"Menyebalkan sekali," gumam Fievero. Aku terus menundukkan kepalaku sembari menahan semua segala rasa sakit yang aku rasakan. Sesekali aku terbatuk dan ketika batuk, kepalaku terasa sakit sekali. Sial! Sakit kepalaku mulai kambuh lagi, aku tak yakin akan diberikan obat pereda nyeri oleh Fievero. Dia pasti akan membiarkanku merasakan rasa sakit itu.
"Hei, lihatlah!" Fievero mencengkeram kedua pipiku lalu memperlihatkan sebuah buku catatan yang aku kenal.
"Apakah ini milikku? Terdapat tanda tangan dan namamu di dalam sana serta ada beberapa catatan semacam keinginanmu," tanyanya. Apakah dia membawanya dari rumah Ayah? Fievero melepaskan cengkeraman itu. Aku melihatnya membuka isi catatan dan membacanya dengan nada mengejek.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com