webnovel

Apakah ini adalah masalah? (Bagian 1)

"Kau hanyalah orang biasa, kau tidak pantas untuk jatuh cinta. Lihatlah saja kau saat ini, kau begitu...Lemah! Ahahaha!!"

"Chh- Kau selalu saja mempengaruhi mereka. Kau!!-"

"Lebih baik kau pergi saja dari sini! Tidak akan ada yang membelamu disini. Ahahaha."

"Chh- Aku benar-benar muak dengan mu cewek sialan!!"

"Iya-iya,terus saja menggertaklah seperti itu, dasar lemah! Dan seperti nya "dia" akan jadi targetku berikutnya.

Kau akan melihat betapa sakitnya perasaan mu saat tidak dipercayai oleh satu-satunya orang yang mempercayai mu."

Suara detak jantung Adrian mulai terdengar dan pikiran Adrian mulai gelap dan kosong.

"(Kenapa? Kenapa cewek sialan ini benar-benar terobsesi untuk menghancurkan harga diriku?)

(Apakah aku melakukan kesalahan kepadanya?)"

"(Kenapa dia sangat senang melihat ku menderita seperti ini? Kenapa dia....?)"

"(Kenapa tidak dia saja yang pergi dari kehidupan ku ini?)"

"Hei Adrian, bukankah kau tidak mau melihat "Dia" menghianati mu kan? Jadi... Jika aku menghasutnya mungkin kau akan merasakan rasa sakit itu ya kan?

Ahhh aku tidak sabar melihat reaksi mu saat itu juga."

"(Eh? Kenapa cewek sialan ini mendekatiku dan berbicara seperti ini kepadaku? ah itu benar, dia adalah iblis. Aku, benar-benar membenci cewek sialan ini! Wajahnya! Mulutnya! Ekspresi nya! Tubuhnya! bahkan Kelakuan nya! Itu benar! Aku harus menghancurkan cewek sialan ini sebelum dia menghancurkan hidup ku disini.)"

Detak jantung Adrian semakin cepat, pandangan disekitarnya tampak buram dan gelap dimatanya.

Dia mulai kehilangan kendali atas emosi nya.

Dan akhirnya pandangan matanya pun gelap sepenuhnya.

"Arrgghhh!!!"

Adrian kemudian sadar dan membuka matanya dengan cepat.

Tanpa dia sadari, dia sudah berada di sebuah kamar tidur.

Benar, itu adalah kamar tidurnya.

Adrian telah mengalami mimpi buruk dalam tidurnya.

Mimpi yang sama seperti yang pernah terjadi di masa lalu nya.

Suara ayam berkokok, dan kicauan burung mulai terdengar oleh Adrian.

Adrian kemudian bangun dari tempat tidurnya, untuk melakukan apa yang biasa dia lakukan setiap harinya.

Saat Adrian berada di ruang tamu, dia melihat barang-barang yang dia beli dari supermarket kemarin.

"Benar juga. Kemarin aku berbelanja bersama Aira. Setelah itu, kami pulang dan kami-"

Adrian perlahan mulai ingat dengan apa yang terjadi kemarin saat bersama Aira.

Dia kemudian menghadap ke tembok sambil mengayunkan sebuah pukulan ke tembok tersebut.

Adrian hanya meratapi apa yang telah terjadi kemarin.

Adrian berpikir bahwa itu adalah keputusan yang paling bijak namun sebenarnya dia tidak mau melakukannya.

Tak lama kemudian Adrian melakukan hal yang biasa dia lakukan, kemudian berangkat ke sekolah.

Saat diperjalanan ponsel miliknya berbunyi dan dia melihat ada sebuah pesan dari ibunya.

"Adrian, ini ibu. Saat ini perjalanan kami masih dalam kondisi macet, aku harap kamu bisa berangkat dan menyiapkan keperluan sekolah mu sendiri. Kemungkinan kami akan pulang agak siang hari ini."

Adrian menghela nafas dan menjawab pesan ibunya tersebut.

"Ibu, Adrian tak perlu ibu ingatkan seperti itu. Adrian sudah bisa mengurus semuanya sendiri."

Adrian kemudian sedikit tersenyum dan menatap ke langit

"Ya ampun, ibuku itu memang khawatiran ya."

Tak lama kemudian Adrian sampai di sekolah.

Seperti biasanya dia melihat Aira, Yulia, dan Dias duduk disana.

Saat Adrian masuk kedalam kelas, Aira tiba-tiba menutup wajahnya dengan buku nya.

Seperti nya dia merasa malu untuk melihat Adrian.

Saat Adrian duduk di bangku nya, Dias bertanya kepadanya.

"Hei Adrian, bukankah itu cewek kemarin yang tiba-tiba berdiri saat kau memperkenalkan dirimu?"

"Iya, lalu kenapa?"

"Tidak, aku hanya merasa heran saja dengannya. Dilihat dari sikapnya tersebut sepertinya dia mengenalmu Adrian?"

Mendengar kalimat yang diucapkan Dias tersebut, Adrian sedikit kaget bahwa Dias bisa tahu apa yang Adrian pikirkan tentang Aira.

"Iya, kau benar Dias. Tapi aku benar-benar tidak mengenal cewek itu."

"Apa? Jadi kau tidak mengenal nya?"

"Iya, aku sendiri tidak tahu apakah aku pernah bertemu dengan nya sebelumnya? Tapi saat aku bertanya hal itu kepadanya, dia menjawab kita belum pernah bertemu sebelumnya."

"Hmm, jadi begitu."

Adrian merasa sedikit kebingungan dengan dirinya sendiri dan dia mencoba bertanya kepada Dias tentang rasa bingung nya tersebut.

"Hei Dias, apakah menurutmu dia menyembunyikan sesuatu dariku."

"Menurutku, itu bisa saja. Tapi bukankah kau tidak punya bukti bahwa kau pernah bertemu dengan nya?"

"Iya, kau benar."

Yulia yang mendengar pembicaraan Adrian dan Dias akhirnya menghadap kebelakang dan mulai ikut dalam pembicaraan mereka berdua.

"Hei, hei, kalian berdua lagi ngomongin soal apa ini?"

Adrian dan Dias tiba-tiba melihat ke arah Yulia yang sedang menoleh ke arah mereka berdua.

Mereka berdua melihat Yulia dengan ekspresi yang datar.

"K-kenapa kalian berdua melihatku seperti itu?"

Dias kemudian menjawab pertanyaan Yulia tersebut.

"Hei, Yuli. Ini adalah masalah cowok kau tahu? Cewek tidak boleh ikut-ikutan dalam pembicaraan ini!"

Yulia kemudian menjawab pertanyaan Dias tersebut dengan ekspresi yang sedikit kesal.

"Memangnya kenapa? Bukankah cewek juga harus tahu masalah cowok?"

Dias menjawab nya dengan sedikit kesal juga.

"Tapi ini tidak ada hubungannya dengan mu!"

"Tapi, cewek juga wajib tahu masalah cowok bukan?"

"Sudah kubilang ini tidak ada hubungannya denganmu!"

Melihat mereka berdua yang seperti itu Adrian mulai bertanya kepada mereka berdua dengan ekspresi datar.

"Hei, kalian berdua. Sejak kapan kalian berdua akrab seperti itu? Ini bahkan masih hari kedua kita masuk sekolah?"

Dias kemudian menjawab pertanyaan Adrian tersebut.

"Oh, kalau itu. Kemarin aku bertemu dengan Yuli di jalan. Aku melihatnya tampak kebingungan saat itu, jadi kudekati dia."

"Kebingungan? Memangnya apa yang dicari oleh Yulia ini?"

"Entahlah? Saat kutanya apa yang sedang dia cari, dia hanya menjawab ini bukan urusanmu."

Adrian kemudian melihat ke arah Yulia.

"Yuli?"

Adrian hanya memanggil namanya.

Tapi, Yulia tahu akan maksud dari Adrian yang memanggil namanya tersebut dan Yulia mulai menjelaskan maksudnya.

"Saat itu, aku sedang mencari sebuah barang yang jatuh di jalan."

"Barang?"

"Iya. Itu adalah sebuah gantungan kunci yang kamu berikan padaku saat itu."

Adrian kemudian ingat bahwa Adrian pernah memberikan Yulia gantungan kunci sebagai tanda terima kasihnya kepada Yulia waktu SMP dulu.

"Oh, gantungan yang itu ya? Kalau gantungan nya hilang, aku bisa membelikan nya lagi kok."

Yulia merasa bersalah dan tidak enak dengan tawaran yang Adrian tawarkan.

"Eh? Tidak-tidak! Kamu tidak perlu membelikannya lagi kepadaku! Ini kan juga merupakan kesalahan ku sendiri karena ceroboh dalam membawa nya."

"Memangnya kau menyimpan gantungan itu dimana?"

"Aku menyimpan nya di dalam buku catatan yang kemarin aku bawa dan seingatku, aku telah memasang gantungan itu di celah buku tersebut. Dan tanpa aku sadari gantungan itu sudah hilang saat aku membuka bukuku kembali di rumah. Dan akhirnya aku bergegas kembali menyusuri jalan yang aku lalui sebelumnya dan saat itulah aku bertemu dengan Dias disana."

Dias seketika langsung berbicara kepada Yuli.

"Tunggu dulu! Jadi barang yang kau cari itu adalah sebuah gantungan dari Adrian?"

Yuli kemudian melihat ke arah Dias dengan pandangan yang tidak mengenakkan.

"Iya, memangnya kenapa?"

"hmmm."

Dias tersenyum ke arah Yuli, namun Yuli tahu kalau senyumannya tersebut terlihat seperti ada makna lain didalamnya.

Yuli yang awalnya memandang Dias dengan pandangan yang tidak enak akhirnya langsung memasang ekspresi khawatir kepada Dias.

"U-uhh? A-ada apa?"

"Yulia, apa jangan-jangan kau.."

Yulia semakin bingung dan khawatir dengan kalimat yang akan Dias katakan kepada nya.

Tepat sebelum Dias mengatakan kalimat selanjutnya yang akan dia katakan kepada Yulia, bel masuk kelas sudah berbunyi.

Adrian kemudian berbicara kepada mereka berdua.

"Hmm, sudah waktunya masuk pelajaran ya?"

Dias kemudian menghentikan kalimat selanjutnya yang akan dia katakan kepada Yulia dan akhirnya berbalik berbicara kepada Adrian.

"Iya, kau benar. Sekarang sudah waktunya pelajaran dimulai."

Namun Yulia masih melihat ke arah Dias dengan ekspresi yang panik. Adrian yang melihat nya berekspresi seperti itu kemudian berbicara kepada Yulia.

"Yulia, kau kenapa? Sekarang sudah waktunya pelajaran, jadi menghadaplah ke depan."

"..."

Yulia hanya melihat ke arah Dias yang masih tersenyum di samping Adrian.

Dias kemudian menambahkan kalimat nya ke Yulia.

"Jangan khawatir, aku tidak akan mengatakan nya."

"..."

Yulia akhirnya kembali menghadap ke depan saat Dias mengatakan hal tersebut.

Adrian tidak mengerti apa yang Dias katakan kepada Yulia.

"Apa yang kau maksud Dias?"

"Tidak, bukan apa-apa kok. Hanya saja, Kau begitu beruntung ya Adrian?"

"Hah? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa maksud dari perkataan mu itu?"

Dias kemudian sedikit menghela nafas kepada Adrian.

"Huhh, Biarlah jika kau memang tidak mengerti."

Tak lama kemudian bu Sri masuk kedalam kelas dan pelajaran pun dimulai.