3 Awal Mereka Bertemu (Bagian 3)

Adrian sampai di rumahnya dan dia membuka pintu rumahnya.

"Aku pulang."

Dia menyadari bahwa dirumah nya masih sepi dan kosong.

Dia kemudian berjalan ke kamar orang tua nya dan mengambil sisa uang yang masih tersisa di dalam lemari.

"Hmm, segini kurasa masih cukup untuk belanja di supermarket. Baiklah aku akan kesana sebentar lagi."

Adrian kemudian menuju ke kamar mandi untuk mandi setelah selesai dia mengganti baju nya.

Adrian kemudian berjalan keluar rumah dan berjalan ke supermarket terdekat. Tanpa dia sadari di depan supermarket ada Aira yang akan berbelanja disana. Adrian kemudian langsung reflek bersembunyi di balik tembok rumah orang.

"Cih, kenapa cewek itu ada disini? lebih penting lagi... (Kenapa aku yang bersembunyi darinya? Bukankah harusnya dia yang menghindar dariku?)

Adrian jengkel dengan dirinya sendiri yang bersembunyi dari Aira.

Tapi menurutnya itu adalah hal yang tepat daripada harus mencari masalah dengan cewek.

Benar, bagi Adrian ini adalah masalah. Namun Adrian masih bingung apakah dia akan tetap bersembunyi seperti ini atau keluar dan menuju ke supermarket? Akhirnya dia memberanikan diri untuk berjalan ke supermarket.

Adrian berjalan sambil berharap bahwa masalah tidak akan datang kepadanya lagi kali ini.

Adrian berjalan menghampiri Aira dan Aira kemudian melihat ke arah Adrian dengan terkejut.

"A-adrian!"

"Y-yo Aira. Apakah kau mau berbelanja disini?"

Adrian memberikan senyuman terpaksa kepada Aira.

Mereka berdua berpapasan dan keheningan terjadi sesaat.

Tak lama kemudian Aira mulai lari darinya tanpa menjawab pertanyaan nya.

"Tunggu Aira!"

Aira lari dengan kecepatan penuh.

Tanpa pikir panjang, Adrian mulai mengejar Aira.

Mereka berdua saling kejar-kejaran. Bahkan saat mereka sedang berlari, mereka masih sempat berbicara satu sama lain.

"*haahh* *haahh* Kenapa ka-kamu mengejarku Adrian?!"

"*haahh* *haahh* Aira, itu ka-karena kau tiba-tiba lari dariku! Ba-bahkan kau belum menjawab pertanyaanku!"

"A-aku, ada urusan mendadak saat ini!"

"I-itu, bahkan bukan jawaban dari pertanyaanku!"

mereka berdua tidak dapat mengatur nafas mereka masing-masing.

Mereka berdua terus saja saling kejar-kejaran.

Akhirnya Adrian berlari dengan cepat dan meraih tangan Aira.

"Dapat kau!"

Aira kemudian merasa malu karena tangannya dipegang oleh Adrian dan dia tiba-tiba berteriak di kerumunan banyak orang.

"Tidaaaak!!"

Seketika itu pula Adrian merasa panik dengan situasi nya saat ini.

Pandangan mata semua orang tertuju padanya.

Akhirnya dia langsung membungkam mulut Aira dengan tangannya.

"Shhtt, jangan berteriak di tempat yang umum seperti ini, O-oke?"

Aira kemudian mengangguk, dan Adrian melepaskan bungkaman tangannya dari mulut Aira.

Mereka berdua sama-sama bernafas dengan terengah-engah.

Salah satu warga menghampiri mereka berdua.

"Ada apa ini? Kenapa dia berteriak seperti itu?"

Adrian kemudian meminta maaf dan menjelaskan keadaannya kepada warga tersebut.

"Maafkan kami pak, tapi adik saya ini memang agak sedikit manja jadi dia saya mau mengajaknya pulang tapi dia tidak mau."

Aira yang berada dibelakang Adrian kemudian berbicara sendiri dengan suara yang pelan.

"Ap-Apa? Adik? Manja?"

Warga tersebut kemudian berbicara kepada Adrian.

"Jadi begitu ya, kalau begitu jangan lakukan hal itu lagi di depan umum ya."

"Iya, maafkan kami pak, dan terima kasih atas sarannya."

"Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu."

"Iya pak, terima kasih."

Warga tersebut kemudian pergi dan menjelaskan situasi mereka berdua kepada warga yang lain.

Adrian kemudian menghela nafas lega. Aira yang berada di belakang Adrian kemudian memanggilnya.

"Hei, Adrian..."

"Hmm?"

Adrian kemudian membalikkan badannya.

"Whoa-"

Dia terkejut melihat wajah Aira yang terlihat sangat marah kepadanya.

Dan dia bertanya kepada Aira.

"K-kau kenapa Aira?"

"Hmmpphh~~ Itu karena kamu menganggapku adikmu dan juga kamu menganggapku manja!"

"Maaf-maaf, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya tidak ingin kita dapat masalah karena hal ini. Jadi, jangan marah ya."

"Hmph~ Terserah kamu!"

"(Wah, dia benar-benar terlihat sangat marah.)"

"Ngomong-ngomong Aira, apakah kau mau berbelanja di..."

Sebelum Adrian sadar bahwa tujuan awalnya adalah berbelanja di supermarket.

Mereka berdua sudah berlari sangat jauh dari supermarket.

"...Super-market? Tunggu! Sudah sejauh mana kita berlari?"

Adrian terkejut bahwa mereka sudah berada di tempat yang jauh dari supermarket.

"Ugh, sepertinya kita sudah berada di desa tetangga, Aira."

"I-iya"

"Jadi, kau mau berbelanja ke supermarket kan?"

"Iya"

"Baiklah, kalau begitu kita akan berjalan bersama kesana."

Adrian mulai berjalan namun Aira tiba-tiba memegang tangannya.

"Tunggu Adrian!"

"Ada apa Aira?"

"Ma-maukah kamu menemaniku berbelanja di supermarket?"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Ma-maksudku itu, Aku ingin kamu menemaniku berbelanja, tentu saja aku akan menemanimu berbelanja juga."

"Hah? Memang apa bagusnya dari hal itu?"

"B-boleh ya..?"

Aira memojokkan Adrian dengan wajah memelasnya.

"Huh, baiklah."

Adrian terpaksa menurutinya karena ekspresi wajah Aira yang seperti itu.

Tak lama kemudian Aira dan Adrian sampai di supermarket, mereka berbelanja bersama di supermarket.

Aira dan Adrian sama-sama menikmati saat berbelanja mereka di supermarket. Adrian selalu berpikir bahwa menjauhi cewek adalah hal yang tepat untuknya.

Tapi baru kali ini dia merasakan kesenangan saat bersama dengan cewek.

Namun disaat itu pula dia hampir melupakan prinsip yang selalu ia pegang.

Tak lama kemudian mereka selesai berbelanja dan keluar dari supermarket. Aira kemudian berterima kasih kepada Adrian yang mau menemaninya berbelanja.

"Adrian, terima kasih karena mau menemaniku berbelanja."

"Iya. sama-sama."

Namun saat Adrian mengatakan demikian, dia tidak melihat ke arah Aira.

"Kamu kenapa Adrian? Apakah ada masalah dengan mu?"

"Tidak, semuanya baik-baik saja."

Namun Adrian tetap saja tidak menghadap kearah Aira.

"Jika kamu ada masalah, ceritakanlah padaku!"

"Sudah kubilang, aku tidak apa-apa. Sekarang pulanglah!"

"T-tapi aku-"

"Pulanglah!!"

Adrian mengatakan nya dengan nada yang tinggi, namun dia sama sekali tidak menghadap ke arah Aira.

"Maaf."

"Tak perlu minta maaf. Sekarang pulanglah karena ini sudah sore."

"Baiklah."

Angin berhembus sangat kencang di sore hari.

Keheningan terasa di antara mereka. Seakan mereka berdua hanya diselimuti suara angin yang berhembus sangat kencang.

Aira kemudian melangkah berlawanan dengan Adrian dan Adrian menambahkan sepatah kata kepadanya.

"Maaf, karena aku berbicara keras kepadamu."

Aira tiba-tiba menghentikan langkahnya sejenak.

"Tidak, tidak apa-apa. Ini bukan salahmu kok."

Aira mengatakan hal demikian seakan-akan dia tahu akan masalah yang dihadapi oleh Adrian.

Adrian kemudian berjalan menjauhi Aira, dan Aira berjalan menjauhi Adrian.

Dia menambahkan satu kalimat ke Adrian.

"Sampai jumpa, Adrian."

Adrian hanya berjalan tanpa menatapnya sama sekali namun dia menjawab kalimat Aira tersebut.

"Iya, sampai jumpa Aira."

Dan mereka pun akhirnya pulang dan sampai dirumah mereka masing-masing.

Adrian sebenarnya merasa menyesal dengan sikapnya saat ini namun itu pun demi kebaikannya sendiri agar masa lalu nya tidak terulang kembali.

avataravatar
Next chapter