webnovel

Menteri Louis

Sekilas, Lucio dapat melihat raut wajah Menteri Aran yang berdiri tidak jauh di hadapannya. Rahang pria itu sedikit mengeras meksi tidak ada gurat kemarahan di sana. Hanya saja, kedua maniknya seolah tak lekang menyoroti Lucio yang kini balas menatap dengan seringaian di bibir.

Untuk sejenak, dari pihak sang menteri sama sekali tidak ada perlawanan atau bahkan pembelaan untuk membuat komplotannya aman, lantaran dua orang di antara mereka telah menyusup diam-diam ke dalam pondok. Sang menteri tampak tenang, setenang laut yang hendak diterjang badai. Terlihat jelas dia sedang memikirkan sesuatu dan itu bukan hal yang baik.

Sampai kemudian, suara tapak kaki kuda terdengar menderu mendekati kerumunan di depan pondok. Penampakannya belum terlihat mengingat debu dan jarak menghalangi kedua pandang mengindetifikasi siapa gerangan yang sedang datang. Mengingat sosok tersebut menunggangi seekor kuda, bisa jadi dia adalah seorang bangsawan. Di Naserin, hanya mereka yang memiliki kekuasan pun kekayaan besar yang mampu memelihara seekor kuda lantaran perawatannya yang terbilang mahal.

Lucio mengangkat alisnya tinggi begitu menyaksikan kaki tangan menteri Aran maju dan berdiri tepat di sebelah sang menteri. Sosok itu merunduk lantas membisiki beberapa kalimat rahasia. Lucio tidak perlu menebak apa yang mereka bicarakan. Bukan hal itu yang menjadi prioritas utamanya saat ini.

Begitu pria besar yang tidak lain adalah Lux mundur kembali ke posisi, menteri Aran kontan mendongak lantas membalas tatapan menyelidik Lucio. Siapa sangka, Menteri Aran akan tersenyum sembari berkata, "Sepertinya aku memilih hari yang buruk untuk melakukan tugas mulia; membasmi kejahatan di Naserin. Mungkin pula Sang Pencipta masih memberkahimu lantas membiarkanmu lolos untuk hari ini." Ada kecamuk besar di dalam benak Menteri Aran begitu bibirnya terdiam, lalu beberapa detik berikutnya, dia menambahkan, "sayang sekali, aku tidak bisa menangkapmu sekarang."

Lucio menyeringai. "Benar, kamu tidak akan bisa menangkapku, baik sekarang ataupun nanti." Lucio menyorot lebih tajam. "Kalian tidak akan bisa," desisnya.

Detik berikutnya, sosok si penunggang kuda akhirnya berhasil menapakkan pijakannya di depan pondok Mr. Rolleen. Tidak ada yang tahu siapa sosok di balik jubah besar yang melingkupi kepala dan tubuhnya, tetapi di sisi lain, Mr. Rolleen sangat tahu siapa dia.

Terburu-buru langkah Mr. Rolleen mendekati si penunggang kuda. Ada senyum ramah yang tidak biasa terukir di sudut bibirnya saat berucap, "Selamat datang," dan dari dua kata itu, alis Menteri Aran berkedut tak sabar menanti, terlalu penasaran dengan sosok si penunggang. Sebelumnya Lux telah memberi tahu, namun dia tak lekas percaya sebelum melihat dengan kedua matanya sendiri. "Menteri Louis," imbuh Mr. Rolleen.

Kedua manik Menteri Aran kontan terbelalak. Dia benar-benar tidak menyangka bila Menteri Louis akan berada di tempat ini.

Mengapa waktunya sungguh tidak pas?

Tidak ada yang bisa Menteri Aran lakukan selain tergopoh-gopoh menghampiri menteri yang paling akrab dengan sang raja itu—Menteri Louis—sembari memikirkan alasan untuk menyelamatkan diri.

"Menteri Louis, apa yang membawa Anda datang ke tempat ini?" sapa Menteri Aran dengan senyum kaku. Kedua tangannya saling meremas. Di satu sisi dia kesal mengapa dirinya tidak pernah bisa mengimbangi kekuasaan Menteri Louis. Hanya karena dia lah yang kerap bertemu langung dengan keluarga kerajaan, derajat Menteri Louis ikut pula menanjak naik dibandingkan tiga menteri lainnya—termasuk dirinya.

Menteri Louis menurunkan tudung jubahnya lantas menatap Menteri Aran dengan raut wajah datar. Cukup lama terdiam, dan akhirnya memutuskan untuk menuruni kuda hitamnya yang gagah lalu berdiri di sebelah Mr. Rolleen.

Ada raut kebingungan yang tercetak di wajah Menteri Louis begitu berkata kepada Menteri Aran, "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di sini? Jika kamu ingin tahu, hari ini adalah jadwal rutinku untuk memasok bahan makanan serta tanaman obat langkah yang tidak bisa didapatkan di Naserin kepada Mr. Rolleen." Mendadak sudut bibir sang menteri terangkat sinis saat menambahkan, "tidakkah kamu ingat kalau isi dari dekrit raja sudah termasuk ini, dan aku diberi kepercayaan untuk mengantarkannya langsung kepada Mr. Rolleen. Kamu tahu sendiri kita harus mendukung pekerjaan Mr. Rolleen mengingat dia telah membantu banyak rakyat miskin."

Wajah Menteri Aran mendadak kaku sementara bibirnya sukar digerakkan. Sudut bibirnya yang kerap tertarik, kini hanya bisa terkatup rapat begitu mendengar penjelasan Menteri Louis beberapa saat lalu.

Kesannya, dirinya sedang dipermalukan karena melupakan dekrit resmi yang dikeluarkan oleh raja mengingat dia adalah seorang menteri. Umumnya, para menteri diharuskan menyimpan berbagai informasi penting termasuk isi dekrit di dalam ingatan mereka.

Sial! Selama ini, dia merasa tidak masalah dengan dekrit tersebut lantas mengabaikannya.

Sembari mencoba menebalkan muka dan memaksakan satu senyum, Menteri Aran berkata, "Ah, tolong maafkan keteledoranku, sepertinya aku perlu berbenah diri karena melupakan dekrit penting seperti itu."

Menteri Louis tampak tak senang. "Yah, seharusnya kamu memikirkan kesalahan itu." Kedua manik sang menteri kemudian beralih ke arah sekumpulan pria berbaju hitam dengan penutup wajah berwarna senada. "Ngomong-ngomong, siapa mereka? Apa yang mereka lakukan di sini."

Mendengar perkataan sang menteri, tampaknya Lucio berencana membungkam Menteri Aran di depan Menteri Louis. Lucio menyeringai saat berkata dengan tiba-tiba, "Ah, mengenai itu, mereka—"

"Tidak!" Menteri Aran kalang kabut, dia memotong perkataan Lucio secepat yang dia bisa."Maksudku, tampaknya aku telah salah paham terhadap Lucio dan nyaris saja menangkapnya."

Kedua alis Menteri Louis terangkat. "Salah paham? Apa maksudnya?"

"Kemarin ada beberapa masalah dengan penduduk dan sebagai menteri yang mengurus keamanan, aku tentunya mencoba mencari pelaku penyerangan terhadap gadis di kota, namun karena Lucio sangat populer di kalangan gadis, aku pikir dengan menanyakan beberapa hal kepadanya akan menambah informasi."

"Kalian tidak datang menanyakan informasi kepadaku, kalian datang untuk menangkapku," ralat Lucio cukup kesal. Menteri Aran selalu saja beralasan. Sementara di sisi lain, rahang Menteri Aran mengeras sesaat setelah mendengar perkataan Lucio. Jelas sekali pemuda itu berniat menjatuhkannya di hadapan Menteri Louis.

Masih mencoba memasang segaris senyum serta mempertahankan ketenangannya, Menteri Aran mendadak menepuk bahu Lucio. "Di sinilah letak kesalahpahamanku, Anak Muda. Awalnya aku memang berniat menanyakan beberapa hal kepadamu, namun dalam perjalan menuju pondok ini, aku mendengar informasi keliru yang mengatakan kamu lah pelakunya." Menteri Aran terkekeh kecil, "ah, maafkan aku, seharusnya aku tidak langsung percaya."

"Kalau begitu bisa kamu jelaskan, mengapa kamu membawa prajurit pribadimu alih-alih prajurit kerajaan? Kamu tahu sendiri ini masalah kerajaan dan sudah seharusnya kamu membawa prajurit dari kerajaan." Raut wajah Menteri Louis sangat suram. Tampaknya dia tersinggung begitu menyadari Menteri Aran melakukan tindakan di luar protokol kerajaan. Seharusnya ... Menteri Aran tidak membawa prajurit pribadinya. Kesannya, Menteri Aran menganggap remeh prajurit milik kerajaan lantas tidak mempercayakan hal ini kepada mereka.

Menteri Aran menarik napas. Sial! pikirnya. Mendadak situasinya semakin menyudutkan dirinya. Kalau sudah seperti ini, tidak ada pilihan selain menyerah. Mendadak sang menteri bersimpuh dengan satu kaki menapak di atas tanah sedang pandangan menerus turun ke bawah, Menteri Aran memohon, "Atas nama Raja Naserin yang Agung, aku Aran, berhak dihukum atas penghinaanku terhadap aturan kerajaan."

Diikuti seluruh kelompoknya, Menteri Aran menahan segala ego dan rasa malu untuk meminta pengampunan agar masalah ini tidak berlanjut hingga ke telinga raja.

Dan tampaknya, usaha tersebut tidak berakhir sia-sia. Cukup lama Menteri Louis terdiam sembari menghela napas berat, pada akhirnya dia berkata dengan wajah suram, "Selama ini kamu tidak pernah melakukan kesalahan fatal semacam ini, Menteri Aran. Namun karena aku sadar bagaimana kecintaanmu terhadap kerajaan Naserin, dan aku sebagai seorang penghubung dengan Raja, aku memaklumi kesalahanmu kali ini atas nama Raja." Menteri Aran tidak bisa berkutik begitu mendengar Menteri Louis menambahkan, "tetapi ingat, ini adalah kesempatan terakhir, sekali kamu mengabaikan aturan kerajaan maka aku tidak akan segan menyampaikan hal ini secara langsung kepada Raja. Mengerti!"

Wajah Menteri Aran semakin menunduk. Namun di balik itu, ada kemarahan besar yang dia pendam mengingat betapa memalukannya dia hari ini. Lihat saja, suatu saat nanti, begitu dia berhasil meraih takhtanya, orang pertama yang akan dia singkirkan adalah Menteri Louis.

"Terima kasih atas kemurahanmu, sampaikan salam ku kepada Raja yang Agung atas kebijaksanaannya."

Di samping itu, diam-diam Mr. Rolleen dan Lucio menyeringai penuh kemenangan.

Ini belum apa-apa, pikir keduanya.