webnovel

Skills Master - The Original Skills

Mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Elliot yang baru saja menyadari bahwa dirinya bukanlah manusia biasa. Ada semacam kekuatan tak masuk akal yang ternyata dimiliki tanpa dia sadari sebelumnya. Kekuatan yang mampu membuat hal yang mustahil menjadi mungkin. Kekuatan yang mampu membuatnya menciptakan sebuah keajaiban hingga sanggup mengubah masa depannya dan orang-orang di sekitarnya. Kekuatan istimewa seperti apakah yang dimiliki Elliot dan segelintir orang tersebut? Temukan jawabannya dalam kisah ini serta ikuti petualangan Elliot bersama teman-temannya yang penuh dengan kejadian tak masuk akal, namun benar-benar menimpa mereka.

Ellakor · Fantasi
Peringkat tidak cukup
274 Chs

Terpenting Bagiku

"Tu-Tunggu dulu, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan." Sudah kuduga, dia akan mengatakan ini, tidak mungkin dia akan langsung mengakuinya.

"Jadi kau masih mau mengelak, kami sudah mengetahui semuanya. Pria yang kau bayar untuk bekerja sama denganmu menjebak Emily, pria yang ada di foto itu sudah mengakui semuanya. Jadi akuilah perbuatanmu itu. Aku dan Emily akan memaafkanmu kalau kau mau meminta maaf dan mengatakan hal yang sebenarnya di depan semua murid sekolah ini." Elliot mengatakannya dengan amat tegas, tentu saja karena dia tidak main-main dengan perkataannya ini.

"Sampai sekarang aku masih tidak mengerti apa yang kau katakan itu, kau tidak bisa seenaknya menuduh orang lain tanpa bukti!"

Elliot menyeringai, "Bukti katamu? Bukti itu tentu saja ada. Kau menempel foto-foto itu di mading dan lemari mading itu selalu terkunci. Semua murid di sekolah ini pun tahu kalau satu-satunya kunci lemari mading itu disimpan di ruang OSIS ini. Bahkan ketika guru ingin menempelkan sebuah pengumuman penting pun, para guru itu selalu meminta anggota OSIS yang menempelkannya di mading. Jadi hanya anggota OSIS-lah yang bisa melakukan ini."

"Hanya karena kunci lemari mading itu disimpan di ruang OSIS, tetap tidak membuktikan bahwa akulah yang melakukan ini. Anggota OSIS di sini bukan hanya aku saja, seperti yang kau lihat sendiri, kan, mereka semua yang berdiri di sana adalah anggota OSIS juga, bisa saja salah satu dari mereka yang melakukannya. Kenapa hanya aku yang kau curigai?"

Rico tetap tidak mengakui perbuatannya, dia berbicara seperti itu dengan nada menantang. Aku bisa melihatnya, amarah Elliot yang sepertinya bertambah besar. Dia semakin kuat mencengkeram kerah baju Rico. Dari Raut wajahnya, aku bisa melihat Rico mulai merasa kesakitan.

"Kau benar-benar tidak punya sopan santun, ya, memperlakukan kakak kelasmu seperti ini. Bahkan aku ini seseorang yang memiliki jabatan yang cukup penting di sekolah ini, aku seorang wakil ketua OSIS. Selain itu, untuk apa kau marah padaku yang sama sekali tidak bersalah, kalau kau ingin marah, seharusnya kau marah pada pacarmu itu. Karena dia telah mengkhianatimu bersama pria lain. Sudah jelas ada buktinya kalau dia berselingkuh, tapi kau bukannya marah padanya yang jelas-jelas terbukti berkhianat, kau malah marah padaku yang sama sekali tidak terbukti bersalah."

Sepertinya Elliot sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia mengepalkan tangan dan hendak menghajar Rico. Namun, aku segera menahan tangannya dan mencoba menghentikannya. Aku bersyukur karena Elliot pun mengurungkan niat untuk menghajar Rico.

Elliot mendecih kali ini. "Kau bilang ingin bukti, kan? Bukankah foto-foto itu masih menyimpan bukti yang menunjukan bahwa kau memang pelakunya. Sepertinya waktu itu kau terlalu terburu-buru sehingga melakukan kesalahan yang sangat fatal, aku bisa melihat tanda sidik jari pada foto-foto itu dan aku yakin itu pasti sidik jarimu. Sepertinya kau terlalu percaya diri dan tidak menduga akan ada seseorang yang menyelidiki hal ini."

Rico tercengang setelah mendengar perkataan Elliot, tapi keterkejutannya tak bertahan lama karena dia terlihat kembali tenang dan tersenyum sambil membalas perkataan Elliot, "Sidik jariku kau bilang? Hahaha ... tentu saja sidik jariku pasti ada di foto itu karena aku juga ikut membantu ketika Pak Hart menyuruh kami mencopot foto-foto itu dari mading. Aku yakin kau juga melihatnya waktu itu, kan? Karena aku melihat waktu itu kau dan Emily berada di sana."

"Yeaah ... aku memang melihatnya. Kau ikut mencopot foto-foto itu."

"Kalau begitu sudah jelas, sudah pasti sidik jariku ada di foto-foto itu. Hal itu tidak bisa membuktikan aku bersalah."

"Tetapi waktu itu bukan hanya kau yang mencopot foto-foto itu, ada beberapa anggota OSIS yang ikut membantu juga juga. Sidik jari mereka pun pasti membekas di foto-foto yang mereka sentuh."

"Nah, kau pun menyadarinya, kan, Elliot, jadi bisa saja pelakunya salah satu dari mereka, jadi kau seharusnya mencurigai mereka juga, jangan hanya aku yang kau curigai!!"

"Justru berkat beberapa anggota OSIS yang membantu mencopot foto-foto itulah, bukti yang tak terbantahkan bahwa kau pelakunya bisa diketahui!!"

Rico mengernyitkan dahi, "A-Apa maksudmu?"

"Mudah saja untuk membuktikan memang kau pelakunya, cukup dengan memeriksa apakah sidik jarimu terdapat pada semua foto-foto itu atau tidak? Tapi aku yakin sidik jarimu terdapat pada semua foto karena sidik jarimu menempel ketika kau menempelkannya di mading, Rico!!"

Aku bisa melihatnya, Rico mulai panik dan gelisah di tempatnya berdiri. Namun, tetap berpura-pura dirinya baik-baik saja. "Haha ... kau ini bi-bicara apa? Te-Tentu saja sidik jariku ada di semua foto karena setelah mencopot foto itu, aku penasaran ingin melihat lebih dekat, jadi setelah mengumpulkan semua foto aku melihatnya satu per satu."

Rico sepertinya mulai merasa terdesak terlihat dari perkataannya yang mulai gugup dan terbata-bata. Elliot tersenyum melihat reaksinya itu. Suasana hening sesaat.

"Tidaak ... kau sama sekali tidak menyentuh semua foto itu ketika kau dan beberapa anggota OSIS mencopot foto-foto itu dari mading, kau lupa aku juga berada di sana waktu itu. Aku masih mengingatnya sampai sekarang. Setelah kalian mencopot foto-foto itu, kalian langsung menyerahkannya pada Pak Hart. Aku juga masih ingat, waktu itu bukan kau yang mengumpulkan foto-foto itu setelah dicopot dari mading, dan bukan kau pula yang menyerahkannya pada Pak Hart."

"Yang dikatakan Kak Elliot benar, waktu itu aku yang mengumpulkan semua foto dan aku yang menyerahkannya pada Pak Hart, kalian semua juga melihatnya, kan?"

Perkataan itu berasal dari seorang gadis murid kelas 1 yang merupakan salah satu anggota OSIS yang ikut mencopot foto-foto dari mading waktu itu.

Dia berkata seperti itu sambil memandang ke arah anggota OSIS lainnya yang sedang berkumpul di ruangan. Beberapa dari anggota OSIS menanggapi pertanyaan gadis itu dengan sebuah anggukan. Tanda bahwa mereka menyetujui perkataan gadis itu.

Setelah mendengar dan melihat reaksi dari teman-temannya sesama anggota OSIS, wajah Rico pun mulai pucat. Elliot yang melihat ekspresi Rico yang mulai ketakutan, melepas cengkeraman tangannya dari kerah kemeja Rico.

"Kau sudah tidak bisa mengelak lagi, Rico. Akuilah perbuatanmu. Apa perlu aku meminta pihak Polisi memeriksa apakah sidik jarimu terdapat pada semua foto-foto atau tidak? Kau tidak bisa lari lagi, apalagi jika pria yang bernama Ciel itu mengatakan yang sebenarnya kepada polisi, maka kau tidak diragukan lagi akan ditetapkan sebagai pelakunya. Kau bisa saja dijebloskan ke dalam penjara kalau Emily menuntutmu karena kau telah mencemarkan nama baiknya."

Elliot mengatakan itu pada Rico dengan raut wajah yang serius, sukses membuat raut panik semakin terpancar di wajah Rico.

"Ti-Tidak. Aku mohon jangan laporkan aku ke polisi. Baiklah, aku akan mengakuinya ... memang benar aku yang melakukannya. Aku sangat sakit hati dan marah pada Emily. Waktu itu dia menolakku ketika aku menyatakan cinta padanya. Selain itu, dia juga telah mempermalukan aku ketika kami pergi berkencan. Dia tiba-tiba meninggalkanku sendiri di taman itu, dia pergi bersama denganmu tanpa kembali lagi. Padahal waktu itu banyak orang di taman itu. Aku tidak akan pernah melupakan ekspresi mereka yang menertawakan aku. Kalian tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana malunya aku saat itu. Itulah sebabnya aku bertekad akan balas dendam pada kalian. Aku akan balas mempermalukan Emily dan aku juga ingin membalas dendam padamu, Elliot. Aku ingin kau merasakan perasaan sakit hati karena melihat pacarmu mengkhianatimu. Aku ingin kau merasakan juga apa yang aku rasakan pada hari itu!!"

Setelah mengatakan itu, Rico jatuh dan berlutut di hadapan kami. Aku benar-benar tidak menyangka perbuatanku waktu itu telah menyakiti hatinya. Aku pun merasa sangat bersalah padanya.

"Perbuatanmu itu tetap saja salah, seharusnya kau tidak pernah melakukan hal memalukan seperti itu. Aku dan Emily akan memaafkanmu jika kau mengatakan yang sebenarnya di depan semua murid sekolah ini. Kau telah mencemarkan nama baik Emily!!"

Setelah mendengar perkataan Elliot itu aku pun mulai menanggapinya, setelah sekian lama aku hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka. "Tidak, Elliot. Aku rasa itu berlebihan. Dia tidak perlu melakukan itu. Sudah cukup rasa malu yang dia terima karena perbuatanku, aku tidak ingin mempermalukannya lagi."

Elliot melebarkan kedua mata, tampak terkejut mendengar ucapanku. "Ta-Tapi Emily, dia sudah membuat semua orang salahpaham padamu??"

Elliot mengatakan itu sambil memasang ekspresi wajah yang menunjukan ketidaksetujuan.

"Tidak apa-apa. Bagiku asalkan Kak Rico menyesali perbuatannya, itu sudah lebih dari cukup." Lalu aku ikut berlutut di hadapan Rico dan mulai berbicara padanya, "Maafkan aku, Kak Rico, atas semua yang telah aku lakukan padamu waktu itu. Aku benar-benar tidak menyangka saat itu kau akan sangat terluka. Aku sangat menyesal. Aku memaafkan semua perbuatanmu ini, Kak Rico. Tapi aku harap setelah kejadian ini, kau bisa memaafkan aku dan melupakan kejadian waktu itu. Aku ingin sekali kita bisa menjadi teman." Aku bisa melihat penyesalan di mata Rico dan aku sudah merasa cukup puas setelah melihat penyesalannya itu.

"Aku minta maaf, Emily. Padahal kau begitu baik tapi aku telah menyakitimu seperti ini. Aku benar-benar menyesal. Aku janji tidak akan pernah melakukan hal bodoh seperti ini lagi."

Setelah mendengar perkataannya, Aku pun tersenyum dan mengangguk pada Rico. Aku kembali berdiri dan menggenggam tangan Elliot. Aku mengajaknya pergi dari tempat itu. Aku dan Elliot akhirnya pergi meninggalkan sekumpulan anggota OSIS yang masih berdiri mematung di sana menyaksikan Rico yang masih berlutut di lantai.

"Seharusnya kau biarkan dia mengatakan pada semua orang bahwa dialah yang sengaja melakukan hal itu padamu. Supaya kesalahpahaman ini berakhir."

Sepertinya Elliot masih tidak setuju dengan perbuatanku. Lalu aku memegang wajah Elliot dengan kedua tangan dan mulai berbicara padanya agar dia mengerti alasanku melakukan ini, "Dia menyesali perbuatannya, itu sudah cukup buatku. Kau tahu sendiri gosip apa pun begitu cepat menyebar di sekolah ini, jadi tanpa dia mengatakan pada semua orang pun, pada akhirnya semua orang akan tahu kebenarannya. Lagi pula Rico sudah mengakui perbuatannya di depan anggota OSIS yang lain. Dan lagi"

"Dan lagi ... apa? Kau tidak melanjutkan perkataanmu?" tanya Elliot tak sabar karena aku tiba-tiba menggantung ucapanku.

"Dan lagi, aku tidak peduli walaupun semua orang salahpaham padaku, selama kau mempercayaiku itu sudah cukup membuatku bahagia. Karena bagiku ... kaulah yang terpenting, Elliot."

Setelah mendengar perkataanku, Elliot tersenyum dan aku pun membalas senyumannya. Sepertinya dia tidak akan lagi mempermasalahkan keputusanku yang memilih berdamai dan memaafkan Rico.