webnovel

Apakah ini adalah masalah? (Bagian 4)

Setelah itu, bu Sri kembali berbicara kepada murid-murid yang lain.

"Baiklah, tadi salah satu dari anggota kelompok kalian yang jarang berbicara telah bercerita di depan kalian. Sekarang ibu ingin salah satu perwakilan dari anggota kelompok kalian yang banyak bicaranya untuk maju kedepan!"

Tanpa berbasa-basi Adrian melihat ke arah Dias dan Yuli. Dia merasa bahwa mereka berdua adalah orang yang cocok untuk disebut orang yang banyak bicara.

Dias mulai berunding dengan Yuli.

"Uhh, Yuli. Menurutmu, siapakah yang harus maju kedepan?"

Yuli kemudian berbicara kepada Dias.

"Kenapa tidak kamu saja Dias? Bukankah tadi yang maju adalah Aira, jadi harusnya sekarang giliranmu untuk maju kan?"

"Maksudmu, sekarang giliranku karena tadi yang maju kedepan adalah cewek?"

"Iya."

Dias menghela nafas pelan, kemudian dia menghadap ke arah Adrian.

"Lalu, bagaimana denganmu Adrian?"

Adrian tidak mengatakan apapun. Adrian hanya meluruskan posisi telapak tangan nya dan menunjuk Dias untuk kedepan.

Dias tidak punya pilihan lain selain maju kedepan.

Tak lama kemudian, semua murid berkumpul di depan dan seperti biasa bu Sri menyuruh mereka untuk keluar dan berpikir tentang cerita yang akan mereka cerita kan nanti di depan.

Bu Sri kemudian masuk kedalam kelas lagi dan berbicara kepada murid-murid yang ada di dalam kelas.

Namun berbeda dari yang sebelumnya, jika tadi bu Sri menyuruh murid-murid nya untuk mendengarkan ceritanya dan berusaha untuk berinteraksi, namun kali ini bu Sri justru menyuruh murid-murid yang ada di dalam kelas untuk mengabaikan ceritanya dan berpura-pura untuk cuek saat dia bercerita.

Setelah 15 menit berlalu, bu Sri keluar kelas dan menyuruh murid yang ada diluar kelas untuk masuk kedalam kelas.

Dias masuk ke dalam kelas lalu bu Sri menyuruh murid-murid tersebut untuk bercerita di depan anggota kelompoknya.

Dias berjalan mendekati Yulia,Aira dan Adrian lalu dia duduk disebelah Adrian dan mulai bercerita.

"Saat itu aku bertemu dengan seorang gadis kecil. Dia sangat cantik dan imut."

Dias bercerita dengan senangnya, namun Yulia,Aira dan Adrian sama sekali tidak memperdulikan ceritanya.

Mereka hanya sibuk dengan diri mereka masing-masing.

Walaupun begitu, Dias tetap bercerita disamping mereka.

"Aku bertemu dengannya di jalan dan aku melihatnya membawa beberapa buah-buahan dengan menggunakan kantung plastik. Setelah itu, kantung plastik nya sobek dan buah-buahan nya mulai berjatuhan."

Dias melanjutkan ceritanya lagi namun tetap saja Yulia,Aira dan Adrian sama sekali tidak memperdulikan ceritanya.

Yulia, Aira dan Adrian justru sibuk dengan diri mereka sendiri.

Yulia membaca bukunya.

Aira menulis catatan nya.

Dan Adrian hanya melihat ke arah lain seakan tidak peduli dengan cerita Dias.

"Saat aku melihat buahnya berjatuhan, aku langsung menghampiri dan menolongnya. Kemudian dia melihat ke arahku dan mengucapkan terima kasih kakak. Suara nya benar-benar sangat imut dan aku sangat menyukai suara imutnya."

Sampai di akhir ceritanya, mereka bertiga tetap tidak memperdulikan cerita Dias.

"Dan aku... Aku suka gadis kecil yang imut!"

Tidak ada yang kaget saat Dias mengatakan hal tersebut karena Dias merasa seperti diabaikan.

Dias akhirnya mencoba berinteraksi kepada mereka satu per satu.

Dias menepuk-nepuk bahu Adrian dan mencoba berinteraksi dengannya.

"Hey, Hey, Adrian. Apakah kau mendengarkanku?"

Adrian kemudian menatap ke arah Dias.

"Hmm?"

Adrian hanya melihat Dias dengan ekspresi nya yang seperti biasa.

Dias menghela nafas karena dilihat dari reaksi Adrian, sepertinya dia tidak memperdulikan cerita Dias.

"Sudah kuduga kau tidak memperhatikanku."

Setelah itu, Dias mencoba berinteraksi dengan Yulia.

"Yuli, kau mendengarkan cerita ku kan?"

Yulia berhenti membaca bukunya lalu melihat ke arah Adrian sejenak. Tanpa menjawab apapun, Yulia melihat bukunya lagi.

"E-eh? Aku dicuekin!?"

Dias kemudian melihat ke arah Aira.

"Kalau begitu, sudah pasti Aira-"

Aira melihat ke arah Dias sesaat, lalu menutup wajahnya lagi dengan bukunya.

"E-eeh? Aira juga!?"

Dias merasa sedih karena tidak ada yang memperdulikan cerita nya.

"Benar juga, siapa juga yang mau mendengarkan cerita membosankan seperti ini?"

Dias akhirnya tidak bisa berkata apapun lagi.

Setelah itu, bu Sri kemudian berbicara kepada murid-murid yang lainnya.

"Baiklah, waktu bercerita kalian telah habis. Bagaimana? Apakah kalian semua yang saat ini sedang bercerita merasa bahwa kalian tidak dipedulikan?"

Dias merasa bertanya-tanya dengan maksud perkataan bu Sri.

Dias kemudian mencoba bertanya kepada bu Sri.

"Apa maksud dari perkataan bu Sri tersebut?"

"Sebenarnya, saya menyuruh mereka untuk berusaha tidak mempedulikan cerita kalian."

"Eh? Kenapa bisa seperti bu?"

"Nah, kalian penasaran kan?"

Semua murid yang ada di dalam kelas kemudian mengangguk.

"Jadi, inilah yang ibu maksud dengan menghargai orang lain. Kita memberikan kesempatan kepada mereka yang jarang berbicara untuk saling berinteraksi satu sama lainnya."

Dias kemudian bertanya kepada bu Sri.

"Lalu, bagaimana untuk orang yang banyak berbicara namun ibu menyuruh mereka untuk mengabaikan kita?"

Bu Sri kemudian menjawab permasalahan tersebut.

"Untuk kalian yang banyak berbicara, sebelumnya ibu mau bertanya kepada kalian. Apakah kalian merasa kesal jika tidak dipedulikan oleh orang lain?"

Murid-murid menjawabnya dengan serentak.

"Iya bu."

"Nah, dari hal tersebut kalian bisa merasakan bagaimana rasanya tidak dihargai bukan? Itulah yang dirasakan oleh teman kalian yang jarang berbicara."

Kemudian Adrian menambahkan kalimat bu Sri.

"Jadi intinya, dengan membuat mereka yang banyak bicaranya merasakan hal yang sama dengan mereka yang jarang berbicara maka hal tersebut akan menimbulkan rasa empati terhadap sesama nya? Begitukah bu?"

"Iya, jadi dari pembelajaran kita hari ini bisa diambil kesimpulan bahwasan nya kita adalah makhluk sosial yang tidak akan luput dari yang namanya komunikasi. Jadi, ibu harap kalian semua tidak membeda-bedakan golongan hanya karena mereka jarang berbicara. Karena itulah ibu ingin kalian semua menghargai setiap orang tidak peduli dia itu banyak bicaranya ataupun jarang berbicara. Dari sini kalian semua paham?"

Semua murid menjawabnya dengan serentak.

"Paham bu."

Tak lama kemudian, bel tanda pulang sekolah berbunyi.

Semua murid melakukan persiapan untuk pulang.

Setelah selesai memberikan salam kepada bu Sri, mereka semua keluar kelas dan pulang ke rumah masing-masing.