webnovel

BUKAN MALAM PERTAMA

Aaron pergi ke sebuah club malam, yang ada di tengah-tengah kota. Bukankah ini adalah malam pertamanya dengan Sofia?

"Tuan, apa Anda tidak ingin bermalam dengan pengantin baru Anda?" Tanya Ivan bingung.

"Berani bertanya lagi, akan ku robek mulutmu!" Jawab Aaron kesal seraya meneguk sebuah minuman bersoda.

"Tuan, apa Anda tidak ingin minum alkohol? Mengapa Anda lebih memilih untuk meminum soda?" Tanya seorang wanita berbaju seksi yang tiba-tiba datang mendekati Aaron.

"Soda lebih bagus untuk kesehatan dibandingkan dengan meminum alkohol." Aaron lagi-lagi meneguk soda itu.

"Nona, menjauhlah dari Tuan kami!" Ivan berupaya mencoba melindungi Aaron dari godaan wanita malam itu. Namun sepertinya wanita itu enggan untuk pergi. Dan malah duduk di sebelah kursi yang Aaron duduki.

"Memangnya kenapa, kalau aku duduk disini? Mungkin Tuan ini membutuhkan bantuanku." Ucap wanita itu mencoba menggoda Aaron. Tangannya terangkat untuk menyentuh tubuh Aaron. Namun...

"Pengawal!" Ujar Aaron memanggil pengawalnya.

Tunggu, sejak kapan Aaron membawa pengawal juga ke tempat ini?

Empat orang pengawal bertubuh kekar datang menghampiri Aaron. Dan menarik paksa wanita yang ada di sebelah Aaron.

"Lepas! Lepaskan aku!" Tutur wanita itu memberontak.

Plak!

Sebuah tamparan yang di daratkan oleh Ivan di wajah wanita itu.

"Aku sudah bilang, menjauhlah dari Tuan kami. Tapi Anda rupanya belum juga sadar. Apakah Anda pantas, mendekati Tuan muda kami?" Ujar Ivan menggertak pada wanita itu.

"Ivan cukup, tidak bagus berlaku kasar pada wanita." Sambung Aaron seraya beranjak bangun dan mendekati wanita itu. Kini keduanya saling berhadap-hadapan. Wanita itu sepertinya terenyuh.

"Kau membutuhkan salep pereda nyeri untuk wajahmu. Ivan, berikan satu juta dolar untuknya!" Ucap Aaron seraya memberi perintah pada Ivan.

"Tapi, Tuan muda?" Ivan ragu untuk memberikannya.

"Mematuhi perintahku atau pergi ke bagian afrika?!"

"Ba-baik, Tuan muda!" Jawab Ivan gugup.

"Terima kasih, Tuan." Tutur wanita pada Aaron. Merasa tersanjung dengan perlakuan Aaron. Namun sepertinya ia salah paham.

"Untuk apa? Kau seharusnya sadar dengan siapa kau berhadapan. Dan sadar akan posisimu." Balas Aaron seraya pergi dan berjalan keluar dari club malam itu. Sesampainya di depan pintu keluar. Sebuah mobil hitam sudah terparkir dan berhenti tepat di depannya. Aaron memasuki diri ke dalam mobil.

Ivan dan beberapa pengawal yang masih berada di dalam club itu juga ikut pergi. Setelah perginya Aaron lebih dulu.

"Berhenti di apartemenku!" Ujar Aaron pada pengawalnya yang sedang berubah menjadi sopirnya sekarang.

"Baik, Tuan." Jawabnya menuruti perintah Aaron.

...

Sinar matahari pagi menyilaui wajah polos Sofia. Yang tanpa riasan makeup. Membangunkannya dari tidur panjang yang lelap.

"Huhhh!" Sofia menguletkan tubuhnya. Tangannya meraba-raba ke sebelah ranjangnya.

Tak ada siapapun selain dirinya.

"Jadi dia tidak pulang semalam?" Gumam Sofia bertanya pada dirinya sendiri.

"Lalu semalam aku.. tidur sendirian?" Gumamnya lagi.

"YEAYYYY!!!! YUHUUUUUU!" Sofia bersorak bahagia. Karena dirinya tidak disentuh oleh Aaron.

Pun ia juga tidak melihat wajah pria jahat itu. Namun, teriakan Sofia rupanya terdengar hingga keluar.

Tok.. tok.. tok.

"Nona Sofia, apa Anda baik-baik saja di dalam?" Panggil Pak John dari luar.

"Ya, aku baik-baik saja!" Jawab Sofia, lalu menghamburkan tubuhnya lagi ke kasur empuk itu.

"Bila sudah siap, Nona bisa turun ke bawah sekarang. Sarapan pagi sudah akan siap sebentar lagi." Ucap Pak John lagi.

"Ba-baik, aku akan bersiap!" Balas Sofia cepat.

Bergegas Sofia beranjak bangun dari ranjang menuju ke kamar mandi. Sembari bersenda gurau menyanyikan sebuah lagu favoritnya. Tampaknya Sofia begitu senang hari ini.

Bahkan saat mandi dan membersihkan diri pun, ia tak berhenti untuk tersenyum.

Selesai mandi, Sofia melangkahkan kakinya bak seperti anak kecil yang tengah kegirangan. Berjingkrak-jingkrak sembari bersenandung. Namun tiba-tiba wajahnya berubah ekspresi. Langkah kakinya terhenti saat ia keluar dari dalam toilet. Pandangan matanya tertuju ke arah tepian ranjang.

'Sialan, kapan dia masuk ke kamar ini? Kenapa suaranya tidak terdengar sampai ke kamar mandi?' Gumam Sofia dalam hati. Matanya melototo kaget dan tercengang.

Aaron tiba-tiba sudah ada di dalam kamarnya. Sofia tidak menyadari bahwa dirinya saat ini hanya mengenakan handuk putih yang melilit ditubuhnya. Membuat Aaron meneguk ludahnya sesaat.

"Sedang apa kau berdiri disana? Apa kau ingin menggodaku?! Cih, mimpi saja! Aku tidak akan tertarik pada tubuhmu!" Tuturnya pada Sofia.

'Siapa juga yang ingin menggodamu! Cih, dasar pria narsis!' Gumam Sofia memaki dalam hati.

Sofia berusaha untuk tidak memedulikan perkataan Aaron. Ia berjalan menuju lemari. Memilih baju yang akan ia kenakan untuk hari ini.

"Ambilkan aku air!" Pinta Aaron padanya. Sofia menoleh sesaat.

'Apakah matanya buta? Tidak lihat aku sedang ingin berganti baju?! Dasar Aaron sialan!' Geram Sofia dalam hati memaki.

"Ta-tapi aku belum berpakaian, Tuan." Jawab Sofia berakting gugup.

"lima menit! Aku kasih kau waktu lima menit untuk bersiap!" Ujarnya lagi.

"Ba-baik!" Balas Sofia. Dengan acak ia memilih baju di dalam lemari itu.

"Hei, mau kemana kau?!" Teriak Aaron menghentikan langkah kaki Sofia. Saat sudah selesai berpakaian dan keluar dari dalam toilet.

"Bukankah tadi Tuan memintaku untuk mengambilkan air?"

"Apa kau akan keluar dari kamar ini menggunakan pakaian seperti itu?!" Sontak Sofia langsung melihat ke tubuhnya.

Tidak sadar saat memilih pakaian. Sofia justru mengambil sebuah baju lingerie berwarna merah. Yang paling terbuka dan terkesan seksi. Dan memakaikan baju itu ke tubuhnya dengan tergesa-gesa.

'Oh astaga! Sofia, baju apa yang kau kenakan?!' Gumam Sofia berucap dalam hati. Wajahnya berubah merona seketika. Aaron bangun dari duduknya. Dan berjalan mendekati Sofia.

"Apa kau ingin menggoda Ayah dan Adikku dibawah sana?! Dengan pakaian seperti ini?!" Tatapan Aaron berubah tajam menatap Sofia.

"Tidak... aku.. aku tidak sengaja memilih baju ini!" Balas Sofia gugup. Wajahnya pucat dan ketakutan.

"Ganti dengan baju lain, sebelum aku kembali ke kamar ini!" Aaron lalu pergi keluar. Meninggalkan Sofia yang berdiri terpaku menatap kepergiannya.

'Enak saja dia menuduhku begini! Oh Tuhan, kapan aku bisa pergi bebas darinya?! Aku sudah tidak tahan lagi! Argh!' Gumam Sofia memaki dalam hati. Sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya di lantai beralas karpet cokelat itu.

...

Sesudah berganti baju dengan pakaian yang benar-benar pantas. Sofia turun ke bawah menuju ke ruang makan.

Sesampainya di ruang makan. Rupanya semua orang sudah menunggu Sofia. Tatapan sinis dari sang Ibu mertua begitu tajam menatapnya. Aaron juga sama halnya. Tapi tidak dengan Ayah mertuanya, beserta dengan seorang lelaki yang mungkin usianya lebih muda dari Aaron.

"Nak, kemarilah! Kau pasti sudah lapar. Bagaimana dengan tidurmu semalam? Apakah nyenyak?" Tanya Ayah mertua.

"Sangat kasihan, karena malam pertama ditinggal oleh pengantin pria!" Sindir Ibu mertua padanya. Sofia tertunduk sedu. Berpura-pura akting sedih. Padahal sebenarnya ia cukup senang. Karena Aaron tidak pulang semalam.

"Kemana kau semalam? Apa kau sadar dengan tindakanmu?!" Umpat Ayah mertua membentak Aaron.

"Bisakah kau mengecilkan suaramu? Aku ingin memulai makanku dengan tenang!" Balas Aaron tidak menggubris.

"Aaron!!"

"Ayah, sudahlah, biarkan putramu makan dengan tenang!" Ibu mertua Sofia berusaha menghentikan perdebatan antara Suami dengan anaknya.