Adrian mengambil tas nya dan melihat Aira lari keluar kelas tanpa mengatakan apapun kepada Adrian.
Setelah sebelumnya Aira dan Adrian duduk sekelompok, Aira tiba-tiba langsung bergegas kembali ke bangkunya setelah bel pulang sekolah berbunyi.
Adrian yang melihat Aira berlari keluar kelas tidak berniat untuk mengejar Aira kali ini.
Adrian berdiri dari bangku nya lalu berjalan keluar kelas.
"Adrian."
Seseorang memanggil nama Adrian, saat dia menoleh kebelakang ternyata yang memanggilnya itu adalah Yulia Yulistina.
Yulia kemudian menghampiri Adrian.
Adrian berbalik badan menghadap ke Yulia.
"Adrian, jangan-jangan kamu punya masalah dengan Aira?"
Adrian menghela nafas pelan dan tidak menjawab pertanyaan Yulia. Justru Adrian malah bertanya balik kepada Yulia.
"Apakah kau melihatnya tadi?"
Yulia terlihat sedikit ketakutan saat Adrian menanyakan hal itu kepada nya.
"Um, iya. T-tapi aku tidak berniat membuntuti kalian kok."
"Oh, begitu. Pantas saja kau melihatnya karena kau yang paling terakhir keluar kelas."
Adrian menjawabnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
Adrian kemudian berbalik badan namun Yulia memegang lengan nya.
"Tunggu!"
Yulia memegang lengan Adrian dan mencegah Adrian untuk berjalan pulang.
Adrian kemudian membalikkan badan nya ke Yulia.
"Kali ini apa?"
Yulia menatap Adrian dan mendekatkan pandangan nya ke Adrian.
"Kamu... belum menjawab pertanyaanku."
Adrian merasa sedikit terganggu dengan kelakuan Yulia.
"Hah? Memangnya hal itu pe-"
"Penting untuk kau jawab?"
Yulia memotong kalimat Adrian.
Adrian merasa sedikit terkejut dengan kalimat Yulia.
"Bagaimana kau tahu-?"
"Tentu saja aku tahu!"
Yulia meninggikan nada nya kepada Adrian.
Adrian hanya memberikan ekspresi terkejut kepada Yulia.
Yulia kemudian kembali menjauhkan pandangan nya seperti biasa ke Adrian.
"Kenapa? Kenapa kamu selalu saja bersikap seperti ini, Adrian?"
"..."
Adrian tidak menjawab apapun kepada Yulia.
"Sebenarnya ada masalah apa diantara kamu dan Aira?"
"Ini tidak ada hubungannya-"
"Tentu saja ini ada hubungan nya denganku!"
Percakapan diantara Yulia dan Adrian mulai menjadi serius.
Yulia terus saja memerhatikan pandangan Adrian.
"Hei Adrian, kita sudah bersama sejak SMP dulu. Tapi kenapa kamu masih bersikap seperti ini? Aku sudah cukup mengenalmu dan paham soal apa yang terjadi waktu itu. Lalu kenapa, Adrian? Kenapa kamu masih bersikap seperti ini?"
"Cih, kau tidak akan pernah memahami apa yang ku rasakan saat itu, bahkan sampai saat ini!"
"Apa maksudmu?"
Adrian kemudian melepas pegangan tangan Yulia dengan paksa dan berjalan menjauhi nya.
"Apakah ini semua karena dia? Jangan-jangan kamu masih menyimpan dendam kepada cewek itu?"
Adrian kemudian menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang sesaat.
"Yulia.... Aku harap kau tidak menyebut nama cewek itu lagi di depanku."
Adrian berjalan kembali meninggalkan Yulia.
Namun Yulia kemudian berjalan menghampiri Adrian dan memegang kembali lengan Adrian.
Namun, kali ini Adrian tidak menghadapkan tubuhnya ke Yulia.
"Adrian, aku tahu. Kamu masih kesal terhadapnya. Aku tahu apa yang saat itu kamu rasakan. Tapi aku mohon, jangan bersikap seperti ini lagi!"
"Tidak, Yulia! Keputusanku sudah bulat. Prinsipku sudah kupegang erat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi!"
"Tapi! Apakah kamu harus bersikap seperti ini kepada cewek yang lain selain dia?"
Situasi menjadi semakin serius.
Dan percakapan pun mulai mengarah ke arah yang lebih kompleks mengenai cewek yang menghancurkan kehidupan Adrian di masa lalu nya.
Adrian berpikir jika pembicaraan seperti ini terus berlanjut, maka dia bisa saja trauma lagi seperti dulu.
"Bisakah kita tidak membahas tentang cewek itu lagi, Yulia?"
"T-tapi aku-"
"Aku sudah muak dengan semua ini!"
Adrian mengeluarkan nada tinggi kepada Yulia.
Namun Adrian tidak menghadap ke arah Yulia saat mengatakan nya sehingga secara tidak langsung hal itu tidak akan membuat Yulia merasa bersalah.
Yulia kemudian berjalan dan berdiri berhadapan dengan Adrian.
Yulia sekali lagi memperhatikan raut wajah Adrian.
"Lihatlah diriku, Adrian!"
Adrian perlahan melihat ke arah Yulia.
Yulia menepuk dan memegang pipi Adrian kemudian tersenyum kepadanya.
"Lihatlah wajahmu Adrian. Walaupun kamu mengatakan hal itu dengan emosi namun aku bisa melihat dari raut wajahmu, bahwa kamu terlihat menyesal karena telah mempercayakan dirimu pada cewek itu. Bukankah itu artinya penyebab utama nya bukan karena kamu tak pantas percaya melainkan kamu hanya salah menaruh harapan?"
"Y-yulia?!"
Seketika itu pula perasaan Adrian sedikit mulai tergerak.
Namun bagi Adrian, mempercayakan keyakinan nya seperti semula tidak akan semudah yang dia pikir.
Karena pada dasarnya, setiap orang yang pernah mengalami trauma karena pernah dihianati itu tidak akan mudah untuk kembali percaya kepada orang lain sebelum dia benar-benar membulatkan tekadnya untuk percaya kepada orang tersebut.
Yulia mengulang kembali pertanyaan nya yang sebelumnya.
"Jadi, aku mohon Adrian! Jangan bersikap seperti ini lagi ya?"
Adrian melepas pegangan tangan Aira yang ada di pipi nya.
"Maaf. Tapi aku tidak bisa melakukan nya."
"Kenapa?"
Yulia memasang wajah memelas kepada Adrian.
Namun bagi Adrian, hal seperti itu tidak akan berpengaruh kepadanya.
"Ini soal apa yang sudah kuputuskan dan kupegang sejak saat itu. Jadi, aku tidak akan menghianati prinsipku sendiri."
"Tapi Adrian, bukankah hal itu bisa saja membuatmu tidak disukai kalangan cewek?"
"Aku tidak peduli! Mau mereka menyukaiku ataupun tidak, hal itu tidak ada hubungan nya denganku!"
Ekspresi Yulia yang awalnya tersenyum tiba-tiba langsung berubah menjadi penuh dengan rasa ketidakpercayaan kepada Adrian.
"K-kenapa kamu berani berbicara seperti itu, Adrian?"
"Karena aku tidak peduli soal cinta atau apapun itu! Lagipula jika memang ada seseorang yang benar-benar menyukaiku maka mereka tidak akan memanfaatkan kebaikan dan juga perasaanku seperti saat itu!"
Yulia merasa tidak dapat mempercayai apa yang Adrian katakan dan wajahnya dipenuhi rasa penyesalan.
Yulia mundur beberapa langkah menjauhi Adrian.
"A-apa kamu yakin dengan perkataanmu tersebut, Adrian?"
"Tentu saja."
Adrian menjawab dengan santainya.
Yulia merasa seperti dirinya tidak dapat berbicara apapun lagi dengan Adrian.
"A-aku... Aku membenci prinsipmu yang seperti itu! Dasar Adrian bodoh!"
Yulia berteriak kepada Adrian dan lari menjauh dari Adrian.
Adrian justru merasa bingung dengan tindakan Yulia.
Namun, Adrian juga tidak mengejar Yulia karena Adrian berpikir bahwa justru akan menjadi masalah jika dia mengejar Yulia saat ini.
"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Aku bahkan tidak meminta komentarnya soal prinsipku ini. Apakah ini akan menjadi masalah nantinya?"
Adrian kemudian menghela nafas panjang.
"Huhh... Yasudahlah. Aku pulang saja."
Adrian kemudian berjalan meninggalkan sekolah dan segera pulang ke rumah.