webnovel

Sosok Ayah

Orion masuk ke dalam rumah bersama Anna, May datang dari dapur dan menyambut kedua anaknya itu sambil bertanya bagaimana keadaan mereka karena May mendengar kabar dari tetangganya tentang apa yang terjadi di lapangan.

"Kami baik, Bu. Tidak ada yang terluka" Orion berkata.

"Syukurlah, beristirahatlah. Kalian pasti lelah, ibu akan keluar sebentar" May pun meninggalkan kedua anaknya.

"..." Situasi menjadi hening dan sedikit canggung untuk Orion, dia tidak menyangka bahwa Anna akan menjadi seperti itu.

'Ah, sekarang ini menjadi masalah besar' Orion melirik Anna.

"....." Anna menatapnya sesaat lalu langsung pergi ke kamar mereka.

'Baiklah, aku salah. Sepertinya aku harus minta maaf dengan baik' Orion pun menyusul Anna ke kamarnya.

SRET

Orion membuka pintu, Anna sedang berbaring di kasur. Dia menutup wajahnya dengan bantal, Orion mendekat ke ranjang dan duduk lalu mulai bicara.

"Kakak, aku ingin minta maaf" Orion melihat ke Anna masih menutup wajahnya.

"....." Namun tidak ada jawaban dari Anna.

"Aku tahu kalau, aku salah karena tidak adil. Apalagi kau adalah kakak ku, seharusnya aku lebih mengerti"

"..."

"Jadi, aku memutuskan bahwa aku tidak keberatan jika kau mau memeluk ku kapanpun kau mau. Jadi, maukah kau memaafkan ku?"

TAP

"Benar begitu? Kapanpun aku mau?" Anna memeluk Orion sambil menatapnya.

"Ya, asalkan kau tidak berlebihan" Orion mengangguk.

"Kamu di maafkan" Anna berkata, ada nada riang dan gembira pada suaranya.

SNIFF SNIFF SNIFF

"Ada apa, kak? Kenapa kau menciumi tubuhku begitu? Aku bau, ya?" Orion juga menciumi tubuhnya, namun tidak ada yang aneh seperti dirinya yang biasa.

"Aroma kamu sangat enak, aku merasa sangat nyaman dan senang. Serta ada sesuatu pada diriku yang terasa sedikit aneh tapi entah kenapa itu terasa membahagiakan" Anna masih memeluk Orion.

TAP

Orion kemudian memeluk Anna, Anna sangat terkejut karena itu. Orion selalu membatasi kontak fisiknya dengan Anna dan Anna merasa cukup mengerti maksudnya, tapi sekarang Orion memeluknya tanpa di minta.

"O-o-orion?" Anna langsung menjadi gugup, namun ada rasa senang di hatinya.

"Ya?" Jawab Orion dengan santai, dia masih memeluk Anna.

"K-kenapa kamu memeluk ku?"

"Tidak ada alasan apapun, aku hanya ingin membalas pelukan kakak. Apa kakak merasa tidak nyaman?" Orion mulai merenggangkan pelukannya.

"Tidak, jangan berhenti. Aku tidak keberatan" Anna memeluk Orion lebih erat.

"...." Orion tersenyum tipis, lalu kembali memeluk Anna.

"O-orion...."

"Hmm, ada apa kak?"

"Ap-apa aku b-bau?" Anna saat ini merasa sangat malu untuk bertanya.

"Tidak, kakak memiliki aroma seperti sabun. Sangat harum dan menenangkan"

"B-begitu, ya"

Tanpa mereka sadari, mereka tertidur dalam keadaan saling berpelukan.

...

Orion saat ini sedang berada di kereta kuda bersama Sol, mereka sedang menuju ke kota terdekat untuk menjual hasil kebun keluarga mereka. Selain hasil kebun, Sol juga menjual obat-obatan, kulit hewan dan beberapa hal lainnya.

"Ayah, berapa jauh lagi kita dari kota itu?" Orion yang duduk di samping Sol bertanya, Sol mengendalikan laju kuda agar stabil.

"Masih cukup jauh, bersabar ya" Sol mengusap kepala Orion.

"Ayah, apa aku boleh ikut berburu bersama mu kapan-kapan?" Orion melihat ke tumpukan kulit hewan yang ada di belakangnya.

"..." Sol diam dan Orion melihat ke arahnya, Sol menatap ke langit sambil mengepalkan tangannya.

'Ini dia, hal-hal yang ingin ku lakukan bersama putra ku. Ketika aku mengajak Anna, dia selalu menolak. Tak ku sangka begini rasanya memiliki seorang putra, akhirnya aku bisa menyombongkan waktu kebersamaan ku dengan putra ku kepada Yang lainnya'

"Eee, ayah. Apa tidak boleh?"

"Besok"

"Eh? Besok?"

"Besok kita akan pergi berburu, ayah akan mengajarkan kepada mu caranya"

"Aku tidak sabar untuk besok"

'Begitu juga dengan ayah, nak' Sol berkata dalam hatinya.

"Hal pertama yang perlu kamu biasakan dalam berburu adalah kesabaran, jadi bersabarlah Orion" Sol berkata.

"..." Orion mengangguk tanda mengerti dan lanjut membaca buku yang dari tadi di bacanya.

"Dari tadi kamu terlihat asik membaca itu, buku tentang apa itu?" Sol melirik buku itu sedikit sambil tetap fokus pada jalanan.

"Ini buku tentang sihir ayah, aku rasa aku ingin belajar beberapa sihir yang bisa menyerang"

"Untuk apa anak seusia kamu membutuhkan sihir menyerang sekarang?"

"Ini tentang akademi yang ayah bicarakan"

"Apa kamu mau masuk ke akademi dasar?"

"Tidak bukan begitu, aku tidak ingin masuk ke akademi dasar. Kenapa aku harus membuang waktu ku di sana selagi aku bisa bersama keluarga ku? Aku akan masuk ke akademi lanjutan saja"

"Tapi Orion, bukankah cukup disayangkan jika bakat kamu yang sangat besar itu disia-siakan? Ayah tidak memaksa, ayah justru senang kalau kamu mau terus bersama kami. Tapi dengan potensi sebesar itu, rasanya sangat di sayangkan"

"Karena potensi ku yang besar itulah, ayah. Aku menundanya, aku yakin bahwa aku pasti bisa mengejar ketertinggalan nantinya. Tapi, meskipun begitu. Setidaknya aku ingin memiliki satu atau dua sihir yang bisa digunakan untuk bertarung...."

"Walau..."

"Walau apa, nak?" Sol melirik Orion.

"Tidak, bukan apa-apa?" Orion menggeleng dengan cepat.

'Kurasa aku harus mengambil keputusan besar untuk langkah kedepannya, tentang apa yang harus ku lakukan pada diriku sendiri'

"Orion, mungkin ayah bisa membantu kamu tentang sihir menyerang. Apa kamu mau?"

"Tentu, kapan kita akan bel-"

"Tunggu dulu, kamu selalu semangat kalau soal belajar. Itu bagus, tapi mungkin sekarang tidak bisa. Bagaimana kalau setelah kita kembali dari berburu?"

"Baik, sekarang rasa sabar ku semakin terkikis karena ini" Orion tersenyum tipis.

'Aku harus memperlihatkan kepada anak ku, bahwa ayahnya sangat bisa di andalkan. Akan ku lakukan yang terbaik nanti' Sol berkata pada dirinya sendiri.

Perjalanan mereka terus berlanjut, Orion kembali membaca bukunya meski disela-sela itu dia dan Sol banyak berbicara. Orion merasa senang karena dia akhirnya bisa kembali merasakan bagaimana menghabiskan waktu bersama sesosok ayah.

"Nah Orion, itu dia. Kota Ion, salah satu kota milik kerajaan Oliee" Sol berkata.

Orion bisa melihat dengan jelas kota itu, dia tidak bisa menghilangkan rasa kagum dan takjubnya. Sol tersenyum melihat itu, setidaknya dia yakin bahwa anaknya masih seperti anak-anak lainnya. Yang memiliki sesuatu untuk di kagumi.

"Wah, kota itu terlihat sangat kokoh" Orion berkata.

Tembok mengelilingi kota itu dengan berbagai macam pertahanan di setiap sudut tembok tinggi itu, meski terlihat sangat ketat begitu. Kota itu termasuk kota yang bebas, yaitu tidak membatasi siapapun untuk masuk. Selama mereka tidak punya niat yang buruk.

Kereta kuda Sol sedang di periksa oleh penjaga gerbang kota itu, setelah melakukan beberapa pengecekkan dan tidak di temukannya hal yang mencurigakan maka mereka di persilahkan lewat.

"Ayah, kartu yang tadi itu apa?" Orion melihat sebelumnya bahwa Sol di berikan sebuah kartu hijau oleh penjaga.

"Ah, ini?" Sol memperlihatkan kartu itu selagi melihat ke jalanan agar tidak menabrak.

"Ini kartu masuk, dengan kartu ini kita boleh keluar masuk kota ini. Hanya berlaku bagi seluruh kota yang di kuasai kerajaan Oliee, jika tidak ada ini maka kita akan di anggap sebagai penyusup" Sol kembali memasukkan kartu itu ke kantungnya.

"Ayah, dimana kita akan menjual ini semua?"

"Kita tidak menjualnya secara langsung, nak. Kita menitipkannya ke beberapa tempat dan akan membagi hasil dengan mereka"

"Berarti kita akan pergi ke masing-masing tempat itu untuk memberikan ini?"

"Benar dan kita sudah sampai di toko pertama, toko obat" Sol menghentikan kudanya, dia turun dan di ikuti oleh Orion.

"Nah, Orion. Bisakah kamu mengambil kotak botol obat di belakang? Ayah harus berbicara dengan pemilik toko ini"

"Bisa, ayah bicara saja dan aku akan mengambil kotak itu" Orion mengangguk.

"Kalau begitu, tolong ya" Sol pun masuk kedalam toko.

Orion berjalan ke bagian belakang kereta kuda, dia naik dan melihat kotak yang di maksud. Dia Memutuskan untuk melihat isinya agar tidak salah mengambil kotak.

'Benar, ini dia' Orion mengangguk pelan.

Dia mulai mengangkat kotak itu, namun kotak itu tidak terangkat. Dia memutuskan untuk menggeser kotak itu, berhasil namun hanya sedikit.

'Benar juga, seluruh kemampuan ku sudah di reset ketitik ekstream. Sekarang aku tidak lebih dari seorang anak biasa, meskipun begitu. Aku masih memiliki banyak jalan'

Orion pergi turun dan melihat ke orang-orang yang sedang berlalu lalang. Pandangan Orion terhenti pada 2 orang gadis, mereka sedang asik berbicara sambil tertawa pelan.

"Begitu katanya, dia bil-"

TAP

Kedua gadis itu berhenti dan melihat ke bawah, Orion menabrak mereka dengan sengaja dan menatap mereka dengan tatapan bersalah. Itu membuat kedua wanita terpana.

'Anak ini manis dan tampan sekali!!!!' Kata mereka berdua di pikiran masing-masing.

"Ma-maafkan aku kakak, ak-aku tidak sengaja"

"Y-ya, tidak masalah. Apa kamu tersesat?" Kedua gadis itu berlutut agar bisa sejajar dengan Orion.

"Bukan, aku sedang ingin menurunkan barang...."

"Tapi karena tubuhku kecil dan kotak itu besar dan berat, maka aku tidak bisa melakukan itu"

"Siapa nama kamu?" Tanya gadis yang lainnya.

"Orion" Orion menjawab sambil tersenyum tipis dan itu membuat kedua gadis itu semakin terpana.

"Su-sungguh nama yang bagus"

"Terima kasih, kakak..." Orion terlihat sedikit gelisah.

"Ada apa, Orion?"

"Kakak....Maukah kau menolongku menurunkan kotak itu?" Tanya Orion, dia menampakkan ekspresi wajah yang terlihat memohon dan lemah.

'Ah, apa-apaan ini? Manis sekali, matanya sangat indah'

"B-boleh, mana kotak itu?"

"Di sana, Kak" Orion menunjuk ke kereta kuda.

"Baiklah, kalau begitu kakak akan turunkan itu" Gadis itu menarik kotak yang dimaksud dan mengangkatnya lalu meletakkannya di tanah dengan perlahan.

"Apa ada lagi yang kakak bisa bantu?"

"Tidak, kak. Ini sudah cukup...." Orion memperhatikan pakaian mereka.

"Ada apa, Orion? Ada apa sesuatu di pakaian kami?" Mereka berdua melihat ke seluruh tubuh mereka.

"Bukan begitu, kak. Hanya saja....Apa kakak adalah anggota sebuah organisasi?"

"Oh, bukan. Ini adalah pakaian akademi, kami adalah murid akademi kerajaan Oliee yang berada di ibukota yaitu kota Oliee"

"Begitu, ya. Tapi apa yang kakak lakukan disini? Ayahku berkata bahwa kota Oliee jauh dari sini"

"Itu benar, kota Oliee jauh dari sini"

"Dan kami disini karena tugas yang di berikan oleh pihak akademi"

"Apa hanya kakak berdua saja yang di kirim oleh akademi?"

"Tidak, kami bersama teman-teman 1 kelas lainnya" Salah satu dari mereka menggeleng.

"Orion, apa kamu tinggal disini?"

"Tidak, aku tinggal di desa Hillos"

"Desa Hillos...." Kedua gadis itu terlihat sedang berpikir.

"Desa itu berada cukup jauh dari sini dan merupakan daerah netral antar kerajaan" Orion menjelaskan.

"Oh, itu desa yang di dirikan oleh seorang pahlawan ya?"

"Benar"

"Orion, usia kamu berapa?"

"8 Tahun, ada apa kak?"

"Apa kamu tidak ingin masuk ke akademi dasar?"

"Tidak, aku masih ingin menghabiskan waktu bersama keluargaku. Sebanyak yang ku bisa" Orion menggeleng.

"Jika suatu hari nanti kamu ingin masuk ke akademi Oliee, mungkin kita akan bertemu. Soalnya 5 tahun kemudian, kami masih disana meski sudah di tahun terakhir"

"Akan ku pikirkan itu nanti"

"Kalau begitu kami pergi dulu, ya"

"Sampai jumpa, Orion" Kedua gadis itu pergi sambil melambaikan tangannya ke Orion.

"Berhasil" Orion berkata.

"Apa yang berhasil, nak?" Sol datang dari belakang.

"Aku berhasil menurunkan kotak ini"

"Oh, kamu memang hebat. Ayah sempat ragu karena takut kamu tidak bisa karena kotak itu cukup besar dan berat" Sol pun mengangkat kotak itu dan masuk kedalam toko itu bersama Orion.

Selagi Sol berbicara dengan pemilik toko itu, Orion menjelajahi seluruh toko itu. Dia melihat ke setiap sudut tempat itu dengan mata yang berbinar karena kagum akan hal-hal baru yang di lihatnya, dia juga banyak bertanya kepada pemilik toko itu.

"Anakmu memiliki rasa ingin tahu yang besar ya, Sol"

"Begitulah, dia tidak pernah berhenti membuatku terkesan"

Next chapter