Kami kembali ke Sleep and See. John terus berusaha melihat ke arah kami melalui kaca spion depan. Samar-samar wajahnya lebih terlihat kesal. Ia tak bicara apapun hanya terus mengamati segala tingkah Lux. Tidak satu pun tidakan Lux padaku ia lewatkan.
Di kursi kemudi, Angela terlihat begitu santai mengemudikan mobil. Wanita itu hanya diam membisu seperti tak melihat apapun. Dari sini aku bisa melihat perbedaan profesionalisme Angela dan John. John bagaikan apa dan mudah terbakar sedangkan Angela setenang gunung es.
Berusaha lari dari tatapan sinis John aku mencoba bicara pada Lux.
"Bagaimana jika Kalleb, mememang membunuh mereka?" tanyaku.
Menyadari pengaliahn pertanyaan ini, Lux segera melirik John dan bergegas mencium bibirku. Setelah ia puas barulah ia menjawab.
"Maka kau harus menghentikannya."
Aku tak lagi berkomentar. Aku mengarahkan pandanganku kea rah lain. Tatapan John sedari kami masuk mobil sudah membuatku cukup tidak nyaman. Dengan ditambahnya aksi panas Lux, membuatku semakin ingin keluar dan melompat dari mobil ini.
Hanya Angela yang lagi-lagi bersikap tenang. Seoalah tak merasakan apa pun.
Setelah mobil ini berbelok dan memasuki area gedung Sleep and See, aku merasa tenang. Angela menurunkan kami di Lobi.
"Nona Vina, ada yang harus aku bicarakan denganmu." Kata John menahan pintu saat aku hendak keluar.
Melihat aksi John, Lux melihat ke arahku. Ia menanti jawaban.
"Baiklah" kataku.
Aku menberi isyarat kepada Lux. Lux segera pergi ke dalam gedung terlebih dahulu bersama Angela.
John menunggu mereka masuk dan tak terlihat.
"Bailah John apa yang ingin kau bicarakan?" tanyaku padanya.
"Ikutlah denganku." Katanya. Ia menuju temapta parkir mobil VIP. Ia menyalakan sebuah kunci mobil.
"Lihat, aku baru saja membeli mobil baru."
Aku mengamati mobil yang ia pamerkan kepadaku. Sebuah mobil mewah yang cukup mahal.
"Kau tidak senang?"
Aku menoleh kaget dengan pertanyaannya. Dengan canggung aku menyampaikan ucapan selamat.
"Mobil ini lebih mahal dari milik Tuan Lux."
"Lalu?"
John menutup pintu mobil dan menguncinya lagi.
"Aku harap dengan ini, Kau berhenti mendekati Lux Hemel. Aku bisa memberimu semua hal terbaik"
Pernyataan John membuatku kaget, tapi aku masih bisa mengontrol rasa terkejutku. Aku menunngu penjelasan lebih detil darinya.
"Aku keberatan kau bersamanya, berdekatan apalagi sampai memiliki hubungan. Tidak kah kau lihat, dia 57 tahun. Dia lebih tua darimu hampir TIGA PULUH TAHUN!"
"John cukup!" kataku memintanya berhenti bicara.
"Tidak Vina, Kau yang dengarkan aku.!" Katanya dengan nada tinggi.
Aku mencoba menenangkan diriku dan bersikap dewasa.
"Vina, aku mencintaimu. Dengarkan. Tinggal dengan pria sepertinya hanyalah hal bodoh. Ia putus asa. Aku akan membuamu bahagia. Aku janji."
Tak berhenti sampai di situ, ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
"Ini berlian asli. Menikahlah denganku."
Aku mundur beberpa langkah dan hapir terjatuh karena terkejut.
Dibenakku tiba-tiba terlintas, apakah perusahaan ini menawarkan sejumlah uang juga padanya? Berapa yang akan mereka berikan jika aku mengurungkan niatku untuk mengikuti program mereka?
John yang menyadari gerakanku, segera bangkit dan menarik tubuhku. Dia menciumku dengan brutal dan menahan tubuhku dengan kuat. Setelah ia melepaskannya emosi meledak dari pikirannya. Yang ada dibenakku hanyalah membuatnya menyesali perbuatannya saat ini.
Dari posisi ini, aku melihat wajahJohn memerah. Tapi aku seperti orang yang tidak bahagia sama sekali. Aku melihat diriku di kaca dinding di hadapanku. Sungguh terlihat penuh emosi dan hendap memakan orang.
Aku melihat ke atas, ada sebuah kamera CCTV di sisi ini.
Aku menarik nafaku. Dan PAKKK! Tamparan mendarat di pipinya tanpa antisipsi. Aku pergi meninggalkannya.
" Ia kembali menarik tanganku."
"CUKUP!" teriakku padanya. Ini membuat petugas kemanan di luar pintu lobi menoleh. Aku segera memanfaatkan kesempatan ini untuk berusaha lari.
"Cukup Vina! kau membuat semua orang memberikan padangan pada kita", gertaknya. Ia mencoba menahan tubuhku. Dengan tangannya ia membuka menekan kunci mobil dan membukanya.
"Masuklah!" perintahnya.
Aku berteriak. Dan menginjak sepatunya. Karena ia makin kuat mendorongku, aku mencoba melukai kakinya dengan ujung sepatu heels ku.
Saat ia berteriak dan memengang tulang keringnya yang tergores tajam, aku mencoba berlari. Dengan satu tangan ia menarik ujung blazer panjang yang aku gunakan.
"Help!!!" , kataku melambai kepada petugas kemanan di luar pintu Lobi. Mereka segera bergegas mendatangiku. Saat tangan John mulai meregang aku berlari.
John mendapatkan blazerku.
"Nona, apa ada masalah?" tanya petuga kemanan itu.
"Tangkap dia!" teriak John pada para petugas itu.
Mereka nampak bingung. Aku merasa panik dan berlari menjauh dari dua petugas di depanku. Aku segera masuk dan John dengan cepat menarik tanganku.
Petugas keamanan di dalam lobi segera mendatangi kami.
"Ada apa ini?"
"Tenanglah kawan, ini urusan dua orang yang jatuh cinta". Kata John berusahan menutup mulutku dengan salah satu tangannya. Sedangkan tangan lainnya menarik tanganku dan menguncinya.
Aku mengigit tanganya sekuat mungkin. Darah mulai terasa dan John berteriak kesakitan. Ia melepaskan kunciannya dan hendak memukulku. Aku beruntung petugas keamanan menahannya.
Aku segera lari ke resepsionis dan meninjam telepon. Petugas resepsionis itu tampak takut dan kebingungan. Sementara di sisi lain, petugas kemanan menahan John.
"Pengaduan Sleep and See ada yang bisa kami bantu?"
Telepon ini tersambung. Dengan nafas terengah-engah aku melaporkan apa yang terjadi.
"Baiklah, kami mendapatkan visual Anda dari saat ini. Kami akan segera menangani ini."
Sambungan berakhir dan aku mengembalikan telepon itu ke resepsionis. Mereka melihatku dengan takut. Saat ini, masih belum bisa dikonfirmasi apakah aku benar atau salah. Tapi mendengar penjelasanku, sudah jelas ini bukan situasi yang bagus.
"Serena?"
Salah satu dari mereka menjawab. "Iya, ada yang bisa saya bantu lagi Miss?"
"Aku akan kembali ke kamarku. Jangan biarkan siapapun datang dan masuk tanpa se-izinku. Terutama dia." Kataku menunjuk John yang saat ini tangannya mulai di borgol oleh petugas ke-amanan.
"Kami mengerti." Jawabnya dengan gemetar.
"Tenang Nona, sebentar lagi pihak kepolisian akan datang dan kami bisa mengatasi pria ini. Anda bisa kembali ke kamar Anda sementara waktu." Kata pria yang memborgol John.
Aku membuka lift, sebelum masuk aku sempat mendengar John berteriak.
"My Dearest Vina. Kau akan menyesali ini Sayang."