webnovel

Lari Vina!

Tak maslah jika Georgia membunuhku, tapi membunuh Vina? Aku tak akan membiarkannya terjadi. Mungkin ia tidak menyukaiku, tapi kurasa wanita ini masih punya akal sehat dan patut dicintai.

"Kita lihat sampai kapan kau akan bertahan? Mengapa ku begitu pelit. Aku dengar nyawa lebih penting dari apapun. Tapi sepertinya tidak berlaku padamu, Lux cintaku!"

Wanita ini benar-benar memiliki tenaga yang kuat. Ia memberikan tusukan demi tusukan tanpa ampun.

"Kau sudah bosan hidup!" teriaknya tiba-tiba.

Saat itu aku sadar, Vina sudah memukulnya dengan vas kecil di meja. Ia tidak baik. Georgia terprovokasi dan menoleh ke arahnya. Ia mengaibakanku sekarang.

"Vina lari" perintahku. "Lari Vina!"

Wanita itu membeku seolah tak percaya. Dalam ketidak sarannya, ia mulai bergerak perlahan. Tentu saja Georgia, lebih kuat dan gesit. Georgia adalah seorang atlit bela diri saat msih muda.

Aku merangkak berusaha bangkit. Dengan susah payah dan rasa sakit luar biasa, aku menekan tombol dahrurat yang terpasang di bawah meja.

Dari sini, aku melihat Georgia menggila. Ia mencekik Vina dan berusaha melukainya.

"Georgia hentikan!" teriakku. Aku berjalan dan terjatuh. Sial! Bagaimana mungkin aku jadi selemah ini! Hanya lima sampai tuju tusukan memuatku lemah! Apa ini yang disebut factor usia. Aku harap tak ada bagian tulangku yang patah. Aku harus menyelamatkan Vina.

"Lepaskan!" teriak Vina. Tanpa ampun, Georgia menusukkan pisau ke lengan Vina. Darah mulai keluar dan ia menjerit. Tanpa terasa, aku begitu lemah. Merangkak bagai bayi tak tahu harus bagimana. Kenapa aku begitu bodoh! Harusnya, aku tetap meminta seseorang berjaga di rumah.

Georgia, bergerak lebih ceoat dari yang aku duga.

"AHHH! Lepaskan!" tiba-tiba Georgia melempar Vina dari genggamnya. Ia terlihat kesakitan dan memengang lengan kanannya. Vina mengigitnya, dan ….

"Dasar Wanita licik! Jangn kabur! Kita masih belum selesai" teriak Georgia.

"Hentikan!" teriakku.

Tentu saja ia tak menghiraukanku.suara ceburan terdengar. Air kolam terkoyak. Ia mengejar Vina, meski wanita itu tercebur ke dalam kolam. Perlahan dari tempatku berusaha berdiri aku melihat air kolam memerah. Aku harus menolongnya, tak peduli meski aku harus kehilangan nyawaku.

"Hei!" kata sesorang menghentikanku. "Sudah terluka begini, masih mau menolong?"

Pakkk! "Matilah Tuan Besar!"

Aku kembali tersungkur. "John! Kau?"

"Tuan, aku hanya membalas apa yang seharusnya kau dapatkan. Lagi pula, Vina juga sudah menolakku. Maka bukan salahku, jika aku bekerja pada Georgia! Omong-omong, dia wanita yang luar biasa liar! Ha ha ha "

Tertawanya mebuatku semakin sakit. Ia menendang, memukul dan mengahtamku habis-habisan, tanap bisa aku mebalasnya. Astaga! Butuh berapa menit petugas ke amanan datang.

"Kau tahu, aku telah mensabotase, kamera rumahmu. Aku juga yang mensabotase kamera di halaman kantor. Oh, aku juga yang membuat semua orangmu keluar. Aku jenius bukan?"

Ia menendangku lagi. Aku terpental dan menabrak kursi di samping kolam.

"Nyonya Snail. Habisi wanita itu! Biar aku yang urus Tuan Hemel!" teriaknya.

Oh Tuhan, mengapa lima menit serasa sepuluh tahun dalam keadaan seperti ini.

John, mengambil pecahan vas. Ia terlihat akan menghabisiku.

"Tepat di wajah atau mau langsung ke jantung?" tanyanya santai. Aku curiga, jangan-jangan ia adalah psikopat.

"Baiklah, mata akan lebih baik" jawabnya.

Habislah aku!

Ia mengangkat tangannya dan berteriak bersiap menghajarku! Selesai. Aku tamat di sini.

Brak!!!!"

"Hei, cari lawan seimbang!"

Kalimat itu muncul dan terdengar tidak asing. Aku membuka mata perlahan. Aku melihat John tersungkur.

"Kau baik-baik saja Tuan Hemel?"

Aku mengambil nafas dan berusaha duduk!

"Anda beruntung, beberpa hari yang lalu, aku kemari dan sepertinya jam tanganku terjatuh! Aku datang untuk mengambilnya. Aku melihat semua kekacauan ini!",terangnya. "Jadi, apa aku boleh membantu?"

"Hansel, terimaksih." Jawabku lirih.

"Sama-sama. Permisi!"

Entah aku beruntung atau memang takdir. Hansel datang dan mengahajar John. Ia membuat John tak bergerak, hanya dengan beberapa jurus. Ia memang bukan hanya aktor yang membintangi film laga. Ku rasa, ia juga menguasi jurus-jurus karate dengan baik.

Gerakannya, singkat. Tapi efektif. Sedangkan John, ia terlihat seperti gangster kelas rendah yang membabi buta. Asal pukul asal tendang. Ia hanya kuat karena usia saja. secara tehnik, nol.

"Baik, nikmati harimu. John." Teriaknya.

"Tuan Lux, Vina ke mana?"

Aku menunjuk ke kolam. Air di kolam semakin merah. Aku tak sanggup berkata apapun. Hansel langsung ke kolam dan meraih Georgia.

"Ini polisi, angkat tangan dan mohon tidak bergerak!"

Kata-kata itulah yang aku tunggu dari tadi. Kemana saja mereka?

"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya seorang wanita paruh baya.

Ia menghampiriku dan segera memberi tanda pada petugas medis. Sementara itu, dua lainnya memborgol John. Tentu pria itu ingin melawan. Tapi kakinya tak bisa ia gerakkan. Mungkin sudah patah oleh jurus Hansel.

"Tolong Vina, Georgia ingin membunuhnya."

"Tenang tuan, kami di sini. Tak perlu cemas." Katanya. "Kalian, tolong korban yang ada di kolam."

Dalam beberpa detik, beberapa orang membantu Hansel. Mereka menanggap dan melumpuhkan kucing liar, Georgia. Sementara itu, Hansel mengangkat tubuh Vina.

"Cepat! Aku butuh bantuan."

Medis segera datang. "Astaga, nyonya. Anda akan baik-baik saja" kata petugas medis itu. Mereka membawa Vina dan mencoba menghentikan pendarahannya. Dengan tandu mereka membawanya pergi.

Semua terjadi begitu cepat. Air di kolam tak lagi jernih. Merah dan membuatku berfikir, akan lebih baik jika aku tak pernah kembali ke tempat ini.