webnovel

Berbicara

Berbicara

"Kenapa kamu gak bilang, kalau kamu kerja di kantorku?" tanya El pada perempuan yang ada di hadapannya.

"Mana aku tau, kalau ini kantor kamu. Lagian aku sudah bilang 'kan jangan pernah ganggu aku lagi, El!" Bianca menjawab dengan ketus, ia tidak mau berurusan lagi dengan laki-laki yang bernama Elfata jika hidupnya ingin tidak ada masalah.

"Bianca, kamu kenapa sih? Ada apa sama kamu?" Bianca akan pergi meninggalkan El, sendirian di kantin. Pria itu meraih lengan Bianca hingga perempuan itu menoleh.

"Aku ... kenapa? Jelas aku itu berbeda kasta dengan kamu, El." dengan tegas Bianca berujar, dia memang tidak pantas untuk Elfata.

Bianca berlari, perempuan itu menuju loker akan mengambil barang-barang juga meminta mengundurkan diri dari kantor tersebut.

"Apa kamu yakin? Kamu harus bayar sebesar lima juta, untuk bisa mengundurkan diri." ucap kepala office girls.

Bianca tercengang mendengar uang yang harus dia kembalikan pada perusahaan, Bianca memang tidak membaca dengan teliti pada saat mendatangani kontrak kerja sebagai office girls.

Perempuan itu merasa bingung, namun ia tidak mau bekerja di tempat orang yang menurutnya harus ia jauhi mulai dari saat ini.

Perkara pria yang menghubungi dia waktu malam hari, membuat dirinya merasa ketakutan dan bersalah atas Elfata seolah sudah tidak peduli dengan pekerjaannya.

"Saya tidak jadi mengundurkan diri, bu." akhirnya perempuan itu mengalah, dari mana dia punya uang sebanyak itu hanya untuk membayar perusahaan.

Dia bekerja untuk mencari uang bukan untuk mengeluarkan uang.

Dengan berat hati Bianca kembali ke pantry melakukan tugasnya sebagai office girls.

***

Sementara Elfata kini di ruangan pribadinya, ruangan presiden direktur. Pria itu sedang berfikir terlihat dari pelipis ia pijat.

"Kenapa lo? Muka kaya baju kusut gitu." tiba-tiba Riki menghampiri Elfata di ruangannya untuk memberikan laporan meeting yang hanya ia tangani sendirian.

"Tau lah, gue pusing!" jawabnya dengan ketus.

"Cewek itu lagi? Lo jadi gak fokus sama kerjaan, dan sekarang lo bengong kaya orang bego! Elfata, lo sadar dong dulu lo kaya gini juga gara-gara mantan lo!" hardik Riki, bukan bermaksud marah namun pria jangkung itu merasa gemas. Sahabat tapi bosnya itu selalu mendahulukan wanita hingga di manfaatkan oleh perempuan yang tengah dekat dengan dirinya.

Elfata menatap Riki dengan intens, mendengar kata 'Cewek lagi' membuat pria itu berfikir.

Tidak sadar atas perkataannya sendiri hingga Elfata kini menginterogasi Riki.

"Kapan gue pernah cerita soal cewek?" pertanyaan itu berhasil membuat Riki terdiam. Begitu bodoh hingga tak menyadari perkataannya sendiri.

Pria jangkung itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Elfata berdiri mengelilingi Riki, pria itu tahu jika sahabatnya menyelidiki dia dengan Bianca dari atas apa yang dia lontarkan.

Tatapan elang Elfata layangkan pada sahabatnya.

"El, gue bisa jelaskan." Riki mengalah. Namun, Elfata mengangkat lengannya tidak mau mendengarkan apapun dari pria jangkung tersebut.

Jika sudah seperti itu, Riki keluar dan tidak mau menjadi ribut bersama sahabat tapi bosnya. Dia tahu sudah ikut campur dalam urusan pribadinya hanya saja Riki terlalu sayang pada Elfata hingga membuat dia menjadi seperti itu.

Rasa sayang melebihi dari seorang adik terhadap kakaknya membuat Riki menjadi seperti itu. Dia tidak mau jika perempuan yang mendekati El hanya ingin harta dan kekayaan nya saja seperti mantan nya dulu.

FLASHBACK ON

Cherly, gadis blasteran rusia-indonesia. Kekasih dari seorang Elfata. Memiliki kekayaan yang katanya tidak habis 7 turunan. Nyatanya keluarga Cherly mengalami kebangkrutan juga terlilit hutang dimana-mana.

Hingga membuat gadis itu, memanfaatkan El sang kekasih seluruh harta kekayaan yang di miliki El jatuh begitu saja ke tangan Cherly.

Pergi sejauh mungkin dari kehidupan Elfata membuat laki-laki itu menjadi tidak karuan.

Hingga Riki harus berjuang untuk membangun bisnis bersama dengan Elfata, susah payah Riki membujuk juga membuat Elfata untuk bisa bangun dari keterpurukannya.

FLASHBACK OFF

***

Tepat pukul lima sore, Bianca menunggu ojek online yang biasa dia pesan sebelum jam pulang kantor tiba. Perempuan itu menunggu di depan loby kantor hingga Elfata menarik lengan membawanya menuju parkiran khusu.

"Pak, saya mau di bawa kemana." tolak Bianca, melepaskan genggamannya dari Elfata.

"Pak?" merasa aneh, dia di panggil bapak oleh Bianca.

"Bapak 'kan atasan, saya. Maaf ya pak ojek online saya sudah ada." ujar Bianca menunjuk ke arah pengendara motor menggunakan jaket khusus.

Janda satu anak tersebut melangkah menghampiri pengendara motor, menggunakan helm dan berlalu dari sana.

Dengan cepat Elfata menyusul Bianca, tidak peduli seberapa ketus perempuan itu pada dirinya.

Pim ... Pim ...

Beberapa kali Elfta menekan klakson mobilnya berharap perempuan itu turun dari pengendara motor, hingga sampai ke rumah Bianca Elfata masih mengikutinya.

Tatapan tajam Bianca layangkan pada Elfata, janda anak satu itu tidak suka jika dia di ikuti terus-menerus oleh Elfata.

Tergesa menutup pintu rumahnya hingga Nona merasa heran dengan sikap sang anak.

"Bianca, kamu kenapa?" tanya sang mama. Perempuan itu menoleh dan menggelengkan kepala.

Berusaha melihat siapa yang datang, namun Bianca menutupi nya berharap sang mama tidak membuka pintu. Nona berusaha menyingkirkan Bianca berdiri di belakang dengan senang hati Nona membuka pintu rumah tersebut lalu Elfata masuk ke dalam.

Bianca membiarkan Elfata masuk namun dirinya menghindari Elfata berlalu dari ruang tamu.

Sementara Arga keluar dan menemui Elfata, om kesayangannya.

Arga memeluk pria tampan itu dengan penuh kehangatan, begitupun dengan Elfata pria dewasa itu sangat bahagia jika sudah bertemu dengan sosok pria kecil seperti Arga.

"Om, gak bawa apa-apa buat Arga?" cetus Arga, pertanyaan itu keluar dari mulut kecilnya yang menggemaskan.

"Arga! Mami tidak mengajarkan kamu meminta-minta." hardik Bianca, membuat Arga menoleh merasa kaget dengan perkataan sang mami. Hingga pria kecil itu akan menangis.

"Arga, om minta maaf ya ... Om lupa, tapi lain kali om bawakan hadiah untuk Arga. Sekarang Arga masuk dulu ke kamar Arga ya ... Om mau bicara dulu sama mami kamu." Arga menganggukkan kepalanya, berlari menjauhi sang mami yang terlihat seperti singa betina yang siap menerkam mangsanya.

Elfata berdiri, laki-laki itu sungguh tidak menyangka jika Bianca bisa berbicara kasar pada anak semata wayangnya.

"Apa kamu menerima telpon dari nomor ini?" Elfata mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan nomor Riki di layar pipih itu.

"Dia suruhan kamu 'kan? Dia juga yang akan menghancurkan hidup aku dan keluarga aku jika kamu terus berada di sini, El! Silahkan kamu keluar dari sini sebelum aku teriak."

Bianca menyeret paksa Elfata keluar dari rumahnya, akan tetapi pria itu berusaha memberontak hingga pertengkaran kecil itu terjadi.

"Bi, kamu salah faham. Aku suka sama kamu!!"

Deg. Bianca merasa tercengang mendengar perkataan itu keluar dari mulut Elfata, seorang CEO menyukai janda satu anak dan berprofesi sebagai karyawannya.

"Bianca."