun karena ingin tahu, Orion pun mendekat ke tubuh itu. Sol terkejut dan berusaha menahan namun gagal, Orion memperhatikan tubuh itu dengan seksama. Dia mencelupkan jarinya ke genangan darah itu lalu melihat ke langit yang berawan dengan matahari.

'Darahnya masih hangat' Orion berdiri dan melihat ke wajah orang itu.

'Matanya sudah kering....' Orion melihat ke ke mata orang itu lebih dekat.

TAP

"Hey, kamu tidak boleh mendekat..." Seseorang menarik Orion menjauh.

"Orion?" Orang yang menarik Orion adalah salah satu dari 2 gadis yang sebelumnya menolongnya.

Ada beberapa orang yang berseragam seperti mereka yang membatasi masyarakat agar tidak mendekat serta membuat ruang lebih luas untuk Orion dan kedua gadis itu.

"Kakak? Apa kalian mengetahui sesuatu tentang ini?"

"Kami baru mendapat kabar dan langsung kemari secepat mungkin, apa yang kamu lakukan? Apa orang ini kenalan mu?"

"Tidak, orang itu hanya orang asing bagi ku" Orion menggeleng.

"Apa kamu takut?"

"Jangan memikirkan itu, ada yang aneh dengan mayat ini"

"Aneh? Apanya?"

"Kemungkinan besar mayat ini sudah lama mati"

"Kamu tahu dari mana?" Kedua gadis itu mendekat ke mayat itu.

"Matanya, itu sudah kering. Sudah beberapa jam berlalu sejak dia mati"

"Tapi, darahnya terasa hangat" Salah satu gadis itu melihat ke Orion.

"Itu bukan darahnya, seseorang menggunakan darah hewan atau semacam...." Orion kembali terdiam.

"Ada apa, Orion?"

"....."

"Orion? Ada apa, nak" Sol segera mendekat ke Orion meski sudah di suruh menjauh oleh beberapa orang tapi dia tetap memaksa dan berhasil menembus mereka.

Orion mendekat ke genangan darah itu, dia kembali mencelupkan jarinya dan mencium aroma darah itu. Kedua gadis itu dan Sol terkejut dengan tindakan Orion, Orion kembali berdiri.

"Ini bukan darah sama sekali, ini hanya larutan cairan yang menyerupai darah"

"Da-dari mana kamu tahu itu, Orion?"

"Aroma serta kekentalan darah ini, sangat berbeda dari darah manusia ataupun hewan. Ini lebih kental"

"....." Kedua gadis itu terdiam, Sol hanya tersenyum kaku mendengar penjelasan anaknya itu.

Orion mendekat ke tubuh mayat itu, dia pun meraba sekitaran perut orang itu dan tersenyum tipis. Dia pun mengangkat pakaian mayat itu dan menunjukkan perutnya ke semua orang yang ada di sana.

"Tidak ada bekas luka sama sekali" Spontan kedua gadis itu berkata.

Orion menekan-nekan sekitaran perut orang itu lalu di lanjutkan ke dada dan akhirnya tenggorokan orang itu, Orion mendekatkan telinganya ke mulut orang itu. Dia mendengar sesuatu dan langsung menjauh sambil menutup mulut serta hidungnya.

"Tutupi mulut dan hidung orang itu dengan kain!!!" Orion berkata.

Kedua gadis yang tidak tahu apapun itu hanya langsung mengikuti instruksi dari Orion, mereka menutup mulut dan hidung orang itu dengan kain dan langsung menjauh.

"Itu tidak cukup, kak. Segera isolasi dia dengan menutupnya menggunakan sihir tanah, kain itu hanya menahannya menyebar saja"

"Apanya yang menyebar, Orion?"

"Nanti akan ku jelaskan, tutup dulu"

Kedua gadis itu bergabung dengan teman-temannya, mereka terlihat berbicara serius dan sesekali melirik ke Orion. Sol mendekat ka anaknya itu dan berlutut di depannya agar setara dengan Orion.

"Ada apa, nak? Kenapa kamu menyuruh gadis-gadis itu menutup mayat itu?"

"Mayat itu hanya lah sebuah wadah, ayah"

"Wadah?"

SRET

Tanah sedikit bergetar, dinding tanah muncul dan menutup mayat itu sepenuhnya. Kedua gadis itu mendekat ke Orion dan Sol.

"Orion, apa kamu punya alasan yang kuat untuk melakukan ini?"

"Ya" Orion mengangguk.

"Kalau begitu, maukah kamu memberitahu ku dan teman-teman ku?"

"Tentu" Orion mendekat ke tempat teman-teman gadis itu bersama kedua gadis itu.

"Halo, nama ku Orion" Orion memperkenalkan diri dengan singkat, dia langsung menarik perhatian gadis-gadis lainnya dan membuatnya sedikit tidak di sukai oleh yang laki-laki lainnya.

"Jadi, kenapa kau menyuruh kami menutup itu?" Tanya seorang laki-laki ke Orion, nada suaranya terdengar arogan.

'Ah, orang seperti dia masih ada di dunia ini ternyata' Orion berkata dalam hatinya.

"Itu karena ma-"

"Sudah ku duga, kau hanya mempermainkan kami. Dasar anak nakal" Kata anak laki-laki itu sambil memukul bahu Orion cukup kuat. Sol melihat itu dan terlihat sangat tidak senang, begitu juga kedua gadis yang mengajak Orion.

"Hey, apa yang kau lakukan kepadanya. Kau tidak boleh memukul anak kecil!!!"

"Memangnya kenapa? Anak ini sudah membuang-buang waktu dan Mana" Anak laki-laki itu masih memukul bahu Orion.

TAP

Orion menahan tangan anak laki-laki itu dan mencengkramnya dengan kuat, anak laki-laki itu merasakan bahwa tangannya sakit dan hendak menariknya namun kekuatan cengkraman Orion lebih kuat.

'Apa-apaan anak ini? Kuat sekali!!!'

"Maaf jika membuang waktu dan Mana mu, tapi dengarkan aku dulu" Orion menatap anak itu dengan tajam, sesaat anak itu merasakan ketakutan. Dia kemudian melepaskan tangan anak laki-laki itu.

"Mayat itu, dia...." Orion melihat ke dinding tanah yang menutupi mayat itu sepenuhnya.

"Adalah wadah racun" Orion berkata dengan pelan namun masih bisa di dengar oleh mereka, pernyataan Orion itu membuat semua murid akademi itu terkejut.

"HAH, RAC-" Salah satu gadis itu berteriak namun Orion dengan cepat mencegahnya dengan menarik gadis itu mendekat dan menutup mulutnya.

"Ssst....Jangan membuat orang-orang ini menjadi panik dengan mengatakan itu keras-keras" Orion berkata sambil menatap gadis itu, wajah gadis itu menjadi merah.

"..." Gadis itu mengangguk, dia tidak bisa bicara karena mulutnya sedang di bungkam oleh jari Orion.

"Baguslah, kalau kakak mengerti. Maaf karena menarik mu tiba-tiba seperti tadi" Orion melepaskan gadis itu.

'Astaga, apa benar ini anak kecil? Dia terlihat lebih dewasa dari usianya' Pikir gadis itu, wajahnya masih merah karena masih mengingat tindakan Orion dan menatap wajahnya dari dekat.

"Kamu tahu dari mana bahwa itu racun, Orion?"

"Dari kondisi mayat dan gas yang ada di perutnya, sebelumnya dia terlihat buncit karena ada gas di tubuhnya dan aku bisa pastikan bahwa itu adalah racun. Kondisi tubuhnya menunjukkan tanda-tanda orang yang terkena racun"

"..." Semua orang menjadi diam, mereka sama sekali tidak tahu soal itu.

BUM

Suara ledakan yang di redam terdengar, itu membuat tanah di sekitar Orion dan yang lainnya sedikit bergetar. Mereka melihat ke sumber suara itu.

'Cih, jadi itu bisa meledak' Orion berkata dalam hatinya.

Sekarang tampak jelas gas berwarna merah keluar dari celah-celah dinding tanah yang sedikit rusak akibat ledakan tadi, orang-orang sekitar tidak tahu apa itu dan masih diam. Beberapa murid akademi itu kembali menutupi area sekitar dengan dinding tanah.

"Kakak, ini sudah bukan urusan kalian. Sebaiknya kalian memanggil penjaga kota atau semacamnya" Orion pergi ke arah Sol.

"Orion, tunggu!!!" Salah satu dari mereka mengejarnya.

"Ya?"

"Maukah kamu menunggu sebentar lagi, hingga ksatria kota sampai?"

"Untuk apa, kurasa aku sudah tidak di perlukan lagi. Lagipula, aku hanya warga biasa"

"Mereka pasti akan meminta keterangan, hanya kamu yang memikirkan itu sampai sejauh ini. Jadi ku rasa mereka pasti membutuhkan penjelasan kamu"

"..."

'Ah, ini yang paling ingin ku hindari. Seharusnya aku tahu bahwa buruk jika mengikuti rasa ingin tahu ini, sial' Orion menggigit bibir bawahnya.

"Eee...Orion?"

"Kalau itu, akan ku serahkan kepada ayah saja. Jika ayah mengizinkan maka akan ku terima, tapi jika tidak maka kakak tahu jawaban ku" Orion melirik ke Sol.

'Ayo ayah, katakan bahwa kau tidak bisa. Katakan bahwa ibu dan Anna sudah menunggu, katakan!!!' Orion menatap Sol.

"Ayah pikir tidak masalah" Sol berkata sambil tersenyum.

'Ah, ayahku tidak bisa di harapkan'

"Terima kasih, paman" Gadis itu membungkuk.

"Tidak masalah, kami akan menunggu"

Mereka menunggu, setelah beberapa saat menunggu akhirnya datang beberapa orang dengan zirah yang besar dan senjata yang terlihat berbahaya. Di depan orang-orang itu berjalan seseorang dengan pakaian yang jelas berbeda dari mereka.

Para murid akademi berbicara dengan orang itu, terlihat sesekali orang itu melirik ke Orion dan Sol sambil mengangguk tanda mengerti.

"Orion, tuan ksatria ingin bertemu dengan mu" Kata gadis itu.

"Baik" Orion dan gadis itu pergi.

"Ayah akan menunggu disini"

Orion berdiri di depan pria itu, pria yang tinggi, memiliki tubuh yang tegap dan gagah serta sebuah pedang di pinggangnya. Orion tentu bisa dengan jelas merasakan tekanan serta aura dari orang itu, dia belum pernah bertemu dengan orang seperti dia.

.

Nama: ???

Level: 34

Tingkat kekuatan: 40.000

.

'Wah, Level sangat tinggi dan begitu juga dengan kekuatannya. Wajar saja, dia adalah orang dewasa dan seorang ksatria'

"Halo anak muda, apa benar nama mu Orion?" Pria itu berlutut agar sejajar dengan Orion.

"Iya, tuan. Nama ku Orion" Orion mengangguk.

"Salam kenal, Orion. Nama ku adalah Sert, Sert Terrain. Salah satu ksatria suci di kota ini"

"Senang bertemu dengan mu, tuan Sert"

"Kamu sangat sopan, ya dan kamu memiliki mata serta wajah yang menarik" Sert tersenyum.

"Terima kasih, tuan"

"Baiklah, langsung ke intinya saja. Dari mana kamu tahu soal mayat itu?" Sert melirik ke dinding tanah yang berlapis itu.

Orion pun menjelaskan apa yang dia temukan dan pikirkan tentang mayat itu, Sert dan beberapa orang lainnya mendengarkan dengan seksama. Dalam pikiran mereka, mereka terkejut dengan pemikiran Orion yang jauh melampaui usianya itu.

"Begitulah tuan, kenapa aku menyuruh kakak-kakak dari akademi ini untuk memanggi mu. Mereka membutuhkan banyak jenis sihir untuk membersihkan kekacauan ini agar tidak meluas"

"Aku mengerti, Orion. Dan kamu sungguh luar biasa, bisa menyimpulkan hingga sejauh ini. Terima kasih atas informasi dan menjelasan mu, Orion. Kamu bisa kembali, aku dan anak buahku akan mengambil alih dari sini" Sert berkata.

"Kalau begitu, aku permisi" Orion pun pergi.

"Murid akademi sekalian, kalian evakuasi warga. Agar tidak terlalu dekat, akan ada kemungkinan gas ini akan menyebar sebelum sihir angin membatasi mereka"

"Baik, tuan ksatria" Mereka menjawab serentak dan mulai berpencar.

"Ayo, ayah. Kita pulang, urusan kita sudah selesai disini" Orion berkata.

"Ya, kamu benar.....Tapi sepertinya, tuan itu masih memiliki urusan dengan mu" Sol berkata, Orion membalik tubuhnya.

"Eee....Orion, maukah kamu menunggu sebentar lagi?" Sert berkata.

"Boleh aku tahu alasanya, tuan?"

"Aku ingin memberikan sesuatu kepada mu, sebagai ucapan terima kasih"

"Sama-sama, kau sudah menyampaikannya. Kalau begitu aku harus kembali, masakan ibu menungggu ku di rumah" Orion kembali melihat ke Sol.

"Orion, ayah rasa tuan ksatria ingin memberikan kamu sesuatu dan itu bukan ucapan kata "Terima kasih" Semata" Sol berkata.

"Ayah, tuan Sert tidak harus memberikan sesuatu. Yang ku lakukan hanyalah menyimpulkan saja"

"Dan berkat kesimpulan mu itu, Orion. Ribuan nyawa masih berada di dalam tubuh mereka, itu adalah tindakan pahlawan dan patut mendapatkan hadiah" Sert berkata.

"....." Orion diam, dia melihat ke ayahnya.

"Semuanya ada di tangan mu, nak"

"Kurasa aku sudah tidak bisa mengelak lagi, aku akan menunggu"

"Senang mendengarnya, Orion. Kalau begitu aku harus menyelesaikan ini secepatnya, agar tidak memakan waktu mu terlalu lama" Sert pun pergi.

Sert dan anak buahnya langsung menangani gas beracun itu, dengan bantuan dari para murid akademi yang sudah menevakuasi warga dan itu membuat mereka bisa lebih leluasa. Orion melihat tindakan itu dengan kagum, karena penggunaan sihir mereka berbeda tingkat dari dirinya.