Aku terkejut tetapi masih menahan diriku bahwa raja ini tau segala apa yang kulakukan. Cukup dengan menunjukan muka tidak peduli aku membalas orang tersebut.
"Kau tak perlu menyembunyikan rasa terkejutmu. Aku akan memberi tahu semua hal yang kau butuhkan. Jika masih kurang, aku akan memberi tahu apa yang kau ingin tau juga." tawaran dari raja tersebut.
Bukan tawaran yang buruk, tetapi aku masih memikirkan resiko dari menerima tawaran ini.
"Nak, apa pun yang kau lakukan atau pikirkan semuanya aku tau. Kau tak perlu memikirkan apa pun, terima saja lah kebaikan ku ini." raja ini menegaskan sekali lagi.
"Baik-baik, sekarang katakan apa yang kau ingin sampaikan kepadaku. Aku akan bertanya jika ada yang belum kau jelaskan nanti."
Aku tak punya banyak pilihan lagi selain menerima apa yang diucapkannya. Sialan juga ini orang, bisa-bisanya memaksaku.
"Baiklah, pertanyaan paling penting, siapa kah diriku bukan? Apa yang kau simpulkan dari semua informasi yang ada adalah benar, aku adalah orang tua mu, namaku Guirusia Kuroshin." begitu saja informasi yang ku butuhkan diserahkan padaku.
Sungguh tidakku percaya bahwa apa yang ku dengar. Semua yang kuduga adalah benar. Walau selain nama raja sialan ini aku tidak mengerti.
"Baik. Aku mengerti sekarang. Namun ada hal yang menganjal buat diriku." aku mulai mengutarakan apa yang menjadi pergumulanku.
"Katakan lah." raja Kuroshin itu membalas ucapanku dengan singkat.
"Aku mulai dari awal. Apa alasan mu meninggalkan diriku di panti asuhan? Kenapa kau meninggalkan sebuah pedang katana untuk ku? Apa maksud diriku menjadi seorang dewa? Kenapa aku bisa melebihi batas normal orang biasa? Kenapa aku juga punya ras iblis? Apa yang terjadi kepada Lucifer sebelumnya? Ke mana semua ingatanku yang hilang ini? Kenapa aku bisa menemui dirimu? Apa alasan dari kau memanggilku? Siapa kau? Dan, siapa diri ku?" semua sudah ku persiapkan.
Semua pertanyaan menjadi sebuah runtutan yang bahkan sulit untuk dipahami. Aku kesal saja semua ini tidak ada di dalam kuasaku. Apa pun yang kuperbuat sebelumnya tidak membuahkan hasil apa pun dalam mencari jawaban ini.
"Kau sungguh-sungguh ingin mengerti semuanya itu? Apa guna dari untuk mengetahui masa lalu itu?" ucapan satu, dua patah dari orang ini membuat diriku semakin emosi.
"JAWAB! Jangan kau kabur dari janji yang kau katakan sendiri. Aku benci orang-orang seperti mu, PENGECUT!" emosi ku aku luapkan dalam kata-kataku.
Aku benar-benar benci orang ini lama-lama. Orang tua? Pftt, bahkan orang ini ku sebut mahluk saja tidak pantas.
"Sebegitu bencinya kah kau pada diriku? Ingat, kau di sini seorang diri, dan aku? Aku ada bersama seluruh kerajaan ini. Semua kuasa aku pegang." sekarang dia mulai melindungi diri sendiri.
"Hahahaha, benar-benar pecundang asli. Tadi kau mengiming-imingiku, dan sekarang kau mengancamku? SUNGGUH KUBENCI ORANG SEPERTI KAU ITU!!" masih saja aku tidak bisa menahan emosiku.
Sudah tidak lagi ku peduli dengan apa yang didengar oleh orang-orang di istana ini. Siapa pun orangnya atau dewa, aku akan hajar habis kalau orang itu membuat ku kesal.
"Ternyata ancaman tidak bekerja pada diri mu ya? Kalau begitu aku beri tahu sesuatu, sejak kau datang tadi, aku bisa saja membunuh mu seperti ratusan, ribuan, jutaan dewa yang sudah kubunuh dan kucuri kekuatannya." ancaman lagi.
"Kau tak pernah bosan mengancam diriku huh? Dengar, bahkan aku tidak peduli dengan semua pertanyaan yang tadi aku ingin tanyakan. Sekarang yang aku peduli adalah memukul diri mu sampai aku puas." apa lagi yang bisa memuaskan emosiku selain hal ini.
Tiba-tiba seluruh ruang takhta menjadi ribut dengan bisikan dari semua prajurit, menteri, bahkan pelayan. Entah kenapa mereka berbisik, namun aku bisa merasakan tekanan mana ada raja sialan itu.
"Jadi sekarang kau menerima tantanganku melawanku? Apa boleh buat. |Release|." tekanan mananya menjadi sangat besar, sampai selain diriku dan dirinya, semuanya terjatuh.
"Sungguh menarik. Aku akan menggunakan seluruh kemampuanku. Jangan sekali-sekali kau menahan kekuatan mu." aku menantangnya lebih dalam lagi.
Seluruh sihir aku siapkan dalam waktu 2 detik saja. Kenapa sihir yang kusiapkan butuh waktu 2 detik sedangkan sihir normal lainnya saja butuh waktu lebih lama? Itu karena aku melepas batasanku dan menggunakan seluruh kemampuanku. Semua saja aku gunakan, senjata yang aku miliki, kekuatan dewa, kekuatan iblis, kekuatan yang aku dapatkan dari menjadi Agent Souler, kekuatan teknologi yang aku buat, kekuatan Ryuuou, dan kekuatan sihir yang tak terbatas ini.
"Kau tak tanggung-tanggung ternyata dalam bertindak sesuatu. Aku suka itu. |Leiro Rei, Hijiri Keiteikusa, KimetsuaHoshiro, Tenki, Exateir|." sebuah mantra yang aku tidak ketahui dia gunakan.
"Tidak! Raja mohon jangan gunakan yang satu itu! Itu akan menyedot nyawa mu dengan cepat!" sebuah peringatan terdengar dari seseorang yang berpakaian prajurit elit dan lebih dari lainnya.
"Tidak apa Tei, ini semua aku lakukan karena tau bahwa hal ini akan terjadi. Kau sendiri juga yang bilang harus memperlakukan anak ku dengan baik. Maka sekarang akan kubuktikan bahwa aku akan menuruti keingingan anak tersebut untuk melawan diriku." ucap raja itu yang semakin tidak jelas.
Firasatku mengatakan bahwa ada hal buruk yang akan terjadi padaku jika tidak pergi dari tempat ini sekarang juga. Sial! Padahal aku ingin melawannya.
Benar saja, aura yang keluar dari orang tersebut membuang sekujur badanku merinding. Aura yang keluar dari dirinya bisa kukatakan adalah gabungan dari seluruh dewa yang dia bunuh, ketujuh dosa besar, dan lainnya. Dan aku pasti, kesadarannya pasti menghilang karena tindakannya mulai agresif.
"Cih aku tak ingin kabur dari sini, tetapi aku tak punya kemenangan jika aku melanjutkan semuanya ini." aku bergumam tanpa ada yang mendengar.
Tak perlu aku menggunakan jalan utama untuk pergi dari sini. Aku menghancurkan atap ruang takhta ini hanya untuk pergi dari sini dengan cepat. Untung saja aku masih sempat kabur sebelum aku mendapatkan dampak serangan apa pun dari monster itu.
"<<Open Gate>>." mantra yang kugunakan menjadi sangat simpel karena aku tau pasti, yang ku gunakan sebelumnya itu terlalu ribet dan tidak penting.
Aku sebenarnya bisa saja menggunakan sihir tanpa mengucapkan mantra, tetapi kusimpan saja ketika aku terpojokkan. Gerbang portal itu tak butuh waktu lama untuk membuka dari aku mengucapkan sihir tersebut. Namun aku menyesal tak melakukan hal ini lebih cepat 1 detik. Sebelum saja aku masuk ke portal itu, aku merasakan bahwa ada serangan sihir dalam bentuk yang lurus seperti laser, tetapi besar mengarah kepadaku. Reflekku terlalu lambat jadi salah satu sayapku terkena serangan itu.
Portal itu sebenarnya kuarahkan ke tepat di depan gerbang istana, tetapi karena sihirku menjadi tidak stabil, maka lokasinya pindah jauh ke atas 2 KM. Tak punya keseimbangan yang benar, tentu saja aku jatuh dari ketinggian. Aku hanya bisa pasrah ketika tau hal ini. Semoga saja tidak menyakitkan. Namun yang tidak ku ketahui adalah setelah aku jatuh tepat di depan gerbang istana, aku pingsan sekejap itu juga.
Aku berada di kegelapan totalitas. Entah di mana aku, aku tidak suka tempat ini. Ini bahkan bukan tempat Ryuuou berada. Benar-benar beda secara totalitas.
"Ada orang yang mendengar aku??" dengan panik aku mencoba mencari bantuan.
Semakin aku mencari, semakin aku berteriak, semakin aku merasakan rasa putus asa untuk bisa keluar dari sini. Tempat apa ini sebenarnya? Aku tak bisa berpikir secara jernih lagi semenjak tadi aku emosi. Sebentar… tadi? Apa yang sedang terjadi di sini? Aku harus mengingat-ingat lagi yang terjadi supaya kesadaran ku kembali ke tubuh ku.
"Tunggu, cahaya apa itu? Aku melihat seperti ada titik kecil dari kejauhan? Itu bukan mataku yang sekarang bermasalah kan?" aku bergumam sendiri mengutarakan isi pikiranku.
Lama-lama aku menjadi bingung dan sedikit tidak waras. Mataku juga merasa sangat berat dalam kegelapan ini. Namun, hal aneh terjadi tiba-tiba saja. Cahaya yang tadi dari jauh itu melesat dengan cepat masuk ke dalam tubuhku, dan seketika itu juga aku mengetahui segalanya.
Sayangnya sebelum aku sempat berpikir, kesadaranku kembali pada saat itu juga dan aku melonjak bangun tiba-tiba.
"Di mana… di mana aku sekarang…?" dengan bingung aku melihat sekitar.
Kurasa aku sudah kembali ke dalam kamarku sendiri. Tidak ada siapa pun di sini… entah kenapa. Sebenarnya apa yang terjadi sebelumnya? Kenapa tiba-tiba cahaya itu masuk ke dalam tubuhku dan tiba-tiba aku mengingat sesuatu, tetapi sangat tidak jelas.
"Pa…pa?" aku menengok ke samping mendengar ada yang memanggilku.
"Ahh Lastia kah?" dengan santai aku memanggilnya.
Spontan saja nampan yang berisi makanan dan sebagainya itu jatuh dari tangan Lastia. Kenapa dia menjatuhkannya? Namun yang pasti, setelah nampan itu jatuh, Lastia berlari mendapatiku dan memelukku.
"Papa…." suara Lastia terdengar sangat kecil disertai isakan dan air mata yang deras.
Kenapa anak ini menangis seolah-olah sesuatu yang sangat buruk sedang terjadi? Aku sungguh tidak mengerti.
"Akhirnya… akhirnya papa bangun juga… setelah sekian lama…."
"Sekian lama? Apa yang kau maksud nak?" aku menanyakan yang menganjal di hatiku.
"Sebenarnya setelah papa jatuh dari ketinggian. Prajurit menemukan papa tergeletak tepat di depan mata mereka ketika mereka sedang menjaga gerbang. Sontak saja mereka terkejut dengan apa yang sedang terjadi. Lalu ketika mereka mendapati bahwa papa itu pingsan, salah satu dari mereka langsung mengabari mama dan yang lainnya membawa papa masuk setelah mendapat bantuan dari pelayan. Dan setelah itu, dokter kerajaan berkata bahwa papa bukan hanya pingsan, melainkan koma. Di saat itu lah mama dan Kiruwa mama terkejut dan jatuh ke lantai. Dari situ, papa tidak bangun selama 2 bulan walau dalam keadaan yang stabil." penjelasan yang disingkat oleh Lastia membuat diriku mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Aku tak mengira bahwa ketika aku ada di dalam kegelapan itu beberapa waktu saja, di dunia Demonirya sudah terlewat waktu 2 bulan. Apa jadinya kalau aku lebih lama di sana? Bertahun-tahun kah aku akan koma? Karena ketika aku melihatnya, 1 menit di kegelapan itu sama saja 1 bulan di dunia Demonirya, yang artinya kecepatan di kegelapan itu 30 kali lebih cepat.
"Baiklah, papa mengerti. Maaf…." aku menunduk karena kebodohan diriku menantang raja sialan itu.
"Kalau begitu papa istirahat dulu sebentar, aku akan memanggil mama berdua." Lastia mengusulkan ide yang bagus.
Sebenarnya alasan kenapa aku tidak bisa berpikir dan bertindak dengan normal adalah karena aku terlalu memaksakan diri dan kurang istirahat. Namun bukan berarti koma 2 bulan adalah istirahat. Kurasa aku terlalu gegabah dari bertindak.
Tak butuh waktu lama dari sejak Lastia keluar dari kamarku memanggil kedua istriku sampai mereka semua datang ke mari.
"Maafkan aku semua. Aku pulang." dengan senyum kecil aku menyapa mereka.