webnovel

Return of the Mount Hua Sect (HTL 1634+)

Terjemahan dari novelnya Biga-nim. Updatenya random sesuka hati hehe, mungkin 1-2 kali sehari atau 2 hari sekali.... Ini ada yang baca gak yah? Tinggalin jejak dong. Htl dari raw korea yah ini

Rei_Shinigami · Fantasi
Peringkat tidak cukup
27 Chs

Chapter 1648. Ayo Segera, Cepat! (2)

"Ayo bergerak cepat!"

"Ah, aku tahu!"

Yoon Jong dengan kesal menanggapi desakan Jo Geol yang berulang-ulang dan menendang tanah dengan keras.

Tidak biasa jika Hye Yeon memukul seseorang, apalagi orang lain. Tidak, bahkan sebelum kita membahas betapa seriusnya situasi ini.....

'Apakah ini mungkin?'

Jika orang yang bergegas menyampaikan berita itu bukan Namgung Dowi, dia pasti akan langsung mendengus dan mengabaikannya. Karena hal ini hampir mustahil terjadi.

Tidak lama setelah berlari dengan cepat, pemandangan ruang pelatihan yang besar mulai terlihat.

Ada orang-orang yang mengelilingi tempat latihan dalam lingkaran besar, dan beberapa orang tergeletak di tengahnya. Dan di sela-sela itu, Hye Yeon berdiri diam dengan tangan ke bawah.

"Eh?"

"…..Be, Benaran?"

Ini….. Siapa pun dapat melihat bahwa Hye Yeon menyerang dan menjatuhkan mereka yang tergeletak, bukan?

Yoon Jong, Jo Geol, dan Baek Cheon yang terkejut melewati kepala orang-orang yang berkumpul dan melompat ke ruang pelatihan.

"Seunim!"

"A, Ada apa ini?"

Hye Yeon yang mengucap pujian dengan mata tertutup, hanya membuka matanya saat kedatangan mereka. Ada suasana yang suram di matanya yang biasanya besar dan lembut.

"Kalian sudah datang."

Baek Cheon melihat ke arah orang-orang yang tergeletak.

'Ini…..'

Itu bukan sekadar tanda seseorang terjatuh saat sparring. Mereka terluka dalam serangan yang tepat sampai kehilangan kesadaran.

Saat dia melihat darah mengalir dari sudut mulut orang yang terjatuh, darah Baek Cheon mendingin dengan cepat.

"Seunim. Apa yang telah terjadi?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Baek Cheon tentang apa yang terjadi, Hye Yeon menggelengkan kepalanya dan mengatakan hal lain.

"Aku telah melakukan dosa."

"Tidak, Seunim!"

"Tampaknya kemarahan lama saya belum sepenuhnya sembuh. Aku kehilangan ketenangan. Aku akan bertobat. Tolong kurung aku."

"Me, Mengurungmu?!"

Baek Cheon tercengang.

Namun, kita tidak bisa begitu saja menyangkal pernyataan Hye Yeon bahwa dia 'melakukan dosa'. Meski Hye Yeon menduduki posisi budangju, bukan berarti ia punya wewenang untuk mengalahkan anggota faksi di bawah pimpinannya.

'I, Ini…..'

Wajah Baek Cheon menjadi lebih serius.

Ini karena intuisinya mengatakan bahwa kejadian ini mungkin menyebar lebih besar dari yang diperkirakan.

Tak heran, pakaian mereka yang tergeletak pun beragam. Artinya Hye Yeon menghajar murid beberapa sekte sekaligus.

Bagi orang kuat untuk menyentuh murid dari sekte lain tidak berbeda dengan pernyataan bahwa dia akan menghadapi seluruh sekte.

Tidak peduli mereka telah bergabung menjadi satu aliansi dan satu faksi, apakah mereka bersedia memahami situasi ini dengan murah hati?

"Seunim. Tolong jangan lah seperti ini…."

"Tolong lakukan saja, Baek Cheon-siju."

Kelopak mata Hye Yeon berkibar. Baek Cheon berkata dengan tegas.

"… Jika kau melakukan kejahatan, kau pasti harus dihukum. Ini adalah hal yang wajar di Aliansi Teman Surgawi. Namun, wajar juga di Aliansi Teman Surgawi untuk tidak menuduh siapa pun melakukan kejahatan sebelum memutuskan apakah itu benar atau salah. Pertama-tama kau harus memberitahuku apa yang terjadi."

Saat itu, desahan pendek keluar dari mulut Hye Yeon.

Tapi itu saja, Hye Yeon menutup mulutnya seolah dia tidak berniat menjelaskan apa yang terjadi di sini.

Baek Cheon yang semakin frustrasi berusaha membujuk lagi, tapi salah satu dari mereka yang memperhatikan situasi itu berteriak.

"Apa ada yang bisa dijelaskan sebagai alasan?"

Pandangan Baek Cheon beralih ke arah suara itu.

"Orang itu! Tidak….. Saat budangju sedang berdiskusi dengan kami, dia tiba-tiba menjadi marah dan menyerang yang lain! Semua orang di sini melihatnya dengan mata kepala sendiri!"

Wajah Baek Cheon menjadi kaku.

Suara-suara protes mulai terdengar di sekitarnya.

"Itu benar. Yang lain hanya mencoba menghentikan budangju dan terjebak di dalamnya! Jelas sekali, budangju menyerang lebih dulu!"

"Dia harus bertanggung jawab!"

Meskipun begitu, HyeYeon tetap tenang, hanya menunjukkan ekspresi ketidaksetujuan di wajahnya tanpa membantah.

'Hal ini…..'

Baek Cheon kebingungan.

Ini sulit. Jika situasinya terus seperti ini, dia tidak punya pilihan selain membawa Hye Yeon bersamanya.

Namun, bagaimana dengan posisi Hye Yeon setelah menghadapi perlakuan seperti ini? Bisakah dia tetap mempertahankan otoritasnya sebagai budangju sambil diperlakukan seperti itu?

Namun, meninggalkannya begitu saja juga bukanlah solusi yang baik.....

Pada saat itu, Yoon Jong dengan dinginnya bertanya.

"Diskusinya tentang apa?"

"Ya?"

"Bukankah kau bilang ada diskusi sebelum insiden ini terjadi? Diskusinya tentang apa?"

"Apa itu penting sekarang?"

"Kalau tidak penting, tidak ada alasan untuk tidak mengatakannya. Apakah sulit bagimu untuk memberitahuku?"

"Itu….."

Baek Cheon mengangguk setuju dengan bantuan Yoon Jong. Memang benar, ini harus didengarkan.

Dengan ekspresi yang kesal karena terpaksa, orang yang berbicara tadi akhirnya membuka mulutnya.

"Kami sedang membicarakan Shaolin."

"...Shaolin?"

Wajah Yoon Jong menjadi pucat mendengar kata-kata itu.

"Karena itu….. Ck."

Orang yang berbicara meninggikan suaranya seolah-olah dia frustasi.

"Bukankah Shaolin-lah yang menyebabkan situasi ini? Dalam situasi seperti ini, kami hanya berbicara sedikit tentang apakah harus mempercayai atau mengikuti perkataan seseorang yang mengenakan jubah biksu."

"….. Apa yang kau katakan barusan….?"

"Apakah kami mengatakan sesuatu yang salah?"

Saat Baek Cheon memandangnya seolah itu tidak masuk akal, orang yang menerima tatapannya menjadi marah dan berteriak.

"Berapa banyak orang yang meninggal karena perbuatan Shaolin! Dia itu murid Shaolin! Bagaimana seseorang yang begitu disukai oleh bangjang itu berani memimpin kami? Dan bagaimana kami bisa mempercayai dan mengikuti orang seperti itu? Siapa yang tahu apa yang akan terjadi!"

".….."

"Terus terang, apa jaminan bahwa dia tidak bersekongkol dengan bangjang?"

"Bajingan sialan ini ngomong sembarangan saja!"

"Geol-ah!"

Yoon Jong menarik bahu Jo Geol dengan kuat. Kalau tidak, dia akan menghunus pedang dan segera menyerangnya.

"Lepaskan aku, sahyung! Mulut bajingan itu terbuka seenaknya….!"

"Berisik! Tutup mulut mu!"

"Ini….."

Jo Geol dengan enggan berhenti bergegas, tapi mengertakkan gigi dan menatap orang yang berbicara. Orang yang takut akan nyawanya mengambil langkah mundur.

Baek Cheon tidak begitu bersemangat seperti Jo Geol, tapi matanya sangat dingin.

"Apakah kau menyebut itu 'diskusi'?"

"….."

"Kau hanya menyalahkan dirinya dan memaksanya pergi, bukan?"

"Apa yang salah dengan itu?"

"….. Apa katamu?"

Saat dia terpojok, dia mulai berteriak keras seolah-olah dia dikuasai oleh kejahatan.

"Jadi aku bertanya apa kami melakukan kesalahan."

"Tentu saja kau salah, bajingan! Kau mengoceh tentang orang seperti apa Hye Yeon-seunim itu, seperti kau yang paling mengenalnya! Aku akan merobek rahangmu.....!"

"Sudah kubilang berhenti!"

Yoon Jong menggerutu dan meraih bahu Jo Geol lagi. Baek Cheon menghela nafas dalam-dalam dan berkata.

"Posisi Hye Yeon-seunim telah dijamin oleh Aliansi."

"…Ta, tapi…!"

"Meragukan orang seperti itu pada akhirnya berarti meragukan Aliansi, dan tidak ada bedanya dengan melabeli para ketua sekte dan pimpinan aliansi yang memutuskan masalah ini sebagai orang yang tidak kompeten."

Ketika kata 'ketua sekte' disebutkan, wajah orang yang berteriak menjadi pucat sesaat.

"Itu, itu bukan niatku!"

"Kalau begitu kau tahu apa yang salah dengan yang kau lakukan."

Keheningan singkat terjadi, seolah-olah dia benar-benar putus asa mencari jawaban. Orang yang ragu-ragu akan diam-diam berubah pikiran. Dan orang lain yang selama ini diam mulai angkat bicara.

"Apa itu penting sekarang?"

Seseorang di dekatnya yang tampaknya adalah anggota keluarga Zhuge turun tangan dengan nada dingin dan arogan.

"Budangju sekarang mengalihkan perhatian dari inti masalahnya. Sekalipun logika orang yang menyampaikan pendapatnya tadi itu salah, meskipun niatnya tidak baik, bukankah yang penting biksu itu menyerang orang-orang setelah mereka berdebat?"

Baek Cheon terdiam sesaat mendengar kata-kata itu.

"Jika kita tidak berbicara tentang siapa yang benar dan salah di sini, apa bedanya dengan mengatakan bahwa tidak apa-apa menghajar lawan untuk memenangkan argumen? Bukankah alasan Aliansi bisa menjadi Aliansi adalah karena segala sesuatunya ditangani sesuai aturan dan hukum? Jika seseorang dapat menggunakan kekerasan terhadap sekelompok orang berdasarkan perasaan pribadinya, apa bedanya Aliansi dengan sekelompok sekte jahat yang kejam itu?"

Wajah Baek Cheon terlihat kebingungan.

Tidak ada yang salah dengan perkataannya. Terlebih lagi, orang lain di sekitarnya mengangguk setuju.

"….. Jadi apa yang kau inginkan?"

"Itu hal yang aneh untuk dikatakan. Apa yang kami inginkan? Kami hanya ingin....."

Orang yang berbicara, Zhuge Yeon, melanjutkan dengan tenang.

"Kami hanya berharap semua ini ditangani secara adil dan sesuai aturan. Bukankah pantas jika orang yang melakukan kejahatan itu dihukum?"

"Bajingan ini sampai akhir….!"

"Geol-ah!"

Namun bahkan Jo Geol, yang sangat marah, merasa bingung dan tidak nyaman. Dia juga tahu bahwa kata-kata Zhuge Yeon tidak sepenuhnya salah.

Bagaimanapun, itu adalah kesalahan Hye Yeon karena tidak bisa menahan diri dan menggunakan kekerasan. Sulit untuk membela dia sambil mengabaikan fakta itu.

"….. Apa kau benar-benar harus bertindak sejauh itu?"

Zhuge Yeon sedikit mendengus mendengar kata-kata Baek Cheon.

"Kalian bilang akan merobohkan tembok antar sekte, tapi kelihatannya tembok persahabatan sangat penting bagi orang gunung hua?"

"….."

"Jika orang yang berkuasa akan melakukan itu, lalu apa yang bisa saya, orang yang tidak berdaya, katakan? Mari kita lihat. Apakah Aturan Aliansi penting, atau persahabatan lebih penting?"

Mendengar kata-kata itu, mata semua orang yang berkumpul di aula pelatihan terfokus pada Baek Cheon.

Semua orang mengetahuinya. Siapa yang akan mengambil keputusan di sini? Siapa yang bertanggung jawab?

"Apa yang akan kau lakukan?"

Bahkan orang yang lewat berhenti sejenak untuk melihat apa yang terjadi. Di tengah banyaknya pandangan, Hye Yeon akhirnya berbicara dengan perlahan.

"…..Dojang. Bawa aku sebagai tahanan. Itu benar untuk saat ini. Itu semua salah ku."

"….."

"Ayolah, kau harus melakukannya."

Baek Cheon menghela nafas pendek tanpa menyadarinya. Lalu dia dengan enggan mengangguk.

Zhuge Yeon berkata dengan tenang, seolah-olah hal itu memang pasti terjadi.

"Ya. Tentu saja kau harus melakukan itu. Hanya dengan begitu Aturan Aliansi tetap akan benar..."

"Omong kosong." (ini aslinya umpatan yang lebih kasar, lebih ke "bacot!" gitu

"….. Apa?"

"Persetan denganmu."

Zhuge Yeon mengertakkan gigi dan menoleh. Itu untuk memeriksa wajah orang yang tiba-tiba mulai menantangnya.

Namun, ketika dia melihat wajah orang yang berjongkok di sebelahnya, dia begitu kaget sehingga dia tidak punya waktu untuk marah.

"Cho, Chong….sa?" (Ko, Koman….dan?)

Cheong Myeong menatapnya dengan ekspresi cemberut yang khas.

"Kau terus menerus berbicara, aku hanya mendengar omong kosong dari moncongmu itu."

"…..Iya?"

"Ya."

"….. Kenapa, kenapa kau seperti itu....."

"Apa kau tahu segalanya tentang Aturan Aliansi? Pernahkah kau melihatnya dengan benar?"

"…..Ya, itu…."

"Aku tidak pernah mengumumkannya, jadi bagaimana kau tahu tentang Aturan Aliansi dan semua omong kosong tentang keadilan dan kesetaraan? Apakah kau menyusup ke markas Maengju dan mengintipnya?" (Maengju itu pemimpin aliansi, titlenya Hyun Jong)

Zhuge Yeon menggelengkan kepalanya dengan frustasi.

"Ma, mana mungkin begitu."

"Lalu kenapa kau membuka mulutmu, brengsek!"

KRAAK!

"Argh!"

Cheong Myeong menendang tulang kering Zhuge Yeon dengan posisi duduk yang sama. Zhuge Yeon tidak bisa menahan diri, jatuh dan berguling-guling di lantai.

Akhirnya, Cheong Myeong perlahan berdiri.

"Kalian mengoceh tentang banyak hal. Oke? Seseorang yang salah harus dihukum?"

Dia melihat sekeliling dengan tajam, dan semua orang menundukkan kepala mereka saat mata mereka bertemu dengan Cheong Myeong.

Jo Geol berbisik kecil kepada Yoon Jong.

"Sa, Sahyung. Apa mata orang itu berputar ke belakang?"

"Aku juga melihatnya."

"Yah, bukankah dia harus dihentikan?"

"…..Kenapa?"

"Eh….."

Jo Geol, yang menatap Yoon Jong, Baek Cheon, Hye Yeon, dan Cheong Myeong secara bergantian, mengangguk pelan.

Ya, sungguh. Tidak perlu menghentikannya.....

"Oke, hukuman. Aku juga menyukainya."

Cheong Myeong menyeringai.

"Mari kita dapatkan hukumannya, bajingan."

Mata yang sebelumnya bersinar penuh energi, kini mendingin dan tanpa ekspresi.

untuk penyebutan chongsa, gunsa, jangmun, gaju, budangju, dangju, maengju, yangban, yangmin dll itu kalau kutulis langsung begitu aja tanpa ku kasih tanda kurung setelahnya pada masih ingat ga ya nanti? atau mau dibikinin 1 chapter isinya kayak kamus seluruh istilah gitu? kalau lupa bisa ngecek ke sana, atau emg udh pada hafal? wkwkwk

Rei_Shinigamicreators' thoughts