webnovel

Regret and Gratitude

Tidak!!! Aku bukannya tidak menyesal! Aku sungguh menyesalinya! Tapi.... bukan dia yang harus menanggungnya. Aku akan membesarkannya, ya aku tidak akan menggugurkannya! -Aqila Perasaan janggal terhadap satu perempuan. hanya SATU! ya hanya dia, dia seperti menjadi bagian dari diriku. TIDAK! aku tidak memikirkannya atau apapun hanya saja merasa... ya entahlah. -Arkan ~~~~ Kalian gaakan nyangka apa yang ada di cerita ini~ Karena ini bukan cerita married by accident biasa.

zylavida76 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
37 Chs

Part 23

"Cewe tadi siapa?"

Deg....

"Hm, ohh itu nanti aku ceritain boleh?"

"Yaudah, sana gih"

Setelahnya arkan mengurus administrasi dan aqila maupun bayinya dibersihkan untung dipindahkan keruang bersalin/ruang inap setelah bersalin, sedangkan bayinya kembali dibawa suster.

"Alhamdulillah ya sayang, udah jadi ibu nihh"

"Hehehe alhamdulillah ya mi...."

"Baby girl papi udah punya baby ya. Selamat ya sayang, you always my little baby girl for me"

"Aaaa papiii.... Tukan aqila jadi nangis hiks"

"Selamat ya nak, terimakasih udah memberikan yg terbaik untuk bayi ini. Maaf untuk semuanya, kamu akan jadi ibu yang baik untuknya"

"Sama-sama mom, doakan dan bimbing aqila juga ya mom"

Dan dad arkan langsung memeluk aqila dan berbisik "terimakasih untuk bertahan dengan kondisimu nak, maaf dad gagal mendidik arkan"

"Semua sudah jalannya dad, aqila ikhlas. Jangan menyalahkan diri dad, apa dad tidak senang mendapat menantu sepertiku?"

"Dad sangat mensyukurinya sayang, selamat menjadi orangtua sekarang"

"Hehehe iya dad"

"Aku gayangka alkha sampe nangis, gamalu sama mantu" goda papi arkan.

"Ya kan kamu tau, awal semua ini begini. Kamu tau? Kesalahan arkan, adalah bebanku sampai mati"

"Dad..."

"Aku juga merasakannya ka, tapi semangkin kita memikirkannya. Itu juga jadi beban untuk aqila maupun arkan. Sekarang kita lupakan saja, dan simpan rapat rapat. Tidakkah dirimu liat anakku sedang bahagia?

"Ah, maaf. Seharusnya ini menjadi suasana yg bahagia bukan? Kenapa aku sangat sensitif? Hahahaha"

Mom dan mami mendekat kearah suami mereka dan mengusap punggungnya dengan sayang, mereka mengerti apa yang dirasakan keduanya.

"Dad, pi boleh arkan bicara diluar?"

"Yaudah kalian keluar gih, biar aqila istirahat dulu kasian dia."

*Arkan POV*

Kata kata yang dad maupun papi katakan sungguh membuat gue tersadar sekaligus tercekik. Gue pikir masalah ini udah lama selesai, ternyata berbagai rasa belum tersalurkan.

"Dad, pi. Apa yang harus arkan lakukan untuk menembus beban yang kalian tanggung?"

"Tidak ada" ucap mereka serentak.

"Kenapa?"

"Karena perasaan ini tidak bisa ditembus oleh apapun arkan. Rasa ini bukan dendam, rasa ini adalah sebuah penyesalan" jawab dad.

"Ya penyesalan, terutama untukku nak. One day ketika kamu punya anak perempuan dan tidak bisa menjaganya. What do you feel? What do you thinking? what do you have to do? Menjauhkan dia dengan lelaki itu? Menggugurkan? Kan tidak mungkin. Menikahkan dia dengan orang yang mau menerimanya? Dengan cara itu saya memisahkan dia dengan darah dagingnya dan saya ikut berdosa! Hfftt tapi arkan, papi masih besyukur kamu mau bertanggung jawab dan saling mencintai aqila. Jadi papi mohon, untuk menjaganya apapun yang terjadi." ucapan papi yang berapi api dan membuatku tersadar bertapa besar rasa itu menuhi hatinya.

Jika waktu dapat diulang....

"Ya pi, arkan akan menjaganya walaupun arkan tersiksa."

"Tersiksa? Tidak mati aja sekalian?" jawab sarkas papi aqila.

"Kalo arkan mati ntar aqila sedih, trus anak arkan gimana dong? Tapi tenang, dengan seluruh nafas ini arkan akan memperjuangkan aqila"

"This my boy, kantin yok"

"Udahan melownya, nanti kalo lg pengen pelampiasan, panggil arkan aja ya alde"

"Bahasa apaan sih dad"

"Hahahaha"

~~~~~~~~~~~

Aqila yang masih lemas akhirnya tertidur karena usapan sayang dari mami maupun mom.

2 jam kemudian~

"Permisi bu, bayinya"

"Ah terimakasih sus, ibunya masih tidur"

"Kalo ada apa apa, panggil saya ya bu. Permisi"

"Ya makasih sus"

Tak lama aqila bangun, karena mendengar suara suara mungil. Atau mungkin saja itu naluri sang ibu.

"Hm, babynya udah dateng ya... Assalamualaikum anak bundaa"

"Baru 10 menit kok disini, mau gendong? Mungkin dia mau nyusu juga"

"Emang udah boleh nyusu ya mom? Tadi kata susternya gimana?"

"Gaada bilang sih, bentar ya mami tanya dulu"

~~~~

Dilain tempat, para lelaki sedang berbincang di kantin.

"Al, gimana gue jelasin tentang tifanty tadi?"

"Siapa tifany?" ucap kedua lelaki dewasa dihadapannya.

"Begini dad, masalah kantor kita yang kemarin adalah penipuan sebenarnya. Dan dalang dari semua itu adalah tifany dan pamannya."

"Apa tujuan dia sebenarnya?"

"Karena arkan menolak dia"

"Karena sifat playboymu itu? kan sudah daddy bilang, jangan bermain perempuan!"

"Cih, kaya daddy engga aja waktu muda. Lagian arkan udah tobat kali. Kan udah ada aqila"

"Ya harusnya kamu belajar dari pengalaman daddy, bukan malah mengikuti yang buruk. Dasar anak bodoh. Mau ditaro dimana muka daddy, kamu ngomong depan mertua."

"Ya disitu aja kali dad, lagian kan arkan hanya berusaha jujur. Daripada arkan sok suci, dan arkan kan mau jelasin sejelas jelasnya. Jadi ya beginilah arkan, mau digimanain lagi"

"Saya pribadi sebenarnya tidak menerima kamu arkan, sebelumnyapun saya sudah tau bagaimana sepak terjangmu dikantor maupun di yang lainnya. Tapi karena aqila sudah mencintaimu dan babynya tidak mungkin saya pisahkan. Ya maka saya merestuinya, tapi saya mohon satu hal. Tolong didik anak anakmu sebaik baiknya, jangan sampai terulang seperti ini."

kata-kata yang keluar dari papinya aqila sebenarnya sangat menohok hati arkan, dia hanya terdiam dan berusaha menata hatinya. Suatu kekecewaan dan penyesalan dimata papi arkan masih jelas dimatanya. Dan rasanya dia ingin mengulang masa sebelum dia bermain dengan perempuan. Hingga suatu suara yang menghentakkannya dari lamunan.

"Its ok kan, sudah berlalu. Jadi siapa tiffany tiffany itu?" ucap papinya arkan menengahi suasana kembali.

"Arkan sudah menyelidiki, menurut informasi yang arkan dapat. Itu murni perbuatan tiffany dan pamannya. Orangtua tiffany tidak ikut campur sama sekali, pamannya juga hanya dihasut. Apalagi Arkan pernah membatalkan perjanjian karena kurang menguntungkan. Masalah tiffany ini untuk penipuan, sudah diurus ke pihak ke polisian. Tetapi masalah yang lain adalah tiffany tadi sempat masuk keruang bersalin dan hampir mengganggu aqila. Untung saja aqila tiba tiba menjambak rambutnya dan langsung diusir sama suster"

"Lah trus si tiffany kemana?"

"itu dia yang arkan gatau dad,pi,fa. Cuman tadi aqila setelah lahiran nanya itu siapa. Arkan harus jawab apa dong?"

"Ya ceritain aja, aqila juga ngertilah"

"jadi anak saya masih dadlam kondisi terancam dengan tiffany itu?"

"Sejujurnya iya, cuman arkan berjanji tidak akan pernah kecolongan lagi. Aqila akan arkan jaga pi, tenang saja. Come on papi kan sudah merestui yakan"

"Ya wajarlah arkan, daddy kalo diposisi Alde juga gabakal mau restuin kamu"

"Cih, daddy mah. Bantuin kek gitu"

"Hahahaha, ok ok saya percaya kamu bisa menjaga anak saya. Sudah sudah kita harus kembali"

"hahaha iya aku sudah tidak sabar melihat cucuku"

~~~~~~~~~~~

keempat laki laki itu terdiam ketika melihat segerombolan suster dan dokter berlarian kearah kamar aqila. Dan seketika itu juga keempat lelaki itu berlari mengikuti kearah ruangan itu dan....

.

,

,

"Dad"

"Loh Variel?"

"Dad jangan masuk, itu kamar orang"

"Ha? kamar aqila udah diatas, dipindah barusan ke rawat inap."

"ohhh" ucap keempat lelaki itu berbarengan.

*Sebelumnya*

"Permisi ibu aqila, hari ini sedang banyak sekali yang lahir. Jadi ibu kami pindahkan lebih cepat ke ruang rawat inap sekarang saja ya bu."

"Oh gitu sus, yaudah gapapa kok. Saya sudah istirahat cukup tadi"

"Oke bu, sebentar ya saya urus babynya dulu, mari ibunya salah satu ada yang ikut menemani saya"

Ketika bangkar aqila didorong saat itu pula bangkar yang satu masuk keruangan aqila barusan. Dan disitu seorang wanita setengah terbangun dan bergerak gelisah. Tapi sesudahnya aqila langsung didorong kearah lift dan menuju kamarnya.

~~~~~~~

*Aqila POV*

Aku kangen arkan ih, kok ga balik balik yahh.

"Assalamualaikum...."

"Waalaikumsalam...."

"Wah babynya udah dateng ternyataa, sini opa gendong sayang"

"Arkan, sini" ucapku ketika semua sibuk dengan bayiku

"kenapa hm?" aku langsung memeluk pinggang arkan dan mendaratkan kepalaku di dadanya.

"kangen..." dan dibalas dengan kecupan dikeningku hihi.

"cie yang ditinggal sebentar aja udah kangen..." cih dasar bang alfa.

"Alde, sebaiknya pernikahannya segera dilaksanakan. Aku takut baby akan punya adik lagi hahahha"

"Dad apaan sih, gagitu juga kali. Tapi kalo dicepetin nikahnya gapapa sih" aku hanya bersembunyi di dada arkan karena malu. Uhh kenapa aku pake kangen sih sama arkan.

"Bagaimana kalo 2 minggu lagi? akadnya saja yang penting. Resepsinya setelah babynya 3 bulan keatas saja"

"Boleh, kalo gitu urusan kami yakan jeng" saut kedua ibu ibu ini hihihi mami....

"Arkan aku ngantuk..." rasa lelahku kembali lagi saat bedekatan dengan arkan. Ah aroma dan dada bidangnya selalu sukses membuatku nyaman.

"Yaudah tidur sini, tadi aku kira kamu kenapa napa tau"

"Emang kenapa aku?"

"Ruang rawat yang barusan kamu pake itu didatengin dokter sama suster sampe lari lari, eh truss kita berempat jadi ikutan lari deh. Untung di mas variel dateng, kalo engga kita zonk banget masuk kamar orang hehehe"

"Zonk maksudnya apa kan?" ucap daddy tak mengerti.

"Kaya malu gitu gadapet apa a-pa...." Dan kesadaranku mulai menghilang dan aku terlelap dalam pelukan arkan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~