Aku merendam diriku dalam bak mandi. Aku ingin mendinginkan keplaku. Cukup berat emua hal yang terjadi hari ini. Aku hanya ingin menenangkan diriku sejenak.
Lux membuka pintu dan mendekatiku. Ia tak berani menanyakan apapun hanya mengamatiku.
"Jika tak ada yang bisa kau katakan kau bisa pergi." Kataku pada Lux. Tak seperti biasa ia tak mendebat dan pergi.
Melihatnya pergi membuatku merasa lebih baik. Entah sejak kapan, Lux tiba-tiba saja seperti menempel padaku.
Aku kembali membenamkan kepalaku ke dasar bak mandi beberpa detik. Setelah nafasku habis aku kembali ke permukaan dan mengambil handuk di sebelah kananku.
Aku mengeringkan rambutku dengan pengering yang ada di powder room. Setiap saat aku melihat diriku sendiri di sini aku selalu melamun. Mengharapkan aku bukan diriku.
Lamunanku terhenti saat panggilan masuk di ponselku.
"Selamat Sore Nona Ven. Aku adalah Penny. Apa kita bisa bicara?"
Mendengar nama Penny aku segera tahu, ia adalah salah seorang penting dari Sleep and See. Ia juga yang menhubungiku dulu saat aku terpilih menjadi sukarelawan. Ia bukanlah orang yang rumit tapi memiliki gambaran diri yang jelas.
"Tentu saja. Mari kita bicara. Aku akan siap dalam lima belas menit."
"Baiklah, aku menyuruh seseorang menunggu di luar kamar 4021. Kita bicara di ruanganku."
Setelah panggilan selesai aku segera merapikan rmabutku dan memilih pakaian dengan cepat. Aku harus siap dalam lima belas menit.
"Nona Vina, mari ikut saya" kata wanita yang menungguku di depan kamar.
Aku tak banyak bicara dan memngikutinya ke lantai yang lebih bawah. Ia memiliki kartu acces dan seingatku tidak semua orang bisa masuk ke lantai ini.
"Silahkan." Katanya.
Aku masuk dan Penny sudah menungguku.
"Bagimana kabarmu Vina? Apa kau sudah tenang?" , tanya Penny membuka pembicaraan.
"Aku baik, terima kasih" jawabku lirih.
"Bagus, Aku memiliki dua kabar. Kabar baik dan kabar buruk" kata Penny. Penny adalah wanita berkulit hitam, dengan potongan rambut seperti laki-laki bertubuh sangat langsing. Ia terlihat rapi.
"Kabar baiknya, kami sudah memberhentikan John. Dia tak akan berani mengganggu Anda lagi." Jelas Penny.
"Kabar buruknya, kita tak bisa lanjutkan program ini pada Anda." Kata Penny lagi.
Aku terkejut dan sontak menyahut, "Tidak? Mengapa?"
Penny mengutak-atikmeja pintar dan menunjukan rekaman saat aku menampar John.
"Karena ini" jelasnya.
Aku tak mengerti ini hanya rekaman CCTV tepat yang ada di depan kami. Menurutku tak ada yang aneh.
"Aku hanya menamparnya. Tidak ada yang aneh Penny"
"Tepat sekali" Sahut Penny. "Disitulah permasalahannya. Rekaman ini menjadi bukti penganinyaan secara fisik. Anda secara sah telah dilaporkan melakukan tindak kekerasan fisik, kepada kekasih Anda."
"Aku?' tanyaku tak percaya.
"Benar. Rekaman ini menjadi bukti kuat. Dan entah bagaimana, John mendapatkan rekaman ini. Ia melaporkan Anda. Dalam waktukurang dari dua puluh empat jam, anda akan menerima surat panggilan."
Aku yang tak tahu harus berkata apa, mengamati rekaman itu berkali-kali.
"Mengapa rekaman ini hanya berdurasi dua menit. Bukankah seharusnya lebih dari itu bukan?"
"Benar, ini hanya cuplikan. Tapi ini yang John ungah ke akun media sosial miliknya.
"He is not my boyfriend" sangkalku, saat Penny menunjukkan unggahan video John dan caption yang tertulis dibawahnya.
Penny hanya menggeleng. "Harus ada bukti dari semunya. Ciuman kalian menunjukkan hal lain. selain itu , ungahan terebut sudah terlanjur viral. Dengan berbagai macam komentar negatif dan postif."
"Tunggu, video ini tanpa suara dan hanya potongan. Bisakah kita mengeluarkan suara dan mengambil kejadian secara penuh, atau semacamnya?"
"Sayangnya tidak, Nona Ven", ujar wanita ramping dengan setelan biru turkey mengkilat.
"Kamera CCTV di luar hanya merekam kejadia tanpa suara."
"Mengapa begitu?"
"Itu kebijakan perusahaan." Jawab Penny tegas,"Lebih tepatnya, kamera di luar hanya memantau kemaanan. Selama ini tidak pernah ada kejadian seperti ini."
"Apa kau bersedia mendengar tuntutannya, Covina ven?"
Penny membuka-buka file.
"Dia menuntutmu pada pasal kekerasan fisik. Tindakan anarkis, pencemaran nama baik, pemanfaatan jabatan. Ia menuntut Anda memberikan tunjangan ganti rugi atas pemecatan yang dilakukan perusahaan ini.
Sebesar empat tiga puluh ribu dollar. Dan untuk kekerasan fisk yang Anda lakukan sekitar lima puluh ribu dollar. Sehingga total sekitar empat ratus lima puluh ribu dollar. Mari kita hitung dengan kurs rupiah saat ini."
Jari-jari Penny memasukkan angka ke aplikasi mengubah mata uang.
"Sekitar eman milliar sekitaran ratus juta. Kau punya uang sebanyak itu?"
"Tentu saja tidak"
Penny menunjukkan kekecawaannya.
"Satu lagi, sementara pasapor anda dibekukan. Anda tak bisa kembali ke Indonesia atau keluar dari negara ini. Tentu saja sampai kasus anda berakhir"
"Pihak KBRI akan menghubungi anda secepatnya."
Keheningan melanda ruangan ini beberapa saat.
"Berapa gaji John perbulan yang kalian tawarkan?" .
Penny membuka-buka data lalu ia berhenti seolah menyadari sesuatu.
"Itu privasi perusahaan, saya tidak bisa memberikan informasi itu pada Anda." Jawabnya.
"Jika John bisa mendapat rekaman CCTV, mengapa aku tidak bisa mengetahui semua hal tentang dia?" bantahku.
"Karena seperti yang aku ungkapkan, ini adalah privasi. Anda perlu dukungan seseorang seperti Tuan Kalleb untuk mendapatkan informasi ini"
"Baik aku ingin bicara padanya. Apa aku bisa?"
Tampak ragu dan tak yakin, Penny tetap menghubungkanku dengan Kalleb yang sedang berada di luar negeri. Tidak seperti saat di Show beberpa saat lalu. Kalleb terlihat lebih ogah-ogahan menanggapi berbagai pertanyaan dariku.
"Kalleb berapa uang yang kau janjikan pada John jika ia berhasil membuatku menikah dengannya."
Kalleb tertawa sedangkan Penny terlihat tidak bahagia.
"Tidak ada hal seperti itu. Kami tak pernah menjanjikan apapun pada asisten pribadi. Kami bukan orang bodoh yang akan memberikan sejumlah uang pada orang yang berhasil merayu klien kami berhenti dari program yang mereka pilih."
"Lalu mengapa John menjanjikanku hidup dengan segala kemewahan? Berapa gajinya tiap bulan? Apa ia memiliki sumber pemasukan lain. Mengapa ia begitu memaksa, jika ia memang tak akan mendapatkan apapun?" desakku.
"Cukup Nona Muda. Anda sudah bertindak di luar batas dengan semua kecurigaan Anda pada kami."
Video call, terputus.
Penny mencoba menghubungkan kami kembali, tetapi Kalleb menolaknya.
"Aku segera menghubungi pihak KBRI." Ujar Penny.
"Kami akan mengirimkan semua tagihan yang harus anda bayar dan ganti rugi karena anda gagal menjalani program ini. Satu lagi, Anda harus segera meningalkan tempat ini sesegera mungkin."
"Aku mengerti terima kasih."
Aku tak menyangka, hal sepele yang aku lakukan merusak segalanya. Membuat semuanya menjadi berantakan.
Aku sama dengan Lux Hemel saat ini. Aku tak bisa melanjutkan program karena terjerat kasus dugaan kekerasan fisik. Lux harus berjuang melawan dugaan pembunuhan berencana ilegeal para klien di sini.
Hah , benar juga apa yang tertulis . Banyaklah rancangan di hati manusia, tapi hanya rancangan Tuhan yang terjadi.