webnovel

Menyelediki

Menyelidiki

Riki kini berada di ruangannya, pria jangkung itu sudah mendengar jika sahabatnya tengah dekat dengan seorang janda.

Untuk itu Riki sendiri yang akan mencari tahu dan ia mengirimkan pesan pada nomor yang di berikan suruhannya.

Hampir satu jam pesan yang di kirim Riki tidak ada balasan dari perempuan itu. Hingga membuat dia merasa kesal.

Tut ... Tut ...

"Halo?" suara lembut di balik ponsel membuat Riki begitu menikmati. Satu detik kemudian pria itu tersadar.

"Beraninya! Kamu memanfaatkan kebaikan Elfata, hingga dia melupakan pekerjaannya sendiri." hardik Riki membuat si penerima telpon itu terdiam tak menjawab.

"Saya tahu, kamu dan keluarga kamu hanya pura-pura membuat anak kamu sakit dan memanfaatkan Elfata." Tambahnya kemudian.

Mendengar penghinaan seperti itu sambungan telepon dan yang memutuskan dari si penerima telepon.

Melihat sambungan nya terputus membuat Riki mengepalkan jari-jari lengannya. Ia hanya tidak mau sahabatnya Elfata jatuh ke dalam lubang yanng sama.

"Sepertinya gue harus langsung menemuinya!"

***

Pagi pun tiba kini Bianca tengah menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan sang mama tercinta. Tak pernah ia duga jika Elfata kini akan sepagi itu bertamu pada Bianca. Nona membawa pria itu untuk mencicipi masakan Bianca membuat Elfata mengangguk setuju.

Janda satu anak itu hanya bisa diam dan membiarkan terlebih dahulu apa yang akan di lakukan Elfata. Arga, pria kecil itu sudah lebih baik dari sebelumnya

Beberapa menit setelah mereka menyelesaikan sarapan pagi Bianca menarik lengan Elfata untuk segera pergi untuk bekerja engan alasan takut terlambat masuk kerja.

"El! Sudah ya kamu tidak usah menemui aku dan juga keluarga aku lagi. Sebelumnya aku mau ucapkan terimakasih karena kamu sudah bertanggung jawab penuh atas Arga." Ujar perempuan itu hingga Elfata merasa bingung dengan ucapan Bianca.

"Tapi, Bianca kenapa aku tidak boleh menemui kamu juga keluarga kamu?" Elfata merasa ada yang ane dari Bianca tidak seperti biasanya perempuan itu bersikap demikian.

"Sudahlah, El. Lebih baik kamu fokus saja sama pekerjaan kam dan jangan pernah menemui aku atau pun keluarga aku lagi!' Dengan tegas Bianca memberikan ultimatum pada Elfata sebelum dia pergi dari hadapan El dan memilih untuk menggunakan ojek online yang sudah dia pesan sebelumnya.

Elfata akan mengejar namun, Bianca tetap dengan perkataannya. Pria itu terdiam merasa ada yang tidak beres pasalnya selama beberapa hari ini mereka tidak ada masalah.

Elfata melajukan kembali mobil mewahnya menuju kantor perusahaan dia yang beberapa hari ini El merasa dia abaikan.

"Tumben lo, masuk kantor sepagi ini." Cetus Riki, mereka bertemu di plataran parkir khusus. Elfata menoleh pada Riki dengan malas pria itu tidak menjawab dan melengos begitu saja.

Riki tersenyum merasa kali ini dia berhasil setelah semalam menghubungi orang yang mengganggu Elfata beberapa hari terakhir jarang datang ke kantor hingga pekerjaan nya sedikit terabaikan dan meeting penting tertunda hanya masalah kecelakaan kecil.

Berbagai pekerjaan sudah terjadwal di tangan sang sekertaris membuat Elfata sedikit sibuk.

Riki yang memang menyuruh bawahannya untuk memberikan data karyawan office girls itu kini dia menemukan bahwa janda anak satu itu berada satu kantor bersama dengan dirinya.

"Tolong kamu buat masalah dengan, Bianca Office girls." perintah Riki pada seseorang, membuat orang tersebut menganggukkan kepalanya.

***

"Tolong dong, kopi ini antar 'kan ke ruangan HRD." ujar salah satu office girls yang lainnya. Membuat Bianca menoleh dan menganggukkan kepalanya akan membantu teman satu pekerjaannya.

Perempuan berambut di kuncir kuda, memakai seragam office girls berjalan menuju ruangan HRD. Namun, tiba-tiba dari arah lain seseorang dengan sengaja menendang air bekas pel.

Hingga membuat Bianca tergelincir, tumpahan air kopi panas itu melayang ke udara dan mengenai wajah cantiknya.

"Aw, panas!" seru Bianca, terduduk di lantai dengan pakaian yang basah terkena tumpahan kopi.

Riki dengan sengaja melihat kejadian tersebut, seseorang mengatakan jika perempuan itulah yang bernama Bianca.

Betapa kagetnya Riki ketika mengetahui jika sosok perempuan yang tengah dekat dengan sang sahabat itu adalah orang sama Riki sukai.

"Lo yakin, dia Bianca?" seseorang itu menganggukkan kepalanya.

Dengan cepat Riki berlari, membantu Bianca berdiri.

Perempuan berseragam office girls itu memang sangat cantik meskipun luka bakar mengenai wajahnya sedikit.

"Kamu tidak apa-apa?" Riki bertanya, Bianca berdiri dan membenarkan kembali pakaiannya.

Melihat pria di hadapannya memakai kemeja, dasi juga jas Bianca menunduk hormat. Ia tahu jika banyak eksekutif muda yang berpengaruh di kantor tersebut.

"Permisi, pak." ucap Bianca seraya pergi dari hadapan Riki

Riki menganggukkan kepalanya. Pria itu tersenyum begitu mengagumi sosok office girls cantik tersebut.

FLASHBACK ON

Malam hari ketika Riki lembur di kantornya. Ia melihat sosok perempuan cantik tengah mengepel lantai di dekat ruangannya.

Perempuan itu begitu menarik perhatian Riki dengan rambut yang dia kuncir kuda, wajah mulusnya seperti tidak perlu memakai bedakan lagi.

Dari kejauhan Riki terus saja memperhatikan office girls tersebut hingga dia akan menghampirinya. Namun, perempuan itu berlalu begitu saja dari hadapan Riki.

Tak sempat berkenalan hanya saja wajah cantiknya selalu terbayang dalam ingatan Riki. Hingga dia lupa akan menanyakan pada orang-orang bawahannya untuk menyelidiki office girls tersebut.

FLASH BACK OF.

"Jadi perempuan itu yang namanya Bianca, masa gue harus bersaing dengan sahabat gue sendiri." gumam Riki. Laki-laki itu merasa menyesal telah memberikan ultimatum pada Bianca, dia tidak tahu jika orang yang dia sukai itu ternyata tengah dekat bersama sang sahabat.

Namun, karena Bianca lah Elfata kini menjadi menomor duakan urusan pekerjaannya. Riki sangat takut jika Elfata hanya di manfaatkan oleh Bianca, dia tahu jika Bianca hanya seorang office girls. Namun, bagaimana pun Riki pun menyukai sosok perempuan tersebut.

"Bagaimana, bos." tanya orang suruhan Riki.

"Bego! Kenapa lo gak bilang kalau dia wanita yang sama." hardik Riki.

Pria berjas hitam itu hanya menundukkan kepalanya. Dia sendiri tidak tahu jika wanita yang tengah ia selidiki itu adalah perempuan yang di sukai Riki.

Riki menyuruh laki-laki itu keluar dari ruangannya.

Berfikir sekeras mungkin.

"Ki, lo ikut gue!"suara berat memerintah itu terdengar dari pintu masuk ke ruangannya

Meeting penting itu akan mereka lakukan bersama dengan para sekretarisnya. Riki berjalan berjajar dengan Elfata membicarakan perihal kerja sama yang akan mereka sepakati.

Keduanya begitu serius mengobrol, membahas mengenai pekerjaan. Begitu sampai di lobby Elfata melihat sosok yang ia kenal sebelum nya.

Pria itu mendadak diam memperhatikan office girls tengah bekerja, hingga Riki berbicara sendiri tidak menyadari jika sahabatnya tertinggal di belakang.

"Bianca."

.