Dalam keramaian kota Gahon, Dart berjalan seraya melihat sekeliling mencari Istri dan rekannya yang tidak kunjung kembali ke penginapan. Melewati jalanan utama kota yang ramai akan lalu-lalang orang-orang, tanpa disadari dirinya sampai masuk daerah pasar malam. Ia mencari secara acak, tidak memikirkan dulu akan ke mana kakinya melangkah.
"Pergi ke mana mereka ...? Ah ...."
Menghela napas sejenak, pria tersebut mampir dan duduk di depan warung. "Tolong satu piring," pesannya dengan ramah.
Melihat ke arah keramaian pasar ramai, Dart mulai memasang wajah sedikit sendu akan sesuatu. Dalam benak rasa ragu untuk mencari mulai muncul, membuat pria tersebut terlihat enggan berdiri dan melangkahkan lagi. Ia menghela napas, mendongak dan memasang wajah penuh beban.
"Silakan, Tuan ...."
Pelayan warung meletakkan piring berisi beberapa tusuk kue beras di atasnya. Dart mengangguk, lalu menikmati jajanan yang dipesannya itu. Menatap datar ke arah keramaian pasar, pria itu berharap Mavis ada di antara mereka, Ia berharap bisa segera menemukan istrinya dan kembali ke penginapan dan kembali dalam rutinitas tanpa ada perubahan pada hubungannya dengan istrinya tersebut.
"Aku memang becus kalau menyangkut hal seperti ini .... Yang ku bisa hanya ... menebas dan membunuh saja ..., bahkan dia ... tidak bisa ku selamatkan sepenuhnya sampai sekarang. Sampai kapan kita harus seperti ini ...."
Ia meletakkan tusuk kue beras ke atas piring, lalu mengambil yang lain dan menyantapnya dengan cepat dan langsung ditelan. Dart sama sekali tidak ada niat menikmati makannya, Ia hanya ingin memulihkan tenaga karena belum makan selama beberapa hari terakhir sebab baru saja kembali ke kota.
Tangannya terhenti saat hendak memasukkan kue beras ke dalam mulut, rasa tidak enak dalam benak membuat dirinya tidak berselera. Meletakkannya kembali ke atas piring, Ia menghela napas dan mulai bergumam.
"Mavis ..., kukira aku yang merawatmu dan kau tidak akan bisa hidup tanpaku, tetapi sebenarnya aku yang malah bergantung padamu. Kuharap ... engkau akan mengatakan itu langsung padaku ..., langsung dari mulutmu aku ingin mendengarnya."
Dart menghabiskan kue berasnya. Meletakkan uang ke atas piring, pria tersebut kembali melanjutkan pencariannya dengan tidak jelas kaki akan melangkah ke mana. Di bawah langit malam penuh bintang, tatapan pria tersebut semakin gelap.
Sebenarnya Dart telah tahu kalau kepribadian Mavis telah puluh sepenuhnya, tetapi rasa bersalah dan pilihan Mavis yang memilih untuk tidak memberitahukan fakta tersebut membuat Dart harus berbohong, pada dirinya sendiri dan sekitarnya. Ia sendiri takut hubungan rapuh yang ada hancur karena perubahan tersebut.
"Sampai kapan kau akan seperti itu? Aku harap kau― Kurasa tidak ..., aku juga bersyukur kau berbohong seperti itu .... Aku tahu alasanmu, aku juga takut hubungan rapuh ini berakhir. Aku tak ingin perubahan ...."
Berhenti melangkahkan kaki di tengah lalu-lalang jalan utama, pria itu mendongak dan melihat langit gelap penuh gugusan bintang horizon. "Hubungan serapuh ini ..., apakah pantas disebut cinta? Apa pantas dipertahankan? Apa sebaiknya dihancurkan saja sekalian dan dibangun ulang .... " Mengucapkan keraguan dalam hati dan berharap menghilangkannya dalam gugusan bintang di langit, pria tersebut kembali melangkahkan kakinya.
Tetapi belum sempat melangkah keluar dari keramaian, tiba-tiba terasa hempasan gelombang aneh yang membuat jantungnya berdetak tidak wajar. Langkah kaki Dart seketika terhenti, tatapannya langsung pucat sebab paham apa yang dirasakannya tersebut.
"Jangan bilang ..., sihir Anti Holy ...? Kenapa sihir seperti ini ...."
Dart tidak asing dengan gelombang sihir aneh tersebut, dirinya pernah merasakan langsung sihir tersebut seperti itu sebelum dirinya membentuk Party beberapa tahun lalu. Pada dasarnya gelombang sihir itu terasa seperti sebuah sihir untuk menyegel kekuatan suci, bahkan bisa menjatuhkan malaikat dari singgasana kekuatannya sampai setingkat dengan manusia biasa.
Sebagian kekuatan Dart tersegel, Mana miliknya yang cenderung memiliki unsur suci sebab garis keturunan Luke yang juga memiliki ikatan dengan darah bangsawan Keluarga Kerajaan Felixia. Menyadari penurunan sirkulasi Mana dalam sirkuit sihir, Dart teringat saat pertama kali Ia terkena sihir tersebut.
"Jangan bilang ... ulah Aliran Sesat? Kenapa ... mereka bisa menggunakan sihir seperti ini di dalam kota?"
Dart memejamkan kedua matanya, menyebarkan sebagian Mana yang masih bisa dipakai untuk mendeteksi sekitar tempatnya berdiri dan mencari unsur kekuatan negatif.
"Tidak ada ..., dari mana sumber gelombang tadi? Apa terlalu jauh!?" Segera berlari melewati keramaian, Ia mengandalkan arah dari datangnya gelombang yang dirasakan.
Tetapi saat keluar dari keramaian pasar, tiba-tiba sebuah panah melesat ke arahnya dari salah satu atap bangunan bertingkat di pinggir jalan. Insting pria itu bereaksi dengan cepat, Ia menghentikan langkah kaki dan menangkap anak panah tersebut.
Di atas atap bangunan dari arah anak panah datang, terlihat sosok berjubah hitam yang siap memanah kembali. Dart segera menyelimuti anak panah yang ditangkapnya, lalu melemparkannya ke sosok tersebut. Panah melesat sangat cepat dan menancap pada bahu sosok berjubah itu. Ia menjatuhkan busurnya, lalu segera mencabut panah yang tertancap.
Tidak ada orang yang melihat panas tersebut melesat karena saking cepatnya. Berniat tidak ingin membuat keributan di tengah kota, Ia segera berlari ke arah bangunan itu dan meloncat, lalu memanjatnya dengan lincah. Mendarat di atas genteng bangunan bertingkat tiga tersebut, Ia segera mendatangi sosok berjubah itu.
Sosok berjubah tersebut berusaha kabur, tetapi dengan mudahnya ditangkap Dart dan dikunci kedua tangannya ke belakang. Menendang kaki sosok berjubah itu, Dart menjatuhkannya ke atas genteng.
"Oi ..., jawab pertanyaanku! Kenapa kau melesatkan panah di tengah kota?"
"Haha, ha ... HAHAHA!!"
Sosok berjubah hitam tersebut terbahak mengerikan, penuh kegilaan dan tidak jelas mengapa tertawa. Dart melepas tudung yang menutupi wajahnya dengan paksa. Saat itu, hal mengejutkan membuat pria itu terbelalak. Wajah sosok berjubah itu sangat mirip dengan salah satu orang yang dibunuhnya saat menyelamatkan Julia, perbadaan yang ada hanya pada kedua mata yang tidak tertutup perban dan sosok berjubah itu adalah perempuan dengan rambut ungu pendek.
"Ada apa, Tuan Ahli Pedang? Apa kau ragu membunuh orang yang sama untuk kedua kalinya? Jangan cemas, kau akan segera mati!!"
Dari punggung sosok berjubah yang terbaring tengkurap tersebut keluar sebuah pedang yang menusuk ke arah Dart. Secara refleks, pria tersebut melepaskan kuncian tangannya dan meloncat mundur.
"Fu fu fu, seperti biasanya refleks yang menyebalkan. Apa kau benar-benar manusia? Benar kata saudara-saudaraku, engkau mengerikan ...."
Perkataan itu benar-benar ingin Dart balikan kepada perempuan berjubah tersebut. Melihat tubuh perempuan berambut ungu gelap itu yang persendiannya mengeluarkan suara aneh dan kedua tangannya bergerak berputar-putar 360 derajat, Dart melangkah mundur dengan tatapan jijik. Pedang yang keluar dari punggung perempuan tersebut masuk kembali, lalu dari kedua telapak tangannya keluar mata pedang sepanjang dua meter.
"Puppet ...?"
"Salah, salah, salah .... Aku tidak dikendalikan oleh siapa pun. Lagi pula ..., tubuhku masih punya daging ...."
Perempuan itu melepas jubahnya dan memamerkan tubuhnya. Ia mengenakan kimono pendek merah gelap, dan sandal Geta sebagai alas kaki. Ia memang terlihat seperti perempuan normal saat dipandang sekilas, tetapi saat diamati kedua tangan sampai bahu perempuan itu adalah tangan mekanik murni dari kayu, dan pada punggungnya terdapat papan wadah dari kayu untuk menyimpan belasan mata pedang. Alat-alat yang ada pada tubuh wanita itu penuh dengan mekanik aneh, mirip seperti boneka manusia hidup.
"Aku adalah salah satu anak Korwa!! Persiapkan dirimu, Ahli Pedang! Kau akan segera menyusul istri dan para rekanmu!"
Perempuan itu menodongkan mata pedang yang keluar dari telapak tangan kanannya ke arah Dart, lalu menggerakkan jempolnya dan mekanis untuk melesatkan mata pedang aktif. Ctak! Pedang melesat dengan daya dorong dari mekanik.
Melihat mata pedang tersebut melesat dengan kecepatan layaknya panah, Dart menghindarinya dengan mudah. Tetapi saat sekilas melewati pinggir pipinya, Ia melihat pangkal mata pedang tersebut ditempeli kertas azimat.
"Sialan! Ini ...."
Duark!! Pedang tersebut meledak dan serpihannya tersebar. Tubuh Dart terpental ke samping, darahnya berceceran. Berguling di atas genteng, pria tersebut langsung bangun dengan napas terengah.
"Si-Sialan ...."
Kepala Dart tidak hancur karena serangan tadi. Sebelum serpihan besi pedang mengenai kepalanya, Ia memasang Mana yang dipadatkan untuk melindungi tubuhnya. Meski begitu, dirinya tetap terlambat dan tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya, beberapa bagian tubuh seperti bahu kanan, tangan kanan, dan kaki kanan terkena serpihan. Dari serpihan pedang yang menancap pada tubuhnya, darah segar mengalir dan menetes di atas genteng.
"Hmm, kepalamu masih utuh meski mendapat seranganku .... Engkau memang kuat seperti yang dibicarakan saudara-saudaraku. Yah, ini momen terakhir! Temani aku bermain sampai akhir, Ahli Pedang!!"
Perempuan tersebut merentangkan tangan kanannya ke samping. Mata pedang yang tersimpan pada padan di punggungnya bergerak melalui mekanik yang ada, lalu dari telapak tangan kanannya muncul lagi mata pedang sepanjang dua meter.
Menarik napas ringan, pria berambut hitam itu menatap dengan gelap. Meski kondisinya dirugikan karena tidak membawa pedang dan sebagian Mana miliknya tidak bisa digunakan karena struktur Anti Holy yang tersebar di kota, sorot mata Dart malah terlihat seperti singa murka.
Ia mengulurkan tangannya ke depan, lalu membuat senjata dengan teknik pemadatan Mana. Pedang yang tercipta tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, hanya tercipta sebuah pedang satu tangan yang memiliki mata pedang sepanjang kurang dari satu meter dan malah terlihat seperti belati.
"Haha!! Apa itu? Pisau dapur? Jadi efek sihir itu juga berlaku padamu rupanya!"
Dart tidak memedulikan tawa menghina itu, tidak memedulikan perkataan yang keluar darinya, pikiran pria itu penuh dengan rasa khawatir dengan keadaan Mavis dan yang lainnya. Merentangkan tangan kanan yang memegang pedang pendek ke samping, Ia mulai melebarkan kakinya dan memasang kuda-kuda.
"Diam Kau ..., aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu ...."
Dart langsung menggunakan Langkah Dewa dan mendekat sampai pedang pendeknya bisa mencapai perempuan itu. Membaca pergerakan teknik andalan Dart yang hanya bisa digunakan saat kondisi adrenalin ekstrem itu, perempuan tersebut menggunakan mekanik pada kedua tangannya dan melemparkan dua mata pedang dengan berputar acak di udara untuk membatasi ruang Dart bergerak.
Pria berambut hitam tersebut menghilang dari hadapan anak Korwa tersebut. Mengaktifkan mekanik tangan, Ia kembali mengisi pedang pada telapak tangan kanan dari papan di belakang punggungnya. Menusuk ke belakang dengan mata pedang yang keluar dari tangan kanan, Ia tepat sasaran mengenai bahu Dart dan menebuskannya sampai ke belakang. Darah berceceran, pedang Mana padat di tangan kanan pria itu menghilang.
"Kena kau .... HEHE!"
Kornea mata perempuan tersebut berputar dan memiliki bentuk aneh. Melihat hal tersebut, Dart sadar kalau ada semacam mekanis dalam matanya dan dengan itu perempuan tersebut memprediksi pergerakan Dart dan tidak termakan teknik Langkah Dewa.
Mengaktifkan mekanik tangan kiri, perempuan itu memunculkan mata pedang dari telapak tangan dan menusuk Dart tepat di bagian perutnya. Tertusuk dua pedang, pria tersebut sama sekali tidak berteriak dan hanya menatap dengan penuh kegelapan.
"Ah ..., sebaiknya aku tadi bawa Katana cadangan di kamar ...."
"Heh, salah sendiri tidak ba―"
Dart langsung mencengkeram kedua tangan mekanik perempuan tersebut, dengan sangat erat sampai retak dan ... Buak! Tendangan Dart mendarat di perut perempuan itu, dan kedua tangan mekaniknya dicabut paksa. Kabel dan kawat dari mekanik yang ada di dalam tangan buatan tersebut masih melekat. Menarik kawat tersebut dan membuat perempuan yang tubuhnya terpental itu mendekat, Dart langsung menendang wajahnya sampai terlempar dari atas atap.
Seakan tidak memedulikan pedang dari tangan mekanik yang masih tertancap, Dart berari dan ikut meloncat turun. Tubuh perempuan tersebut jatuh ke permukaan tanah, lalu ditambah dengan pukulan Dart yang dengan sangat keras menghujam perutnya menggunakan gravitasi dan momentum jatuh sebagai penambah kekuatan pukulan.
"Aaaah, sialan ...."
Dart mencabut pedang yang menancap pada tubuhnya, lalu membuangnya sembarang. Bersandar pada dinding bangunan dengan bersimbah darah, pria tersebut melihat ke arah jalanan utama. "Untung jatuhnya tidak ke tempat ramai, tapi ke gang ini ...," ucapnya dengan lemas.
"Khu khu! Untuk apa kau melakukan itu? Pada akhirnya, kota ini akan berakhir! Kau sudah terlambat! Semuanya sudah terlambat saat kau keluyuran tidak jelas!" ucap perempuan berambut ungu yang terkapar lemas tersebut. Meski sudah dipukul dengan keras dan efek mati rasa masih ada padanya, kesadaran perempuan itu masih ada dan senyum sombong dengan jelas terlihat dari wajahnya.
"Akh ..., makanya aku tidak membunuhmu dan hanya memakai Mana pengekang untuk menangkapmu. Jadi ..., katakan! Apa yang ingin kau lakukan pada kota ini? Gelombang Anti Holy sebelumnya itu untuk apa? Jangan bilang hanya untuk menyegel sebagian kekuatanku saja?"
"Menyegel kekuatanmu? Hah!! Sombong sekali! Kau hanya bonus! Besar kepala sekali kau, Ahli Pedang!"
"Aku hanya bonus .... Apa tujuanmu mengincari Julia!? Kau ingin menjadikannya katalis pemanggilan Iblis lagi?"
"Dungu ..., engkau sangat dungu! HAHAHA! Tidak kusangka orang ini benar-benar tolol! Apa benar dia material yang tertera dalam Arsip Suci!! Kha! Kha!! Apa otaknya juga isinya otot!!?"
Perempuan tersebut terus tertawa lepas dan menghina. Meski terkapar di atas tanah dan tidak bisa bergerak karena sebagian Mana Dart yang melekat pada tubuhnya dan membuat mati rasa, Ia tetap tertawa terbahak dalam euforia.
Merasa kesal, Dart sempat berniat menginjak tenggorokannya dan membuat perempuan tersebut diam. Tetapi saat mendengar suara ledakkan keras dari arah pusat kota, pria tersebut langsung menoleh ke arah jalanan utama. Terlihat orang-orang berlarian, entah itu Demi-human atau manusia. Suara teriak ramai terdengar dan lampu-lampu lentera mulai padam.
"Sudah dimulai .... Sudah dimulai!! Ritual awal kebangkitan Tuan Kita sudah dimulai!!! Tuanku akan bangkit! Tuanku! Tua―"
"Diam kau berengsek!!"
Dart menendang kepala perempuan tersebut dengan murka sampai terlepas dari lehernya, lalu remuk membentur dinding gang yang keras. Darah dari leher tanpa kepala keluar deras, sedangkan kepala yang remuk menempel pada dinding gang dengan menjijikkan. Amarah pria berambut hitam tersebut benar-benar naik ke permukaan, kening dikerutkan dan sifat temperamentalnya mulai nampak.
Menarik napas dalam-dalam, Ia menurunkan amarah dan mulai berjalan meninggalkan gang gelap. Lekas melihat ke arah kuil besar di tengah kota yang merupakan bangunan penguasa Kota Gahon, di puncak bangun bertingkat-tingkat tersebut terlihat sesosok makhluk yang tubuhnya terbakar api merah membara. Dart merasa tidak asing dengan itu, dan hal tersebut membuatnya tambah menghela napas dengan rasa kesal.
"Haaah! Jadi maksudnya terlambat ini ya! Kalau tahu seperti ini, lebih baik aku tidak menolongnya!"
Sosok berselimut api itu melembarkan bola api ke penjuru kota dan benar-benar membuat porak-poranda semuanya , membakar bangunan-bangunan, beserta semua orang yang dilihatnya. Dengan cepat salah satu kota di Provinsi Garinsha tersebut terbakar api merah membara, menyala terang di bawah langit malam penuh yang mulai tertutup awan.
Dart berjalan ke arah makhluk berselimut api itu, melawan arus orang-orang yang berlarian kabur dari kobaran api. Tatapan pria itu semakin gelap, aura berwarna biru tua mulai terpancar kuat dari tubuhnya. Itu bukanlah Mana yang biasa Dart gunakan, lebih cenderung seperti vitalitas yang langsung diakses dari Inti Sihir dan digunakan.
"Battle Art .... Wrathful ....."
Otot-otot Dart mengencang, seluruh tenaga dan kekuatan yang terpendam dalam tubuhnya digunakan secara paksa dengan kemarahan sebagai pemicu utama. Berhenti melangkah, pria tersebut mengangkat tangan kanannya setinggi mungkin. Dalam hitungan detik, aura biru tua yang menyelimutinya memusat dan memadat membentuk sebuah pedang satu tangan sepanjang dua meter.
"Ah ..., mengesalkan. Kenapa harus saat seperti ini ..., kenapa harus kota ini .... Apa kalian tidak bisa berhenti? Bangsat ...."
Orang-orang yang berlari melewati Dart menghentikan langkah kaki secara serentak. Tatapan mereka terlihat kosong, air liur mengalir seperti anjing, dan gelagat terlihat seperti kehilangan akal. Sedikit melirik, pria tersebut sudah tahu secara penuh kalau orang-orang tersebut telah mati dan menjadi mayat yang dikendalikan oleh sebuah mantra. Jarum terlihat tertancap di pembuluh darah mereka, entah itu di leher atau pergelengan tangan, itu menjadi bukti kuat kalau mereka dikendalikan.
Bukan hanya orang-orang di sekitar Dart, tetapi beberapa orang yang berlari melewatinya tadi sebagian juga adalah mayat yang dikendalikan dengan jarum berwarna keemasan. Seakan tidak memedulikan semua hal itu, Ia menurunkan pedangnya dan mulai berjalan maju. Sebagian besar mayat hidup yang mengepungnya adalah para prajurit dan penjaga kota Gahon, bersenjatakan Katana dan tombak.
Salah satu mayat menyerang dan menerkam ke arah Dart. Sebelum bisa menyentuhnya, dengan gerakan sangat cepat Ia membelah mayat itu menjadi dua bagian. Mayat hidup menyerang lagi secara serempak, dan Dart menebas mereka tanpa ragu sedikit pun meski tahu mayat-mayat tersebut adalah penduduk kota.
"Wah! Wah! Kau bahkan tidak ragu membunuh mereka .... Salah satunya mungkin orang yang kau kenal, loh."
Suara penuh kesombongan dan rasa bangga terdengar dari balik barisan mayat yang mengusik Dart. Barisan mayat terbuka, dan sosok tersebut memperlihatkan dirinya. Tidak jauh berbeda dengan perempuan yang Dart bunuh tadi, sosok berjubah hitam yang berdiri di tengah para mayat tersebut memiliki paras wajah yang sama, suara yang sama, dan bahkan tinggi badan yang sama.
"Perkenalkan, diriku salah satu anak Korwa .... Wahai Tuan Ahli pedang, mari bermain denganku dan saling membunuh! Ini perayaan untuk Tuan Kami! Mari kita rayakan malam penuh berkah kekacauan in―"
"Akh ..., kenapa ... kenapa! Kenapa! Harus seperti ini!! Bangsat! Anjing! Tengik!!"
Aura biru gelap kembali terpancar darinya, dengan begitu kuat, tajam, dan warnanya semakin gelap penuh unsur kekacauan. Melangkahkan kaki ke depan, pria berambut hitam itu menebas para mayat hidup di sekitarnya tanpa ragu sedikit pun dan mendekat ke perempuan berambut ungu tersebut. Seakan tidak takut sama sekali, perempuan berambut ungu itu menggigit pergelengan tangannya sediri dan melangkah mendekati Dart.
Crat!! Kepala dan kedua tangan perempuan itu terpotong dengan mudah. Tetapi tubuhnya terus bergerak maju, lalu jatuh ke arah Dart seperti hendak memeluk. Saat Dart melangkah mundur dan membiarkan mayat perempuan itu ambruk ke tanah, para mayat hidup yang dikendalikannya bergelimpangan dan benar-benar menjadi mayat .
Amarah Dart mulai berganti dengan kebingungan dengan apa yang terjadi. Rasa ketidaktahuan membuat pria berambut hitam itu ragu melangkah maju dan terdiam sesaat. Mendengar suara ledakkan dari bola api yang dilemparkan oleh makhluk api membara di atas menara, Dart tersentak dan pikirannya sedikit kembali jernih.
Tidak memikirkan apa yang hendak dilakukannya, pria itu langsung berlari dan tetap mencari istrinya meski kota telah berkabar dan jatuh dalam kekacauan. Dari pada nyawa semua orang yang ada di tempat tersebut, pikiran Dart penuh dengan rasa khawatir akan keadaan Mavis.
Sebelum jauh berlari, potongan tangan perempuan yang tadi Dart penggal melayang dengan cepat dan langsung melingkar ke lehernya dan mencekik. Langkah kakinya terhenti, tetapi Ia sama sekali tidak merasa kesakitan atau kesulitan bernapas. Memegang potongan tangan tersebut, Dart mematah-matahkan tuangnya dengan cengkeraman sampai tidak bergerak lagi. Suara tulang-tulang yang diremukkan terdengar jelas, lalu setelah tidak bergerak lagi Dart melemparkannya ke dalam kobaran api yang membakar bangunan di pinggir jalan.
Menatap ke arah makhluk berselimut api di atas kuil utama, Dart paham dan memastikan apa yang dirasakannya. Makhluk itu adalah Julia yang benar-benar dikuasai oleh Iblis, berkobar dengan wujud sempurna dari salah satu Pangeran Iblis yang dipanggil secara Invoke.
Tanpa ragu, kakinya kembali melangkah menuju kuil utama, melalui kobaran api tanpa peduli apa yang akan dihadapinya. Tujuan utama bukan untuk melawan makhluk yang melemparkan bola api ke penjuru kota itu, melainkan menuju tempat paling tinggi untuk mencari istrinya. Menyelamatkan kota hanya sebagai sampingan dalam pola pikir pria itu.
Menggunakan Mana padat sebagai pijakan, Ia terus meloncat sampai ke puncak kuil yang menjadi bangunan tertinggi di kota. Mendarat di atas genteng puncak kuil, pria itu langsung meningkatkan auranya. Dari tempatnya berdiri, Dart dengan jelas bisa melihat ke penjuru kota yang sebagian besar telah terlahap kobaran api. Begitu juga sang Iblis Api Amon, Ia dapat dengan jelas melihat manusia yang berani menghadapinya tersebut.
Berjalan di atas genteng kuil yang terbakar, Dart menyiapkan pedang Mana berwarna biru gelap. Melihat tatapan Dart yang benar-benar datang dengan niat bertarung, sang Iblis berkata, "Manusia ..., diriku tak ingin melawanmu. Pergilah dan biarkan diriku ini menyelesaikan kewajiban menyedihkan ini ...." Langkah Dart terhenti saat mendengar suara Julia yang bercampur dengan suara Iblis tersebut.
"Tidak ingin bertarung? Setelah membuat kekacauan ini? Setelah membunuh banyak orang? Yang Benar saja!!"
"Benar .... Diriku tidak ingin bertarung denganmu. Engkau adalah salah satu faktor penting untuk kedatangan Tuan kami ...."
Iblis yang mengenakan gaun api itu mengulurkan tangannya ke depan, memasang wajah sendu dan enggan untuk menyerang. Di tengah kobaran api yang membara, suara kayu yang patah terbakar api, asap yang membumbung tinggi ke langit yang mulai gelap, Iblis api berambut merah tersebut sama sekali tidak ada niat menyerang.
"Manusia ..., sadarilah kebenaran dunia ini .... Engkau memiliki kepantasan untuk itu. Fakta selalu tersembunyi, menjadi rahasia dan terpendam dalam kebohongan. Apa yang diceritakan tidaklah selalu kebenaran."
"Apa yang kau bicarakan .... A ..., terserahlah! Aku hanya akan menyelesaikan apa yang harus kulakukan .... Membunuh makhluk sepertimu, dan segera mencari istriku ...."
Dart memasang kuda-kuda, mengangkat pedangnya dengan dua tangan dan siap menyerang. Melihat sosok berambut panjang merah tersebut tidak bersiap sama sekali, murka Dart mulai naik dan membuatnya kehilangan pikiran rasional. Pria itu menerjang ke arah Amon, lalu menebaskan pedang ke arahnya.
Hanya dengan jari telunjuk, serangan tersebut ditahan Amon. Dart langsung meloncat mundur, lalu berlari memutari makhluk itu untuk mencari celah. Menyerang kembali, Iblis Api tersebut menghentikan serangan-serangan Dart hanya dengan satu tangan.
"Berhentilah ..., manusia .... Engkau tidak akan bisa menang melawanku. Meski engkau bisa membunuhku pun itu sudah terlambat, kota ini sudah berakhir ...."
"Berisik!!"
Dart menggunakan teknik Langkah Dewa dan masuk ke dalam jangkauan Amon. Menggunakan Teknik Pedang: Tidak Tanduk, Dart melancarkan tiga tusukan secara beruntun ke satu titik dada Iblis tersebut. Tetapi sama seperti serangan-serangannya tadi, serangannya sama sekali tidak bisa melukai tubuh Amon karena pelindung api yang benar-benar tidak bisa ditembus.
"Percuma, itu sangat percuma ...."
Iblis tersebut memegang pundak kiri Dart, lalu membakar pundaknya. Pria tersebut langsung mengayunkan pedangnya ke tangan Iblis untuk membuatnya melepaskan pundak, lalu meloncat ke belakang menjaga jarak.
Dart segera mengamati Iblis tersebut. Dari wujudnya, Iblis itu benar-benar mengambil alih tubuh Julia dan menguasainya. Salah satu ekor Nekomata tersebut yang telah dipotong tidak mempengaruhi kondisi perasukan tersebut, dan Dart memutuskan mencari cara selain memotong satu ekor yang tersisa.
Sebelum memutuskan rencana, tiba-tiba kobaran api yang membakar kota mulai meninggi dan membentuk pilar-pilar api. Dart menoleh dengan kaget, melihat pilar-pilar api tersebut mulai tersambung satu sama lain membentuk sebuah pola dengan kobaran api yang membakar kota.
"A-Apa itu!?"
"Persiapan akar sudah siap, ritual siap dilakukan .... Manusia, engkau pikir diriku membunuh karena suka? Engkau pikir diriku membakar karena ingin? Diriku hanya menyelesaikan tugas .... Dengan ini, tempat ini sepenuhnya menjadi altar pemanggilan yang sempurna. Sisanya tinggal anak-anakku yang akan memulai ritualnya."
"Ritual? Anak!? Apa yang kau bicarakan! Apa yang ... terjadi ...."
Iblis berselimut api tersebut membungkuk dengan anggun seraya mengangkat gaun apinya, lalu menyilangkan kaki kirinya ke belakang kaki kanan. "Maaf telat memperkenalkan diriku, wahai manusia. Diriku adalah salah satu Pangeran Iblis, Penguasa Kemurkaan, Amon Amon Opriana Korwa .... Leluhur orang-orang yang kau selalu bunuh saat mengagalkan pemanggilan Iblis," ucapnya dengan nada anggun. Ia kembali berdiri tegak, lalu memasang senyum datar tanpa rasa ikhlas.
"Korwa ...?"
"Ya, mereka semua adalah keturunanku. Orang-orang yang engkau bunuh dan sebut Aliran Sesat, diriku adalah dalang dibalik semua pemanggilan Iblis yang ada .... Meski lahir dengan cara yang berbeda, para Korwa adalah keturunanku yang memiliki darah manusia di pembuluh darah mereka."
Meletakkan telapak tangan ke dada, Amon kembali berkata, "Bahkan gadis ini .... Dia adalah salah satu keturunan yang lahir dari hubungan gelapku dengan salah satu budak yang diriku beli saat masa Perang Kuno .... Salah satu keturunan yang lahir dari rahimku sebelum tubuh makhluk menyedihkan ini hancur. Entah berapa generasi setelah Ia diusir dari Neraka karena kesalahanku, akhirnya diriku bisa menemukan keturunannya ...."
Tangan Dart gemetar, rasa ragu menyerangnya semakin kuat dan aura yang menyelimuti pria tersebut mulai menghilang. Dart benar-benar paham apa yang dikatakan Amon. Salah satu Pangeran Iblis itu mirip seperti manusia, memiliki keluarga dan sedih akan rasa kehilangan. Dari raut wajah sang Iblis, Dart sangat tahu akan hal tersebut.
"Engkau tak perlu mengasihaniku, Manusia. Kita musuh, diriku telah membunuh banyak orang dan membawa banyak kehancuran .... Diriku sudah siap mendapat hukuman seberat apapun itu .... Ini peranku."
"Kenapa ... kenapa meski sudah tahu kalau ini salah kau tetap melakukannya!? Untuk apa!? Memangnya siapa tuan kalian! Kenapa harus berakhir seperti ini!!"
Amarah Dart bercampur dengan perasaan lain, membuat pria tersebut benar-benar kehilangan niat mengayunkan pedangnya. Melihat ekspresi yang ada pada pria tersebut, Amon tersenyum tipis dan mengulurkan kedua tangannya ke depan.
"Semuanya demi Tuan kami .... Kehancuran ini, pengorbanan ini, demi Tuan kami."
Dart kembali murka mendengar alasan seperti itu lagi. Tanpa ragu, Ia melesat ke arah Amon dan menusuknya dengan pedang Mana. Pedang benar-benar menghujam perut Iblis tersebut, tembus sampai punggungnya. Darah berceceran, membuat Dart terkejut dan melepas bentuk pedang Mana yang digenggam.
Memeluk Dart, Amon berbisik, "Kelahirannya adalah pembawa perubahan untuk tetap menjaga dunia ini tetap ada .... Tragedi ini adalah pupuk untuk generasi penerus .... Peranku telah berakhir, fajar kelak akan datang dan siklus menyedihkan ini akan berakhir ...."
Tubuh Julia ambruk ke Dart, dan Amon terlepas dari tubuh perempuan kucing tersebut. Melayang dalam bentuk api, wujud sang Iblis dengan cepat lenyap dan padam dengan mudahnya. Dart hanya terbelalak, berlutut dengan perempuan bersimbah darah yang memeluknya. Dalam benak pria tersebut, dirinya sadar apa yang terjadi dalam hidupnya salam ini bukanlah proses menuju akhir, melainkan baru saja akan masuk ke garis Start untuk awal dari kekacauan yang sebenarnya.
Pilar-pilar api yang membentuk sebuah lingkaran sihir dengan struktur pemanggilan mulai aktif, semua pilar api yang keseluruhan berjumlah 101 buah mulai membentuk garis-garis berpola yang sangat rumit. Dart tidak memperhatikan semua itu, perhatiannya langsung terpusat pada objek yang mulai melayang tepat di langit kuil tempatnya berada. Ia membaringkan Julia ke atas genteng, lalu menatap lebar ke langit.
Terikat pada sebuah batang kristal raksasa bercahaya ungu, Mavis terlihat penuh bakar dan darah berceceran dari tangannya. Di sisi lain batang kristal tersebut, terikat Proten dengan rantai yang sama dan dalam kondisi lebih mengenaskan, kedua tangannya hancur dan wajahnya penuh luka bakar.
"Ka-Kalian .... kenapa kalian sampai seperti itu .... Mavis ... Proten ...."
Tubuh Dart gemetar ketakutan, bercampur dengan amarah yang melonjak dengan cepat. Aura biru gelap langsung menyelimutinya dan pedang Mana padat langsung tercipta dalam genggaman tangan kanan.
Kristal itu melayang ke langit, menuju pusaran awan yang mulai terbentuk dan membuat kegelapan pekat. Sebelum Dart sempat bergerak dari tempatnya, tangan tengkorak raksasa langsung keluar dari pusaran awan dan menggenggam kristal bersama Mavis dan Proten. Tangan tengkorak raksasa itu kembali ke dalam pusaran membawa semua yang digenggamnya.
"Aaaaaaaa ... aaaa ... aaaaaaakh!!!"
Dart menjerit histeris, aura kemurkaannya benar-benar kacau dan membuat kesadarannya seakan melayang. Rambutnya perlahan memulih sebagian dan kulitnya mulai mengerut, vitalitas pria itu benar-benar terperas keluar bersama kemurkaan yang meledak-ledak.
Getaran tiba-tiba terasa, pada detik itu Anti Holy yang tersebar ke seluruh kota menghilang dengan sendirinya. Aura yang menyelimuti Dart semakin kuat, mulai bercampur dengan unsur suci dengan kacau dan merusak dirinya sendiri.
Cahaya terang terpancar dari pusaran awan dan menyinari daratan. Bersamaan dengan itu, kobaran api yang membakar kota seketika padan dengan cepat saat terpapar cahaya, meninggalkan pemandangan kota penuh bangunan-bangunan gosong yang rata dengan tanah.
Dari pusaran di langit tersebut mulai turun sosok yang tidak diharapkan semua orang. Bentuknya begitu mengerikan, tidak teratur, dan unsurnya sangat kacau. Bentuknya seperti raksasa dengan tubuh gumpalan daging yang ditempel-tempelkan menjadi satu, memiliki dua tangan daging tidak beraturan bentuknya dan tentakel-tentakel sebagai kaki. Melayang di udara dengan sepasang sayap bulu dan sepasang sayap daging, Ia mulai mengeluarkan suara mengerikan yang terdengar seperti jeritan penuh rasa sakit. Unsur makhluk tersebut terasa sangat menyimpang, gabungan antara kekuatan suci dan kegelapan yang bercampur aduk menjadi satu makhluk.
Saat Dart melihat monster tersebut memiliki dua kepala, dirinya langsung tahu sosok mengerikan itu terbuat dari apa. Rasa murka semakin kacau, membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan hanya berteriak murka tak jelas.
Bersamaan dengan munculnya sosok monster tersebut, tentakel-tentakel keriput berukuran besar mulai turun dari dalam awan dan menyentuh permukaan, menghancurkan semua hal yang masih tersisa di kota.
Makhluk-makhluk mengerikan ikut keluar dari pusaran, mereka memiliki bentuk seperti burung bersayap tetapi tubuh mereka benar-benar terdiri dari gumpalan daging dan tentakel yang mengerikan, mengeluarkan lendir dan terlihat menjijikkan.
Kekacauan yang tadinya dikira telah berakhir saat kobaran api padan ternyata masih berlanjut. Orang-orang di bawah berlarian, kocar-kacir melarikan diri dari serbuan makhluk-makhluk yang datang bersama raksasa bersayap bulu dan daging.
Di saat Dart tidak bisa mengendalikan amarahnya, sebuah tombak petir keemasan melesat langsung ke arah monster raksasa bersayap tersebut. Tombak itu membakar salah satu sayap dagingnya, tetapi tidak bisa membuat makhluk setinggi dua puluh meter lebih itu jatuh. Dalam hitungan detik, sayap tersebut beregenerasi dan pulih seakan tidak pernah mendapat serangan.
Dart berusaha menenangkan dirinya dan melihat ke arah sumber tombak petir dilemparkan. Tepat di antara bangunan yang sebagian besar sudah ambruk dan rata dengan tanah, sosok Huli Jing berambut cokelat gelap tersebut berdiri dan sama sekali tidak menyerah atau putus asa. Darah mengalir dan berceceran dari luka di tubuhnya, kakinya bahkan tidak bisa berdiri dengan baik dan gemetaran. Meski begitu, sesaat setelah Anti Holy hilang sosok Huli Jing tersebut langsung menggunakan kekuatannya untuk meregenerasi tubuh dan bergerak menyerang monster bersayap tersebut.
Membuat lingkaran sihir berlapis di atas telapak tangan, struktur tersebut langsung mengolah Mana menjadi tombak petir melalui pemrosesan perubahan sifat dan bentuk. Menggenggam erat tombak itu dengan erat, Ia langsung melemparkannya ke arah monster yang melayang di langit kuil utama dan kembali membakar sayap daging makhluk raksasa tersebut.
Dart tertegun melihat Fiola masih belum menyerah, entah itu pada keadaan yang ada sekarang atau keselamatan Mavis dan Proten. Menggeretakkan giginya, pria tersebut berusaha mengendalikan kekuatannya yang lepas kendali dan meningkatkan tekanan Mana sampai pada batasnya. Ia memeras semua yang ada, tidak untuk pertarungan jangka panjang melainkan untuk satu momen dirinya menggunakan seluruh apa yang dimiliki.
Memusatkannya pada pedang Mana di genggaman tangan, pria tersebut memasang kuda-kuda dan bersiap melesat melawan makhluk raksasa tersebut. "Battle Art: Wrathful!!" Pria berambut hitam tersebut langsung berlari melesat dan meloncat ke atas menggunakan Mana padat sebagai pijakkan.
Tetapi tanpa bisa menyerang makhluk raksasa tersebut, salah satu tentakel raksasa diayunkan ke arahnya dan memukul jatuh Dart. Tubuh melesat jatuh dari ketinggian dan membentur genteng salah satu bangunan dengan telak. Meski sudah menguatkan tubuh dan menahan dampak hentakan dengan Battle Art, beberapa tulangnya retak dan darah keluar dari mulutnya. Luka pada perut dan bahu yang dirinya dapat sebelumnya bertambah parah dan membuatnya semakin lemas.
Kesadarannya pudar, tubuhnya kaku tak mau digerakkan. Mengulurkan tangan ke arah monster tersebut, Dart menghujat, "Sialan! Kenapa harus seperti ini! Kenapa takdir begitu kejam .... Aku hanya ingin bersama dengannya ..., tidak lebih dari itu .... Tapi! Mengapa harus seperti ini ....."
Salah satu kepala monster raksasa bersayap itu membuka mulutnya, lalu membentuk sebuah galah raksasa dari gumpalan daging. Mengincar Dart yang terkapar di bawah, galah merah tersebut melesat dengan kencang. Pria itu tidak menutup mata, terus menatap dengan mata terbuka lebar dan mengutuk takdir.
Sebelum tombak mengenai tubuhnya, Fiola datang menyelamatkan Dart dari tusukan galah besar tersebut. "Fiola ...?" Mereka turun di atas atap bangunan yang masih berdiri tegak dan tidak terbakar. Melihat raut wajah perempuan itu yang masih belum menyerah sama sekali, api semangat kembali berkobar semakin kuat dalam diri Dart.
Menghadap ke arah monster raksasa tersebut, kedua orang itu mulai meningkatkan tekanan aura mereka dan berniat melawan meski kesempatan menang sangatlah tipis.
"Tuan Dart .... Di dalam makhluk itu ...."
"Ya ..., Mavis dan Proten ...."
"Kalau begitu caranya sederhana ..., kita harus menarik mereka. Seperti struktur pemanggilan Iblis pada umumnya, asal koneksi dengan mediumnya putus, entah itu Iblis kelas atas sekalipun mereka akan hancur di dunia ini."
"Apa benar ... makhluk itu Iblis ... Auranya ... bercampur dengan aura Mavis saat dalam bentuk manifestasi malaikat .... Gumpalan daging itu juga makhluk suci?"
Tidak memedulikan perkataan Dart, Fiola membuat tombak petir keseemasan dan memegangnya dengan tangan kanan. Tombak petir tersebut berbentuk seperti Mana yang dipadatkan seperti teknik yang sering digunakan Dart, tetapi juga memiliki unsur petir yang sangat kuat dan bersinar terang.
"Siapa yang peduli .... Asal Nona dan Nyonya selamat, itu sudah cukup .... Saya akan mencari Inti monster itu yang mungkin mereka berdua ada di dalamnya, Tuan Dart tolong alihkan perhatian monster itu sesaat ...."
"Ya ...."
Fiola merentangkan tombaknya ke samping dan mulai berancang-ancang. Dart meloncat dan naik ke atas tombak tersebut. Membungkukkan tubuh, pria tersebut dilemparkan ke arah monster tersebut dan melesat dengan cepat ke udara.
Monster raksasa bersayap bulu dan daging itu menyabetkan tentakelnya ke arah pria tersebut, pada waktu bersamaan beberapa makhluk yang terbang di sekitar monster itu mulai menyerang serempak. Menciptakan pedang di telapak tangan kanan dan kiri, pria itu langsung menebas semua makhluk bersayap yang menyerangnya dan menghindari sabetan tentakel raksasa.
Menggunakan tentakel sebagai pijakan, pria berambut hitam itu berlari memanjat menuju tubuh utama sang monster. Pria itu tak terhentikan, serangan monster-monster yang terbang di sekitar makhluk raksasa itu dihindari dengan mudah seraya menghabisi mereka dengan pedang di kedua tangan.
Meloncat ke depan monster berkepala dua itu, Dart langsung memusatkan Mana miliknya dan memperbesar ukuran kedua pedangnya. Menggunakan Teknik Pedang: Cakar Ganda, Ia menebas salah satu kepala dan menyerap kekuatannya.
Serangan dari salah satu tentakel datang ke arahnya, karena berada di udara dirinya tidak bisa menghindar dan hanya bisa bertahan dengan senjata. Tubuh Dart terpelanting jatuh ke bawah dengan cepat. "HAAAA!!" Tidak menyerah dan membarakan amarahnya, pria itu langsung berputar di udara dan membuat Mana padat sebagai pijakkan. Ia berhenti terlempar dan memijak, suara beberapa tulang kakinya yang retak terdengar.
Tidak memedulikan rasa sakit yang ada, pria tersebut kembali meloncat ke arah monster raksasa berkepala dua tersebut dan menebaskan pedangnya. Bergerak dengan cepat dan meloncat ke sana kemari, Ia terus menebaskan pedangnya ke tubuh raksasa itu dan memperlambat regenerasinya dengan menyerap vitalitas raksasa mengerikan tersebut.
Dari permukaan, Fiola yang telah menyiapkan sihirnya mengunci sasaran dan melemparkan tombak petir. Melesat dengan sangat kencang, tombak tersebut menghujam dada monster raksasa itu dan membakar dagingnya. Dari luka yang terbentuk tersebut, sebuah kristal ungu terlihat dan di dalamnya samar-samar terlihat seseorang yang menjadi inti makhluk tersebut. Dart yang melihat hal itu langsung meloncat melesat dan berusaha meraihnya. Tetapi karena regenerasi yang cepat, kristal besar berwarna ungu tersebut langsung tertutup kembali daging dengan cepat.
Sabetan tentakel mengenai Dart yang melayang di udara dan benar-benar membuat pria tersebut terlempar keras ke bawah. Berputar di udara, Ia membuat Mana padat sebagai pijakkan. Meski kedua kakinya kembali retak dan mengeluarkan suara tulang patah, pria itu kembali melesat dan menyerang.
Begitu pula Fiola, Ia terus menyiapkan sihirnya dan mencari momen yang tepat untuk menyerang, membuat kesempatan bagi Dart untuk menarik Mavis dan Proten keluar dari tubuh monster raksasa tersebut.
Mereka bertarung, melawan, dan terus menyerang. Tanpa memedulikan tubuh yang sudah sedari tadi melewati batasnya, mereka terus meronta dan melawan takdir yang menghadang. Tidak peduli apa yang akan terjadi nantinya, kedua orang tersebut hanya ingin menyelamatkan orang-orang yang berharga dalam hidup mereka.