webnovel

part 3✨

Arhan berdiri dengan jubah mandinya menatap makanan yang dimasak oleh istrinya itu. Ia tampak ragu dan tak yakin memakan makanan itu.

"Dia pasti benar benar hanya bermain trik."

Arhan sendiri menikah dengan Kirana karna paksaan ibunya, orang tua Kirana meninggal karna menyelamatkan orang tua Arhan dari kecelakaan maut 20 tahun lalu.

Saat itu Arhan masih berumur 5 tahun,ia diperintahkan menjaga Kirana yang baru saja berumur 2 tahun waktu itu.

Walau begitu Arhan merawat Kirana dengan baik, hingga sifat Kirana mulai muncul membuatnya kini tidak ingin berhubungan lagi dengan Kirana yang terkesan posesif.

"Aku yakin ini tidak enak." Mengambil sebuah sendok dan mengelapnya, kini Arhan mulai mengambil satu suap.

Ketika makanan itu masuk kedalam mulutnya, rasa yang tidak pernah ia rasakan menyeruak kesuluruh indra pengecapnya.

Rasa yang begitu enak, Arhan tidak bisa berbohong kalau ini adalah seleranya, disaat Arhan sedang memakan makanannya suara ketukan pintu membuatnya tersedak dan segera meminum.

Tok tok tok.

Suara ketukan itu, siapa yang akan mengganggunya saat sudah malam pasti hanya satu orang dan orang itu pasti Kirana.

Arhan berusaha menyembunyikan makanannya, dikamar utama yang besar itu, Arhan menyembunyikannya dalam sebuah lemari es.

Ia segera mengelap mulutnya, walau suara ketukan terdengar bagi Arhan tentu saja ia gugup, jangan sampai Kirana tau mengenai hal ini.

Segera membuka pintu, dan juga mengkodisikan mukanya. Wajah Kirana tanpa make up yang terasa asing membuat Arhan terdiam dengan ekspresi datarnya ia berkata.

"Ada apa?"

"Ada yang ingin bicarakan dan ini sangat penting karna menyangkut kita berdua." Kata Kirana.

"Aku tidak punya waktu, katakan saja disini." Balas Arhan, Kirana hanya berharap kalau ini cepat selesai menghembuskan nafas kasarnya.

"Aku tidak bisa mengatakan hal ini, bagaimana jika ada orang lain yang mendengarnya." Benar benar asing, apa Kirana memang seperti ini, Arhan tudak tau ia hanya paham kalau ada sisi lain dari Kirana yang seperti ini.

"Katakan saja disini." Keputusan Arhan pasti tisak bisa Kirana ubah, tentunya Kirana hanya bisa menerima itu dengan wajah yang menekuk.

"Huuh, jangan salahkan aku jika orang lain dengar, tetapi yang pasti aku ingin mengajakmu bercerai." Mendengar akhir kalimat yang keluar dari bibir Kirana, Arhan yang awalnya kebingungan pun berkata.

"Masuk." Benar, ini bukan hanya sebuah bercandaan yang diucapkan, Kirana pasti lagi lagi bermain trik, karna Arhan tau diri dengan harga dirinya. Ia akan menegur Kirana didalam kamar saja.

"Tapi."

"Tidak ada tapi tapian ayo masuk." Mengikuti perintah Arhan, Kirana masuk kedalam kamar.

"Apa yang baru saja kau katakan adalah trik yang sangat murahan." Dingin, kini kamar utama yang besar dan mewah ini begitu dingin jika dirasakan terutama bagi Kirana yang mendapatkan dua kali lipatnya.

Hah, Kirana sebenarnya ingin mengatakan ini besok hari, tapi Trianti memberi kabar kalau ia akan bertemu dengan Raka besok.

Ini bukan sebuah kebohongan, karna jujur Kirana tidak ada niatan bercanda beromong kosong bahkan sampai mengatakan ini hanya untuk trik memikat hati Arhan.

"Aku tidak ada niatan untuk mengatakan omong kosong." Balas Kirana tak kalah dingin.

"Kau pikir dengan berubah gaya dan juga memasak kau bisa menarik perhatian, itu sama sekali tidak." Jawab Arhan.

"Sekali lagi aku tidak ingin mengatakan omong kosong."

"Kau pikir aku percaya."

"Yah kau harus percaya." Kirana kini melihat ke kanan dan ke kiri, Arhan yang menyembunyikan seblaknya mengira kalau Kirana akan mencari seblak itu segera menghentikan gerak gerik Kirana.

"Apa yang kau cari?"

"Kertas." Menemukan itu di meja kerja milik Arhan, Kirana segera mengambil pena dan juga kertas itu menuju kearah Arhan yang sembari membawa kertas itu.

"Mari kita tanda tangan ni perceraian ini. Walau ini tidak formal, tapi anggap saja ini sebagai uji coba." Kirana segera menuliskan namanya disana, tak lupa ia menuliskan nama Arhan.

Dengan marah Arhan menarik kertas itu dari tangan Kirana dan membuangnya.

"Hey!" Seru Kirana marah.

"Apa? Kau benar benar ingin bercerai kan? Ayo lakukan dengan benar." Semakin dekat tatapan tajam Arhan membuat Kirana tak gentar.

"Oke, ayo lakukan dan panggil pengacara kesini." Lanjut Kirana.

"Oke!" Arhan segera mengambil handphonenya, kini ia menatap Kirana memegang handphonenya agar dekat dengan telinga.

"Halo Ky, hubungi pengacara keluarga saat ini juga karna aku akan membuat surat perceraian dengan Kirana."

Setelah itu Arhan mematikan Handphonenya.

"Ya, itu lebih bagus, aku akan pergi ke kamarku sekarang." Disaat Kirana pergi, Arhan kini mencegah kepergian itu dengan menarik tangan Kirana.

"Hey!" Seru Kirana terkejut.

"Apa kau tidak ingin melakukan sesuatu karna sudah sampai disini?" Balas Arhan, entah kenapa kini Arhan terus mendekat dan mendekat.

Membuat Kirana semakin takut, hingga ketika Arhan berbisik.

"Bukankah kita suami istri? Kau kan memang gadis seperti itu kan?"

Plak.

Satu tamparan kini membuat Arhan membulat sempurna, Kirana berani menamparnya yang benar saja ini pasti hanya mimpi.

"Jaga batasanmu Ho! Karna kau belum berhak mendapatkan itu semua!" Balas Kirana lagi tentu saja membuat arhan terdiam.

"Itu bukan hal lucu yang patutnya kau lakukan padaku! Karna sekarang harus ada batasan yang jelas antara kita berdua."

Tatapan Kirana yang lantang membuat Arhan semakin berpikir kalau Kirana benar benar orang lain, tak ada satupun dari diri Kirana yang dulu ada pada Kirana yang sekarang.

Seharusnya, Kirana akan memberikan seluruh dirinya pada Arhan setelah impiannya tercapai yaitu memasuki kamar Arhan yang bahkan Arhan melarang sendiri Kirana memasukkinya.

"Aku pergi, terimakasih negoisasinya."

Kirana meninggalkan Arhan yang terdiam, sesampai Kirana didalam kamarnya kini ia memegang dadanya yang berdegup kencang.

Baru kali ini Kirana melakukan hal itu pada Arhan, kini sebuah pesan singkat membuat Kirana menatap layar handphonenya.

"Huh, bukankah aku tidak bisa menolak ini?" Batin Kirana pada layar ponsel tersebut.

Ia pikir ia akan bebas namun ternyata alam lebih ingin keduanya dekat.