webnovel

Suamiku Galak

Galak Dirga Anggara, calon pewaris pimpinan ARC Group, yang kini menjabat sebagai wakil pimpinan di sana. Ia mengenal perempuan sejak berusia dua puluh tahun. Terlalu banyak perempuan yang ia temui selama ini, sampai-sampai mengingat wajah perempuan menjadi satu-satunya kesulitannya. Suatu hari, seorang perempuan menghentikan ciumannya tiba-tiba. Itu membuat Galak merasa malu sampai-sampai tidak bisa mencium perempuan mana pun lagi. Tak lama, neneknya malah memaksanya menikah dengan perempuan itu. Perempuan itu sudah menyulitkan kehidupan Galak. Lalu perempuan itu akan terus bersama Galak- Bagaimanakah kehidupan Galak berjalan kemudian? -oOo-

CitraGtw_ · perkotaan
Peringkat tidak cukup
6 Chs

3. Kandidat Calon Menantu

"Apa-apaan, sih, Gana itu. Pacaran baru juga tiga hari, udah mau nyosor aja," gerutu Meta.

Meta memang pandai menarik, tetapi tidak mau jatuh bersama-sama. Makanya banyak laki-laki yang tergila-gila dengannya, tetapi tidak dengan Meta. Laki-laki tampan, cerdas, dan kaya memang banyak di dunia ini. Namun, laki-laki yang terbaik dari yang terbaik hanya ada satu. Itulah jodoh Meta. Entah kapan ia bisa bertemu ….

Meta membenahi lipstiknya yang belepotan sejenak. Kemudian bergabung ke area syuting film. Terlihat para kru dan beberapa aktor-aktris berkumpul. Rupanya mereka sama-sama menunggu dirinya.

"Pak Reno, maaf, ya, Meta terlambat lagi," kata Meta merasa tidak enak hati kepada sang sutradara.

Meta adalah artis besar di usianya yang masih muda. Tentu saja Reno memakluminya begitu saja. Bisa bekerja sama dengan Meta saja sungguh keberuntungan besar baginya. Jangan sampai aktris langkah ini terluka hatinya ….

Reno pun mengeluarkan beberapa candaannya untuk mencairkan ketegangan di antara bawahannya. Tentu saja keterlambatan Meta terasa menyebalkan bagi yang lain. Mau bagaimana lagi, artis papan atas mah, bisa bebas. Sedangkan yang berada di bawah hanya bisa menyumpahi, "Awas kalau karir kamu anjlok."

Dari kejauhan, seorang perempuan tua yang tingkatannya jauh lebih tinggi di atas mereka, menyaksikan dengan saksama. Vera Victoria Anggara, ketua pimpinan ARC Group yang menginvestasikan banyak uangnya untuk pembuatan film itu.

Benar uang Vera yang dikeluarkan untuk pembuatan film itu. Namun, cucunya lah yang mengurus setiap proposal yang ia terima. Makanya ia tidak mengerti tentang bagaimana film ini akan dibuat. Ia hanya keheranan melihat perempuan semuda itu menjadi bintang di antara orang-orang lain yang terlihat lebih tua.

Vera menoleh ke arah Pama, mantan sekretarisnya yang ia wariskan kepada cucunya. Kini, ia hanya meminjamnya untuk membantunya menentukan masa depan cucunya. "Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Bukankah mereka sedang syuting, Nyonya?" sahut Pama.

"Maksudku, apa yang terjadi dengan perempuan itu? Bukankah dia terlambat? Kenapa sutradaranya tidak menegur? Siapa memangnya dia?" cecar Vera.

"Oh …." Pama manggut-manggut. Kini ia mengerti.

"Dia Meta Felicia, Nyonya. Aktris film yang sedang naik daun. Adiknya aktris Alma Benita," jawab Pama.

"Alma Benita?" Vera menaikkan alis kanannya. Tiba-tiba ia menjadi semakin penasaran kepada Meta.

"Iya, Nyonya. Aktris yang kabur dan menyebabkan banyak kerugian di ARC Entertainment," timpal Pama.

"Lalu bagaimana dengan kerugian itu? Apa ditimpakan kepada Meta?" tanya Vera.

"Benar, Nyonya. Tapi belum ada konfirmasi dari pihak Meta Felicia," jawab Pama.

"Jadi begitu …." Vera manggut-manggut. "Kalau begitu berikan aku informasi soal Meta nanti sore."

Usai mengeluarkan titahnya, Vera beralih langkah. Ia pergi meninggalkan area syuting itu untuk kembali ke kantor.

-oOo-

"Namanya Meta Felicia. Umur 22 tahun. Kewargaan Indonesia. Dulunya tinggal di sebuah apartemen bersama kakaknya, sebelum kakaknya kabur begitu saja. Dia memulai debutnya empat tahun lalu melalui sebuah sinteron dan puncak karirnya dalam setahun ini atas keberhasilannya memainkan dua film bersama aktor senior lainnya. Kedua film ini berhasil menerobos box office Indonesia," jelas Pama membacakan biodata yang berada di tangannya.

Vera memerhatikan biodata lainnya dengan teliti. Jangan sampai ada yang terlewat.

"Lalu bagaimana kabar kakaknya, Alma Benita?" akhirnya Vera mengangkat pandangannya. Beralih dari biodata itu ke arah sekretarisnya.

"Sampai sekarang belum ada kabar. Dia lenyap begitu saja seolah tertelan bumi," jawab Pama.

"Seolah tertelan Bumi?" Vera mengulangi perkataan Pama. Ia menarik sudut bibir kirinya. "Semua menjadi semakin menarik."