Merasa terus diperhatikan dalam diam oleh sosok pemuda bernama Roa di hadapannya, Ark bertanya, "Apa ada yang aneh dengan wajahku?"
"Ah, tidak. Aku hanya terkejut melihat kau begitu berbakti dan amanah." Jawab Roa yang mencoba memberikan alasan selogis mungkin.
Mendengar pujian dari pemuda seusianya, Ark tersenyum dan berkata, "Kata kakekku amanah harus dijalankan selama kita mampu untuk melakukannya."
Tentu saja itu juga alasan yang dibuat Ark kepada Roa. Jika ia menjawab, "Jika aku tidak mengantarkan pesan ini, kakekku akan menghajarku." Tentunya reaksi yang diperlihatkan oleh Roa kepadanya akan berbanding jauh dari yang sekarang.
Selain itu Ark tidak ingin ada seorang pun yang tahu jika dirinya selalu dipukuli oleh sang kakek jika dirinya membantah dan tak ingin melaksanakan permintaan atau lebih pantasnya disebut perintah dari kakeknya.
Setelah ia bertumbuh menjadi seorang remaja, Ark jadi lebih memperdulikan 'image' nya di hadapan orang lain.
Sembari membersihkan salju yang mulai menumpuk di bagian atas sisi lengan pakaiannya, Roa berkata sekaligus mengajak Ark untuk masuk ke dalam bangunan yang tak lain adalah Perguruan Tulip Putih. Perguruan beladiri paling tersohor di Kota Whitelore.
"Benarkah aku bisa masuk ke dalam tanpa diusir? Tapi aku harus mencari orang yang bernama Zanan Sutton."
Begitu Ark menyebutkan nama dari tujuan surat yang hendak ia antarkan atas perintah sang kakek, dari dalam bangunan keluar seorang lelaki paruh baya bertubuh kurus menghampiri Ark dan Roa.
"Zanan Sutton? Ada perlu apa kau mencariku nak?"
Begitu kata-kata tersebut keluar dari mulut lelaki paruh baya yang ada di hadapan Ark dan Roa, Ark yang sudah lelah mencari keberadaan orang yang bernama Zanan Sutton akhinya terlihat bugar kembali.
"Paman bernama Zanan Sutton?" tanya Ark kepada sosok lelaki paruh baya tersebut.
Meski lelaki paruh baya di hadapannya memiliki tubuh kurus yang tak terlihat berotot. Namun untuk suatu alasan insting Ark berkata jika sosok yang ada di hadapannya merupakan orang yang sangat kuat.
Sejujurnya Ark sendiri tidak mengerti mengapa dirinya memiliki perasaan seperti itu kepada sosok lelaki paruh baya yang ada di hadapannya. Entah apakah itu karena tatapan matanya yang tajam bagai golok atau dari perangainya yang terlihat jauh dari kata biasa, yang jelas hati Ark merasa senang karena telah bertemu dengan orang yang terus ia cari sejak berada di Kota Whitelore.
"Ya, namaku adalah Zanan Sutton. Jadi katakan padaku ada perlu apa kau denganku?"
Ark yang tak ingin berlama-lama dan segera ingin kembali ke rumahnya yang hangat segera mengeluarkan surat pemberian kakeknya.
"Kakekku memintaku untuk menyerahkan surat ini kepada seseorang yang bernama Zanan Sutton di Kota Whitelore."
Ketika Ark menjulurkan tangannya untuk memberikan sebuah amplop berisi pesan kepada Zanan, pria paruh baya itu menjadi penasaran dan langsung mengambil amplop berisikan surat tersebut.
Namun sebagai seorang yang telah diajarkan sopan santun oleh kedua orang tuanya, meski yang ada di hadapannya hanyalah seorang pemuda remaja, Zanan segera bertanya dan tidak memilih untuk langsung membuka isi dari surat tersebut.
"Katakan padaku siapa namamu dan nama kakekmu, nak?"
Tanpa ragu Ark langsung menjawab jujur, "Namaku adalah Ark Dawnfall sedangkan kakekku bernama Gerald Dawnfall."
Kali ini setelah mendengar pemuda remaja di hadapannya mengatakan nama dari keluarga dan kakeknya, Zanan terlihat begitu terkejut dari bola matanya yang sedikit mengecil untuk sesaat.
"Masuklah, Ark. Kakekmu adalah teman lamaku. Tidak sopan rasanya jika aku tidak mengundangmu masuk sebagai cucu dari teman lamaku."
Kali ini yang terkejut adalah Roa. Adapun alasannya terkejut karena ini adalah kali pertama ia melihat sang guru bersikap begitu lembut dan ramah kepada orang asing yang baru pertama kali ia temui.
Ark sendiri tidak menyadari keterkejutkan Roa dan hanya mengangguk sebelum melangkahkan kakinya memasuki bangunan luas dan megah di hadapannya tersebut.
Meski Ark sebenarnya lebih ingin pulang ke rumah sembari duduk dan menikmati hangatnya perapian, tapi ketika Zanan menjelaskan jika ia adalah teman lama dari kakeknya, Ark jadi berpikir akan tidak sopan rasanya jika menolak tawaran baik dari teman lama kakeknya tersebut.
Memandu kedua pemuda remaja itu menuju sebuah ruangan yang dikhususkan untuk menerima tamu, Zanan berkata kepada Roa, "Roa, kau temanilah Ark dan ajak dirinya berkeliling sambil melihat-lihat perguruan kita."
Tak ingin memberikan kesempatan kepada muridnya itu untuk berbicara sepatah katapun, Zanan langsung mengalihkan perhatiannya kepada Ark seraya berkata, "Aku akan membaca isi surat dari kakekmu terlebih dahulu."
Dengan begitu Ark dan Roa pun segera ditinggal pergi oleh Zanan yang telah memasuki sebuah ruangan di lantai atas.
"Uhum, Ark, jadi apa kau ingin melihat-lihat sekeliling?" tawar Roa yang mengikuti perintah dari sang guru.
Daripada bosan menunggu, Ark pun mengangguk dan menyetujui tawaran Roa yang ingin memandu Ark ke sekeliling pergurannya. Sebagai murid dari perguruan terbaik di Kota Whitelore tentunya Roa memiliki kebanggaan tersendiri kala dirinya mulai memperkenalkan dengan detail apapun yang ada di dalam peguruannya.
Ark sendiri sebenarnya sangat tertarik terlebih dirinya baru pertama kali ini melihat sebuah perguruan bela diri dari dekat dan secara personal.
…
Berjalan menuju sebuah area latihan, dalam perjalanan mereka menuju area tersebut Roa bertanya dengan nada penasaran, "Ark, apa kau pernah belajar beladiri?"
Mengapa ia bertanya demikian karena gurunya berkata bahwasannya kakek dari pemuda yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu ini merupakan teman lama dari sang guru.
Sejauh ini semua orang yang gurunya sebut sebagai teman adalah orang-orang berkemampuan. Hal ini jugalah yang mendorong rasa penasaran Roa tentang Ark.
Hanya saja Roa harus dibuat kecewa karena Ark dengan tenang berkata bahwasannya ia tidak pernah diajarkan beladiri oleh sang kakek.
Meski kecewa, Roa justru merasa semakin bangga karena sesaat lagi dirinya akan memperlihatkan sebuah pemandangan yang tak pernah Ark lihat sebelumnya.
"Ark, mengingat kau tidak pernah mempelajari ilmu beladiri maka aku akan memberikan sebuah pengalaman baru kepadamu. Inilah wujud asli dari kekuatan Perguruan Tulip Putih!"
Keluar dari lorong, Ark merasa takjub ketika melihat lapangan luas yang ada di hadapannya.
Tidak seperti ruangan yang sebelumnya, ruangan yang Ark datangi ini merupakan ruangan terbuka. Terlihat jelas salju terus menerus turun tiada henti dari atas langit. Sementara di lapangan yang luas itu puluhan pemuda dari usia dini hingga dewasa sedang melakukan gerakan-gerakan yang begitu rapi dan terlihat keren.
Mereka meninju, menangkis, bergerak mengikuti kuda-kuda, menendang dan sejenisnya. Tapi hal yang paling keren daripada semua itu adalah ketika melihat mereka semua melakukan semua gerakan tersebut tanpa mengenakan pakaian kecuali celana panjang.
Tubuh bagian atas mereka terekspos dan kaki mereka menyentuh dinginnya tanah tanpa mengenakan alas apapun.
Untuk suatu alasan, apa yang mereka lakukan kurang lebih mirip seperti apa yang kakeknya lakukan kepadanya. Kecuali kakeknya tidak pernah mengajarkannya gerakan keren seperti yang mereka lakukan itu.
Jangan lupa berikan komentar dan like ya teman-teman. Selalu dukung Author agar karya ini menjadi mahakarya fantasy terbaik anak negeri ^^