Setelah menikmati semua hidangan yang disiapkan Rembulan, Ari belum ingin beranjak. Dia masih ingin berlama-lama bersama Rembulan. Menghabiskan malam bersamanya. Perempuan ini selalu punya daya tarik yang membuat Ari tak ingin lepas memandangnya, berbicara dengannya.
Entahlah! Ari tak pernah tahu apa yang membuat dia dulu langsung jatuh cinta pada perempuan ini saat pertama kali melihatnya. Sorot matanya yang terlihat tenang atau senyum tipisnya.
"Aku mencintaimu dan ingin bersamamu." Ari mengucapkan kalimat yang selama ini sudah ditahannya. Mungkin dinginnya malam disertai rinai gerimis yang telah menciptakan suasana romantis untuk mereka berdua.
Rembulan sedang menata bunga yang diberikan Ari. Dia sedang berkonsentrasi dengan bunga dan vas kristal ketika Ari mengucapkannya. Rembulan menghentikan kegiatannya, mengangkat kepalanya. Matanya menatap lekat kedua bola mata Ari.
"Apakah kita bisa kembali bersama?" tanya Ari. Dia sedikit salah tingkah karena Rembulan hanya menatapnya dengan sorot mata yang tenang. Ari tidak bisa menduga apa yang Rembulan pikirkan saat melihatnya.
"Aku tidak bisa menerima cintamu, kita tidak bisa kembali bersama. Hubungan kedekatan kita saat ini hanyalah hubungan pertemanan biasa. Tidak lebih." Rembulan menjawab dengan lugas.
Dia harus tegas dalam hal ini. Dia tidak ingin menjadi perempuan yang menye-menye karena banyak pertimbangan. Tidak ada tempat di hatinya buat cinta Ari. Cukuplah dia berikan itu beberapa tahun yang lalu dan laki-laki ini menyia-nyiakan semuanya demi sesuatu yang Rembulan tidak mengerti sampai saat ini. Terlalu mudah Ari meninggalkannya.
Bukan dia ingin membalaskan sakit hatinya pada laki-laki ini, dia memang tidak mencintai Ari. Hatinya sudah membeku untuk Ari. Yang tersisa hanya rasa persahabatan biasa.
Ari sudah menduga Rembulan akan menjawab seperti itu. Ari sudah mengira perempuan cantik ini akan menolaknya. Namun, dia harus memuaskan rasa penasaran yang ada di dalam hatinya. Apalagi beberapa waktu ini mereka terasa sangat dekat. Perempuan ini terlalu baik dengan masih menerimanya sebagai teman dan dia sangat egois, dan berharap perempuan ini mau kembali padanya.
"Adakah seseorang yang mengisi hatimu?" Ari bertanya dengan rasa ingin tahu dan terkesan sangat tidak tahu diri.
"Untuk apa Abang ingin tahu?" Rembulan tetap bersikap tenang.
"Aku hanya ingin tahu. Kalau kamu bahagia, aku juga akan merasa bahagia. Mencintai tidak harus memiliki," katanya.
Rembulan tersenyum sinis, "Itu pernyataan paling munafik dari seseorang yang mengaku sangat mencintai."
Ari tertawa lepas, dia baru tahu ternyata Rembulan bisa bersikap sinis dan menjawab dirinya dengan pernyataan yang sangat telak.
"Itu hanyalah pernyataan seseorang yang berusaha menghibur diri." Rembulan lagi-lagi menjawab, dan itu sangat menohok. Ari tak mampu mengkonter jawaban selugas itu.
***
Raditya menggoyang-goyangkan kakinya di bawah meja, dia tidak tenang. Hatinya resah. Dia benci seperti ini. Dia harus tetap menjaga sikapnya. David melihat bahasa tubuh Raditya berubah, beringsut mendekati Raditya lalu berbisik di telinganya.
"Kenapa?"
"Nggak apa-apa? Masih lama?"
"Lumayan."
Raditya hanya ber-oh pendek, matanya melirik David.
"Jaga sikapmu! Tenangkan diri!" perintah David.
Raditya menarik napas panjang satu kali lalu perlahan mengembuskannya.
***
Setelah Ari pulang, barulah Rembulan bisa bernapas lega. Dia benci suasana saat dia menolak Ari. Itu suasana yang sangat tidak nyaman, hubungan mereka tidak akan sama, pasti terasa canggung ketika bertemu suatu saat nanti. Rembulan berharap tidak akan bertemu Ari lagi, cukuplah sudah.
Rembulan merasakan kesepian apalagi dari rumah Raditya tidak terdengar suara apapun. Tidak ada suara musik yang kadang sayup-sayup terdengar. Atau masih ada harapan untuk melihat Raditya saat dia pulang dan memasukkan mobilnya. Kadang Rembulan mengintip dari jendela, walaupun hanya melihat sekilas sudah cukup untuknya.
Rembulan memandangi ponsel yang berada dalam genggaman, dia ingin menelpon Raditya tapi dia ragu. Takut mengganggu, Rembulan yakin Raditya memiliki jadwal acara yang padat.
Akhirnya dia menaruh ponselnya di atas meja, memilih membaca novel yang tadi dibeli saat ke toko buku bersama Ari. Mengingat peristiwa di toko buku Rembulan kembali merasa sebal, dia tidak suka dipermainkan seperti tadi.
***
Setelah acara penggalangan dana berakhir, Raditya mengajak David minum-minum di sebuah klub. Malam ini dia membutuhkan minuman untuk menghilangkan kemarahannya. Sebenarnya dia tidak tahu harus marah pada siapa. Rembulan dan Ari tidak bersalah, Raditya tidak punya ikatan apapun pada Rembulan. Rasa cemburu yang membuat Raditya tidak bisa berpikir waras. Dia bertekad malam ini, hanya untuk malam ini dia memuaskan kemarahannya dengan minum dan besok dia akan berusaha melupakan Rembulan.
David memesan Cosmopolitan dan Raditya memesan Manhattan. Raditya menekuri gelas yang berada ditangannya, dari tadi dia hanya diam tak bicara dengan David.
"Kenapa?"
"Aku sedang ingin melupakan perempuan itu."
"Tetanggamu?" Raditya mengangguk.
"Tadi kau masih kelihatan bahagia?Ada berita apa?"
Raditya mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan status what's up Rembulan.
"Hanya foto buket bunga, mi instan dan cangkir. Captionnya juga biasa saja." David menatap Raditya dengan ekspresi bertanya.
"Hari ini dia bersama Ari. Aku tahu Ari sedang berusaha mendekati Rembulan. Ah, kau taulah cinta lama bersemi kembali. Ari sedang mengambil hati Rembulan dengan memberikan bunga. Aku merasa Rembulan menerima Ari kembali dengan mengabadikan buket bunga ini lalu mengunggahnya di status. Aku merasa Rembulan ingin semua orang tahu tentang kabar baik ini. Lalu foto mi instan dan cangkir kopi..." Raditya menaikkan sedikit suaranya, telunjuknya diketuk-ketukkan pada foto itu.
David mendekati Raditya memintanya menurunkan nada suaranya. "Mereka berdua sedang berada di balkon berdua. Kau tau, baru aku laki-laki yang selama ini berada di balkonnya, menikmati kopi dan masakan buatannya."
Barulah David mengerti, Raditya sedang dilanda cemburu. Sebenarnya David nyaris tertawa dengan kecemburuan Raditya yang tak beralasan. Namun sebagai teman yang baik dia harus bersimpati.
"Kamu yakin perempuan itu menerima cinta Ari? Kamu yakin Ari sudah menyatakan perasaannya?"
"Aku yakin...seratus persen yakin." Raditya menutup mukanya dengan kedua telapak tangan. David belum pernah melihat Raditya sekalut ini. Mungkin perempuan ini sangat istimewa.
"Kenapa tidak kamu tanyakan saja pada perempuan itu?"
"Dan aku harus mendengar dari mulutnya langsung kalau dia sudah menerima Ari... sinting! Aku belum segila itu!" Raditya bertambah emosi mendengar saran dari David.
"Ya sudah kalau kau tidak setuju, hiduplah dengan segala pradugamu." David menepuk punggung Raditya.
"Temani aku sampai mabuk!"
"Aku akan menemanimu, tapi salah satu dari kita harus sadar."
Raditya memuaskan rasa dahaga dan kemarahannya dengan bergelas-gelas minuman. David yang duduk disampingnya hanya memandangi. Mungkin saat ini Raditya merasa ini yang terbaik buatnya.
Keterangan :
Cosmopolitan : Minuman yang terbuat dari campuran vodka, triple sec, jus cranberry, dan perasan limau.
Manhattan : Minuman yang terbuat dari campuran wiski, vermouth manis, dan bitter.