Ketika aku terbang ke arah dekat dengan perbatasan hutan dan wilayah luar aku memikirkan bagaimana yang akan terjadi sesampainya aku di luar sana. Selama sepuluh tahun ini aku jauh dari bersosialisasi dengan dunia luar, jadi perubahan yang terjadi selama sepuluh tahun ini aku tidak tau sama sekali.
"Berhenti di sini saja deh daripada menarik perhatian orang lain." perbatasan hutan ini yang sebelah timur tidak jauh dari sebuah kota yang cukup besar untuk orang lain, tetapi menurutku sangat besar.
Aku berjalan keluar menuju bagian luar dari hutan. Aku berhenti tadi setidaknya ada jarak 1 KM agar tidak terlihat oleh siapa pun yang ada di luar sana. Biarkan mereka menganggap diriku hanyalah orang biasa tanpa bisa menggunakan sihir. Berbahaya kalau ada yang tau bahkan aku penyihir.
"Akhirnya bertemu dengan kota juga. Baru kali ini aku melihat sebuah kota sepanjang hidupku. Bahkan tinggal di hutan pun lebih lama dari tinggal di desa."
Aku berjalan mendekati tembok yang membatasi bagian luar dan dalam kota. Melihat tembok yang besar ini aku cukup kagum betapa kuatnya pertahanan kota ini, tidak seperti desaku yang bahkan tak punya pagar.
Semakin mendekat ke kota dan mendekati gerbang pintu masuk kota itu, aku sadar betapa luasnya dunia Kimino ini dibanding dengan pengetahuanku. Masih banyak hal yang belum pernah aku ketahui dan pelajari, jadi kali ini aku akan pelajari semuanya supaya pengetahuanku lengkap.
"Tolong tunjukkan kartu identitasmu." tiba-tiba sebelum aku masuk ke dalam kota, aku dihentikan oleh penjaga yang ada di situ.
Kartu identitas? Apa itu? Aku tidak pernah tau apa lagi memilikinya, tentu tidak mungkin. Di saat itu aku diam kebingungan tidak tau harus melakukan apa.
"Aku tidak punya." hanya itu yang bisa kuberikan kepadanya.
"Tidak punya? Kau berasal dari mana? Arah kau datang tadi dari dalam hutan bukan?" kelihatannya penjaga itu tidak mempercayai diriku.
"Benar, aku datang dari hutan. Kenapa memangnya?"
Penjaga di sini aneh sekali, aku tidak pernah bertemu dengan orang macam seperti ini. Tampang mukanya pun kelihatannya begitu garang dan tegas. Mungkin aku akan sedikit mengalami kesulitan masuk ke dalam kota.
"Kau tidak boleh masuk. Kau datang dari dalam hutan dan tidak punya kartu identitas." hah sudah kuduga hal ini akan terjadi.
"Tolong percaya kepadaku tuan. Aku hanyalah seorang yang datang dari jauh. Aku berasal dari desa yang ada di seberang hutan ini. Butuh waktu aku melewati hutan dengan kabut setebal ini." kalau tidak bisa masuk dengan cara biasa, aku harus menggunakan cara memelas.
Kalau tidak begini pasti aku akan lebih dipersulit olehnya. Aku tidak ingin membuang waktuku untuk hal semacam ini. Seandainya aku bisa menyingkirkan mereka dengan sihir, tetapi tidak mungkin kan aku membuat mereka tau aku adalah seorang penyihir?
"Kau...! Dasar, untung aku masih punya hati yang berbelas kasihan. Tetapi aku tidak bisa membiarkan dirimu masuk begitu saja, taruh tanganmu di atas bola ini."
Orang itu mengambil suatu bola yang berletak tidak jauh dari tempat berjaganya. Aku rasanya kenal dengan bola itu, itu kan bola pengecek kekuatan sihir!? Orang ini pasti mencurigai diriku sebagai seorang penyihir, bagaimana ini…?
[Jangan khawatir, sembunyikan kekuatan sihirmu saja. Lenyapkan dan biarkan bola itu tidak mendeteksi apa pun.] untung saja mereka mau membantu diriku.
'Tetapi apakah itu pasti berhasil?' aku masih meragukan bahwa menyembunyikan kekuatan sihirku.
Kalau sampai ketahuan urusannya akan lebih sulit daripada yang aku duga nantinya. Apa tidak ada jalan lain untuk masuk dengan pengecekkan sihir ini? Aku tidak mau melakukan hanya setengah-setengah yang menyebabkan diriku ketahuan.
[Aku punya cara lain, akan menanggulangi lebih baik, tapi efek sampingnya ada, yaitu merusak tubuhmu sendiri.] kenapa ada sihir yang berguna harus ada bayarannya?
Aku tidak ingin ketahuan, tetapi aku juga tidak ingin melukai tubuhku sendiri. Mending pakai cara yang pertama tadi saja deh. Kalau aku memaksakan diri aku malah takut bahwa ada masalah yang lebih besar terjadi.
"Bola itu? Bola apa itu?" aku tidak ingin diketahui bahwa aku sudah tahu bahwa itu adalah bola pengukur kekuatan sihir.
"Ah hanya bola pengecek apakah kau orang berbahaya atau tidak. Soalnya tingkat kriminalitas semakin bertambah beberapa tahun terakhir ini karena suatu hal."
Penjaga itu tidak berkata jujur, dia mengatakan bahwa itu bola pengecek tingkat bahaya seseorang. Ada benarnya sih sedikit, tetapi lebih condong ke arah berbohong. Namun mana aku peduli, ucapanku yang sebelumnya hanyalah pengecoh untuk tidak membuatnya curiga.
Yang kupikirkan bukan hanya itu, tetapi kalimat kedua yang dia ucapkan. Tingkat kriminalitas beberapa tahun terakhir meningkat? Ada yang sebenarnya terjadi?
"Kalau aku boleh tau dari berapa tahun yang lalu?" aku berbicara seiring menaruh tanganku di atas bola agar dia tidak sepenuhnya fokus kepada hasil bacaan bola itu.
"Ah mungkin delapan atau sembilan tahun yang lalu? Mungkin sepuluh lebih tepatnya. Ngomong-ngomong tidak ada cahayanya berarti kau orang baik. Silahkan masuk."
Sepuluh tahun terakhir ya? Ada ada hubungannya dengan mama? Tidak mungkin aku bertanya dengan sembarangan karena aku sendiri masih dicurigai olehnya walau tidak terlalu seperti pada awalnya. Untuk sekarang masalah ini simpan saja dulu, pasti ada saat yang tepat untuk mencari tahu lebih lagi nanti.
"Benarkah? Terima kasih!" aku diperbolehkan lewat masuk ke dalam kota oleh penjaga satu itu.
"Oh ya satu lagi nona. Sebaiknya jangan berlama-lama untuk tidak membuat kartu identitas. Mungkin sekarang hanya untuk masuk ke dalam kota, tetapi fungsinya ada sebagai alat transaksi." walau curiga denganku orang ini tetap baik kepadaku, bahkan aku dipanggil nona barusan.
Mendengar ucapannya aku berterima kasih dan masuk ke dalam kota. Oh ya aku lupa bertanya di mana aku bisa membuat kartu identitas yang dia maksud. Hari masih terang, kurasa aku menjelajahi tempat ini untuk mengetahui bangunan apa saja dan apa fungsinya.
"Kota ini sangat besar, sangat maju juga dibandingkan desaku yang hanya mengandalkan alam saja." aku sedikit terkagum akan kota ini.
Kota ini bekerja dengan sihir, tetapi sebagian juga kerja mekanik yang tidak menimbulkan masalah seperti dunia tempat Sin berada, yaitu yang disebut polusi. Setidaknya begini lebih baik. Kota ini sangat indah, aku jadi bingung harus ke mana.
Tetapi sekarang tujuanku adalah mencari tempat membuat kartu identitas. Kalau mencari tahu sendiri pasti akan sulit karena aku tidak tau bentuknya. Tetapi kalau aku membaca sedikit dari memori Lucifer, aku setidaknya bisa membayangkan apa yang dimaksudnya.
"Jadi mungkin seperti itu kartu identitasnya… juga mungkin membuatnya perlu di sebuah gedung yang ada di kota ini. Aku harus bertanya kepada warga di sini."
Karena mencari sendiri akan memakan waktu dan kemungkinan aku tersesat lumayan besar maka aku bertanya saja kepada warga di sekitarku. Awalnya mereka tidak mau menjawabku, tetapi setelah lewat beberapa orang yang kutanyai akhirnya ada yang mau menjawab.
Seorang perempuan mungkin umurnya sama denganku memakai pakaian aneh yang belum pernah kulihat, namun aku tau kalau itu yang mungkin disebut dengan nama seragam menjawab pertanyaanku. Perempuan itu adalah seorang yang bukan dari ras manusia, dia punya telinga yang panjang dan warna rambut yang sedikit mencolok, warna biru muda. Kalau kepribadianku lain menyebut, dia itu seorang Elf? Atau mungkin Peri?
"Kau ingin membuat kartu identitas? Tepat sekali aku juga ingin ke tempat itu untuk mengambil misi. Mari ikuti aku." gadis itu sungguh baik kepadaku sampai membawaku kepada satu gedung yang tadi sudah kulewati.
Gedung itu lumayan besar, tetapi tidak terlalu mencolok. Mungkin pada dasarnya orang yang tinggal di tempat ini sudah mengenal seluruh tempat yang ada di kota ini. Namun kalau aku berpikir lebih keras setiap gedung punya tanda yang berbeda di luar gedung itu dekat pintu masuknya. Kalau gedung ini punya tanda lambang bintang dan pedang.
"Membuatnya ada di dalam gedung ini. Kau bisa membuatnya sekarang kalau kau mau. Kalau begitu aku tinggal dulu ya. Mungkin kalau takdir berkehendak kita akan bertemu lagi." orang itu masuk ke dalam gedung itu sebelum aku sempat berterima kasih kepadanya.
"Orang yang aneh." walau begitu aku tersenyum karena dia sudah mau membantuku.
Karena aku tidak punya keperluan lain yang lebih penting, kurasa sekarang waktu yang tepat untuk membuat kartu identitas itu. Jadi aku melangkahkan kakiku ke dalam gedung itu. Uaaah, bau apa ini, baunya sangat mencolok.
"Huh!? Muka baru!" tiba-tiba semua orang menengok ke arahku.
Gedung itu sangat ramai dengan orang, mungkin di sini setidaknya ada setengah dari jumlah warga desaku dulu. Aku tidak terbiasa dengan tatapan itu, tetapi aku tidak ingin mencari masalah jadi aku mengabaikan tatapan mereka. Ketika aku melihat lurus ke depan, kelihatannya ada seorang yang berdiri di belakang suatu ruangan yang setengah terbuka. Mungkin itu tempat aku bisa mendapatkan kartu identitasku.
"Permisi, benarkah aku bisa membuat kartu identitas di sini?" aku bertanya kepada orang itu.
"Ah orang baru ya? Benar, selamat datang di Guild kami, Meteose Guild. Di tempat ini banyak hal yang kau bisa lakukan. Apakah perlu kujelaskan?"
Orang itu kelihatannya sangat baik sekali. Tentu saja aku menerima bantuannya. Ucapannya begitu banyak, dia menjelaskan seluruh informasi yang ada. Mungkin kalau orang lain mereka akan menolaknya, tetapi informasi adalah hal berharga yang tidak boleh aku lewatkan.
"Jadi begitu, aku mengerti. Kalau begitu tolong bisa proseskan kartu identitas untukku?"
"Tentu saja, dua koin Bleu."
Tunggu, apa lagi itu koin Bleu, mata uang di sini? Oh ya ngomong-ngomong aku tidak pernah melihat yang namanya uang, di desa dulu semuanya pakai sistem barter. Bagaimana ini… aku tidak punya uang sama sekali?
"Anu… maaf aku tidak punya uang sama sekali. Tetapi aku punya beberapa barang bisakah membayar menggunakan barang-barang ini?"
"Maaf, tetapi kami menerima uang saja bukan sembarang barang."
"Bahkan hasil dari monster?"
"Kau punya hasil dari monster!?"