webnovel

CHAPTER 13

Jimin dan Seul Gi keluar dari ruang ibu Seul Gi. Jimin merasa lega bahwa ibu Seul Gi sudah sadar dari dua hari yang lalu. Keadaannya pun sudah mulai membaik hanya saja ia masih belum boleh untuk melakukan banyak aktifitas.

Mereka keluar dari rumah sakit dan duduk-duduk di area taman. Dibawah pohon yang rindang. Seketika suasana menjadi canggung karena keduanya mengingat adegan ditengah-tengah rumah sakit.

Seul Gi menelan salivanya. Tenggorkannya terlalu kering untuk mengeluarkan suara.

Jimin berdiri dan membuat Seul Gi salah tingkah.

"aku akan beli minum. Tunggu sebentar".

Ia berlari kecil dan memghampiri mesin penjual minuman kaleng. Ia sangat haus, dadanya tidak berhenti berdebar.

Jimin menekan tombol dan mesin mengeluarkan dua kaleng soda dan satu air mineral. Ia membuka satu dan menenggaknya sekaligus.

"aku melakukan sewajarnya dengan teman. Tidak ada yang salah", ia menepuk dadanya, "tidak ada yang salah!", ucapnya meyakinkan dirinya sendiri. Ia kembali untuk menghampiri Seul Gi.

Seul Gi menangkap sebotol kaleng soda yang Jimin lemparkan. Dari caranya berubah-ubah seperti ini pasti memang Jimin tidak mungkin menyukainya. Seul Gi berusaha untuk melupakan dugaan yang selama ini ia tanyakan pada dirinya sendiri.

"thanks".

Ia meminumnya pelan-pelan karena ia tidak begitu suka dengan soda. Wajahnya mengernyit tiap soda menelusuri lidahnya.

"ada apa dengan wajahmu?", tanya Jimin yang tidak sengaja menangkap ekspresi Seul Gi.

Seul Gi tertawa hambar, "aku tidak begitu suka dengan soda".

Jimin merebut kalengnya, "tukar dengan ini", setelah menukarkan botol, Jimin meminum soda kaleng bekas Seul Gi.

Seul Gi mengedipkan matanya namun ia tidak salah lihat, Jimin meminumnya tanpa merasa ada yang aneh. Itu tandanya mereka satu bibir. Seul Gi membuang pandangannya dan bergegas meminum air mineralnya.

Ia merasa tertolong dengan air yang terasa begitu menyegarkan.

"ini", Jimin memperlihatkan handphonenya yang menunjukkan sebuah poster.

Seul Gi meraihnya dan membaca poster itu dengan baik-baik. Ia langsung mengembalikan poster itu, "jangan bercanda".

"apa wajahku sebercanda itu?", Jimin tidak tersenyum sama sekali, "kau butuh biaya pengobatan. Kau sudah tidak bekerja lagi di club".

"oennie?", seorang anak laki-laki muncul dan menghampiri Seul Gi.

Jimin melihat anak laki-laki itu, "dugu?".

"Seul Gi donsaeng of course", ucap Doh Hyon dengan wajahnya yang manis namun suaranya berat.

"salam kenal, aku Park Ji Min".

"oh jadi kau yang pernah eomma ceritakan".

Seul Gi tidak mengerti maksud adiknya.

"Kau akan ku restui tapi ku rasa kau harus berfikir dua kali jika mau dengan kakakku".

Seul Gi melingkarkan tangannya ke leher Doh Hyon, adiknya sudah berbicara terlalu keluar dari arus.

Jimin tersenyum melihat wajah panik dan malu Seul gi.

Setelah menghabiskan waktu hingga menjelang malam dirumah sakit. Membantu Seul Gi mengurus ibunya dan juga mengobrol dengan Do Hyon maupun So Hyun, Jimin pun berpamitan untuk pulang.

Seul Gi mengantarnya hingga lobby.

"kapan kau kembali ke sekolah?", tanya Jimin saat mereka sedang berjalan.

"aku sudah mengabari wali kelas. Kurasa seminggu aku akan mengurus ibuku".

"bagaimana pekerjaanmu di toko?".

Seul Gi tidak dapat kabar dari Ahjussi, "aku tak tahu. Kemarin Gong Yoo Ahjussi mengirimkan gajiku tapi saat kutanyakan ia tidak menjawabnya hingga sekarang".

"Tuhkan. Sudah ku bilang pasti ada yang tidak beres darinya".

Seul Gi memukul pundak Jimin, "Jangan sembarangan. Aku yakin dia memiliki alasan".

Jimin mengusap pundaknya yang sakit, pukulan perempuan ini lumayan kuat, "yasudahlah. Ku harap kau memikirkan yang tadi ku tawarkan. Kabari aku secepatnya".

Jimin pun bergegas dan mereka berpisah di Lobby rumah sakit. Seul Gi memandangi Jimin dari belakang. Senyuman merekah diwajahnya. Ternyata ini rasanya dipedulikan. Walaupun mereka tidak membahas mengapa Jimin memeluknya tapi Seul Gi masih merasakan detak jantung Jimin yang sangat kuat. Badannya begitu hangat.

Seul Gi menghampiri Do Hyon yang sedang duduk di kursi didepan kamar ibu mereka. Ia duduk disamping adiknya yang sedang duduk dengan tangan menumpu pada pahanya.

Do Hyon menatap Seul Gi dengan tatapannya yang tegas, ia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya pada kakaknya sendiri.

"Apa maksudnya Noona kerja di club?", tanya Do Hyon to the point, ia menangkap raut wajah Seul Gi langsung berubah seketika.

"apa maksudmu? Noona tidak paham".

Do Hyon duduk dengan tegap, Seul Gi merasa tatapan adiknya sangat mengintimidasi dan ia merasa takut dengan tatapan itu.

"Baiklah. Karena kau bertanya maka aku akan menjawab tapi kau harus berjanji untuk tidak berasumsi sendiri".

Do Hyon mengangguk mengiyakan permintaan Noonanya.

"Sudah lama aku bekerja di club sebagai penari. Selama ini aku mendapatkan uang tambahan untuk diriku dan juga membantu Eomma dengan cara aku tidak meminta uang apapun padanya. Ia tidak mau menerima uang hasil jerih payahku. Tapi aku mendapatkan pemilik club yang sangat baik. Ia tidak pernah melakukan hal negative padaku ataupun anak buahnya. Aku hanya menari disana, perform selayaknya girlband dengan tema sexy".

Seul Gi merasa seperti melakukan pengakuan dosa. Tatapan Do Hyon sungguh membuatnya semakin merasa bersalah.

"Aku sangat menyukai pekerjaan itu tapi aku tidak bisa menari lagi disana karena banyak inspeksi dan ownerku tidak ingin aku tertangkap dan clubnya mengambil resiko besar. Maka aku sudah berhenti tapi Eomma tidak tahu. Ia tidak ingin aku bekerja hanya karena uang. Ia ingin aku melanjutkan hobiku walaupun diclub itu selama aku bahagia".

Do Hyon sangat tahu bagaimana Seul Gi dahulu saat mereka masih mampu untuk melakukan kegiatan kursus diluar sekolah.

Seul Gi menitikkan air mata, "tapi aku berbohong padanya dan sekarang aku bekerja di minimarket sebagai kasir. Dan sekarang, aku yang menyebabkan dirinya mengalami kecelakaan tepat disaat kita akan memperluas bisnis kita", rasa sesaknya akhirnya keluar, meluap tidak terbendung. Semuanya pecah saat ia ingat bagaimana mereka berpelukkan pada hari itu.

Do Hyon merasa sedikit kecewa mendengar kakaknya bekerja ditempat menyeramkan namun saat melihat Seul Gi noona menutup wajahnya dan menangis. Ia pun sudah tidak bisa melanjutkan hobinya karena dikeluarkan. Rasa kesal Do Hyon luntur. Ia memeluk kakaknya.

"maafkan noona Do Hyonie".

"hidup kita memang tidak mudah noona tapi berjanjilah padaku bahwa kau akan menikmati hidupmu, aku pun akan menikmati hidupku sembari kita mencari jalan untuk membuat keluarga kita keluar dari kesulitan ini. Ku mohon, jujurlah padaku. Aku sangat kecewa padamu karena aku tadi baru tahu kau bekerja disana sudah lama dan aku tidak pernah menyadari hal itu".

Mereka berpelukan, mendamaikan hati mereka masing-masing. Seul Gi sadar bahwa adiknya sudah tumbuh menjadi seseorang yang bisa ia jadikan sandaran. Do Hyon mengusap rambut kakaknya dengan rasa sayang. Ia tidak ingin kakaknya selalu bersedih. Ia tidak ingin keluarganya tidak bahagia. Walaupun dirinya masih kecil tapi ia tidak terima bahwa ia tidak tahu mengenai apapun tentang keluarganya.

Saat mengetahui kabar kecelakaan ini. Do Hyon sedang bermain warnet bersama teman-temannya. Ia selalu dibayar menjadi joki untuk bermain game. Do Hyon selalu memenangi game untuk temannya dan ia akan dibayar.

Ia menyesal bahwa tidak mendengarkan ucapan Eomma saat pagi hari. Eomma memintanya untuk menjaga rumah saat mereka berdua pergi. Do Hyon tetap bermain ke warnet dan meninggalkan So Hyun sendirian dirumah.

Saat ia kembali, So Hyun sedang menangis diteras rumah dan Oh Jin Shim Noona langsung memukul kepalanya karena terlalu kesal melihat So Hyun sendirian dirumah ditambah ia sulit menghubungi Do Hyon.

Do Hyon terkejut saat Jin Shim Noona menceritakan kabar kecelakaan itu.

Sekarang ia lebih sedih karena baru saja tahu selama ini kakaknya berjuang sendirian. Sementara ia hanya sibuk bermain dan menghabiskan uang. Do Hyon memeluk Seul Gi dengan kuat. Ia malu akan dirinya sendiri.

Maafkan aku Noona, ucapnya dalam hati.

❤❤❤