webnovel

Kantin

Entah sejak kapan, aku jadi terus terjebak bersama anak-anak Roullete. Seperti sekarang, Naya menarikku ke kantin seperti yang sering ia lakukan. Ia mendudukkanku tepat berdampingan dengan Gepeng.

Yah, ada baiknya juga duduk di sebelah pria tampan. Cuci mata ya, 'kan?

Paijo masih tidak bisa menghentikan tawanya saat Yogo menceritakan betapa absurd-nya Bambang saat mendekati Naca.

"Lo kurang ganteng kali Bro! Makanya, Naca gak ngelirik!" celetuk Paijo.

"Halah, tai lo! Gue ini anaknya Pak Uyon! Gak masuk akal kalo ada cewek yang nganggep gue kurang ganteng!" Bambang merengut kesal.

"Coba tanya Melody, noh!" samber Yogo.

Semua orang langsung menatapku, membuat kantin yang hanya di isi anak-anak Roullete itu, langsung sunyi senyap seketika.

"Gimana Mel?" Tanya Bambang dengan tatapan penuh arti.

"Kamu ganteng! Gak bohong, sumpah! Tapi ..."

Mereka kembali menatapku penuh tanya, karena aku menggantung kalimatku.

"Tapi apa? Jangan bilang tapi bohong! Gue pites juga lo!" Sergah Bambang.

Aku menggeleng cepat.

"Tapi, kalo dibandingin sama Alif yang tiap hari nempel sama Naca, kamu itu bagai butiran debu yang bikin mata perih! Merusak pemandangan!"

Saat itu juga, Bambang menatapku horor, diiringi suara tawa tanpa dosa anak-anak yang lain. Baiklah, ini salahku. Kenapa harus kubandingkan dengan Alif yang gantengnya ngalah-ngalahin Kim Yohan? Kenapa?

Alif adalah salah satu anggota aliansi. Dia satu sekolahan dengan Naca, bisa dibilang, dia itu satu basis dengan Naca.

"Lo masuk daftar hitam gue, Mel! Gak bakal gue bagi duren bokap lagi! Serius gue!" Ancam Bambang.

"Yah Bambaaang, jangan dong! Aku bercanda doang tadi! Kamu itu bagai sinar mentari di pagi hari, sinar rembulan pas bulan purnama, dan mandoo yang di makan Nam Woohyun, begitu indah dan menggiurkan!" seruku cepat.

Bambang tersenyum dengan hidung yang mengembang, senang pasti dia dipuji seperti itu.

"Halah! Gak usah percaya Mbang, di mata gue, lo tetep butiran debu yang bikin sakit mata!" samber Paijo.

Ah, Paijo sialan!

Bambang menatap nanar Paijo, secepat kilat, tangannya menyambar kursi di sampingnya, lalu melemparnya ke arah Paijo, namun Andi yang berada di sebelah Naya, langsung menangkap kursi itu sebelum mengenai Paijo yang masih asik tertawa.

"Sabar Mbang, ini kursi kalo rusak, di damprat Mak Surti kita! Bisa-bisa masuk black list langganan batagor dia!" Sloroh Andi.

"Lagian, bacot banget lo semua, harusnya sebagai temen itu kasih semangat, ini malah ngejatohin mulu, kampret!" Bambang masih merengut kesal.

"Udah Bro, sabaaar, daripada lo uring-uringan di sini, mending lo minta tips noh sama Paijo, jam terbang dia tinggi masalah cewek!" Gepeng menepuk pelan pundak Bambang.

Iya juga ya, Paijo pasti tahu bagaimana cara mendapat hati perempuan seperti Naca. Secara, Paijo pecinta semua jenis perempuan. Itu kata Naya.

"Ini bukannya gue gak mau nolongin ya, Bro! Cuman, cewek modelan Naca itu antik Bro! Gak bisa sembarangan ngedeketin, bisa-bisa habis lo di tangan dia!" Paijo terlihat sangat serius sekarang.

"Min, gue nyerah!" Teriak Bambang ke arah Paimin yang masih asik nongkrong di depan etalase jajanan Dek Ningsih, anak salah satu penjual makanan di kantin yang terpaksa harus menggantikan emaknya yang sakit buat jualan.

Paimin langsung panik, dia berlari meninggalkan Dek Ningsih yang masih sibuk menata jajanan pesanan Paimin di nampan.

"Jangan dong Mbang! Lo kan udah janji! Lo mau ingkar janji sama sobat lo sendiri? Tega lo? Seriusan?" cerocos Paimin begitu duduk di sebelah Gepeng.

Dia menatap Bambang dengan puppy eyes miliknya.

Bambang pernag bercerita, kalau dulu Paimin memintanya menjaga Naca, karena ibu Paimin menikah dengan ayah Naca.

"Lo gak denger Paijo ngomong apa barusan? Sekelas Paijo aja sampek ngeri begitu lihat modelan Naca! Apalagi gue yang butiran debu ini hah?! Bisa mati muda gue!" Solot Bambang.

"Gue borong duren bokap lo tiap malming deh! Janji gue! Jangan nyerah tapi! Ayo dong, lo pasti bisa!"

Sungguh luar biasa si Paimin, seniat itu jodohkan Naca dengan Bambang.

"Masalahnya itu, dia gak kayak cewek pada umumnya Bro! Lo minta Paijo aja deh!" sahut Bambang.

"Tapi Naca bisa senyumnya sama lo doang, kalo sama Paijo, yang ada mereka bakal baku hantam dan gak akan berhenti sebelum ada yang tumbang!" sahut Paimin cepat.

"Belajar sama Om Uyon aja Mbang, kata ibu, dulu Om Uyon itu waktu muda playboy! Gak ada perempuan yang gak bertekuk lutut sama Om Uyon. Selirnya banyak!" selaku.

"Salah orang kali nyokap lo! Cowok alay kayak bokap gue mana ada yang mau sih selain nyokap?" cibir Bambang.

"Serius! Tanya aja Tante Yuyun kalo gak percaya!"

Bambang berpikir sejenak, ia lalu menggelengkan kepalanya cepat.

"Gak kebayang sumpah!" gumam Bambang.

"Jajanane Kang," suara merdu Dek Ningsih langsung membuyarkan lamunan Bambang.

Setelah menggoda Dek Ningsih, anak-anak Roullete pun memakan jajanan yang tersaji di nampan.

"Go!"

Kami terdiam saat tiba-tiba Heri datang dengan rambut dan seragam yang berantakan.

"Lo kenapa Her?"

"Ada yang harus gue omongin sama lo Go, gue tunggu di atap!"

Heri langsung pergi begitu saja tanpa menyapa kami. Dia terlihat aneh dan menyedihkan. Mungkinkah terjadi hal yang buruk padanya?

Yogo bangkit dan beranjak pergi meninggalkan kantin.

"Bukannya Nadia udah membaik? Kenapa lagi sama itu anak? Kacau bener!" Gumam Paijo.

Nadia adalah adik Heri yang sebelumnya menjadi korban Blackstone. Naya pernah menceritakan ini padaku. Dia bilang, adik Heri menderita trauma, depresi atau entahlah.

"Lo kalo mau pergi ke mana pun itu, telepon gue aja, Mel! Gue nggak mau lo ngalamin apa yang Nadia alamin," ucap Gepeng setengah berbisik.

Aku menoleh ke arah pria yang duduk di sampingku itu, lalu tersenyum simpul.

"Kamu tenang aja, Bambang mana mungkin biarin aku pergi sendirian?!" sahutku pelan.

Naya yang sepertinya mendengarkan percakapan kami, langsung tertawa keras.

"Ah, bangsul lo Nay! Kenapa ketawa lo?!" sergah Gepeng.

"Lucu, Peng! Gue kira, cuman Naca yang gak peka, eh ternyata Melody juga!" sahut Naya sambil berusaha menghentikan tawanya.

"Yah, seenggaknya ada yang ngerti maksud gue, meskipun doi nggak ngerti-ngerti juga, Nay!" seru Gepeng sambil melirik ke arahku.

Baiklah, apa yang salah? Apa yang tidak kupahami?!

"Lo kalo mau deketin Melody, izin dulu ke gue!" samber Bambang dengan santainya.

"Anjirr, lo siapanya!" Gepeng langsung melempar sebungkus kerupuk ke arah Bambang.

"Gue abang temu gedhenya! Nggak sembarang gue bolehin orang deketin dia! Kalo dia sampe kenapa-napa, bisa ilang muka gue depan nyokapnya!"

Aku menghela napas panjang. Tidakkah perdebatan mereka itu cukup menyebalkan untuk didengar?

"Lo pikir, dia bisa kenapa-napa sama gue?!" pekik Gepeng.

"Dia bisa aja sakit hati karena lo belum bisa lupain Gita!"

Siapa itu Gita?