webnovel

part 2✨

"Chiko, bisa tolong ambilkan makaroni yang ada dikanan." Kirana sendiri tak sadar kalau para koki sudah keluar memerintahkan orang disebelahnya.

Ia yang fokus mengaduk, tak tau kalau Arhan yang masuk, Kirana dengan sedikit kesal berkata.

"Chiko, ayo tolong ambilkan, aku tidak bisa meninggalkan ini." Benar, jarak meja tengah dapur dan meja kompor memang sedikit jauh.

Sebenarnya, reaksi pertama Arhan ketika memasuki dapur adalah terkejut. Ia pikir suasana dapur akan kacau balau, tetapi suasana itu tidak ada melainkan hanya bau menyengat harum yang semakin terasa enak jika dirasakan.

Dan, untuk kesan pada pakaian yang dipakai Kirana, jujur saja, ia hampir tak pernah membayangkan Kirana akan memakai pakaian itu.

"Chiko, tolong." Mendengar kata itu terucap dari bibir Kirana, lagi lagi Arhan merasa asing. Ia mendekat mengambil kerupuk yang ada di sebuah mangkok mini kemudian menyerahkan mangkoknya kepada Kirana yang telah mengulurkan tangannya kebelakang.

"Terimakasih Chiko." Segera saja, Kirana memasukkan bahan yang paling penting itu. Karna tinggi Arhan yang cukup tinggi, ia bisa melihat apa yang Kirana masak.

"Ini yang namanya seblak Chiko, kau bisa membuatnya mulai sekarang, kau hanya perlu membuatnya jika aku menginginkannya, dan satu lagi, jangan bilang suamiku kalau aku ada disini yah, untuk kalian semua aku harap kalian merahasiakan resep ini dan hal ini dari suamiku yang akan marah melihatku disini."

Arhan tentu saja tidak terima, untuk apa ia marah kepada Kirana yang memasuki dapur.

"Dia pasti tidak ingin makanannya dicampur dengan makanan yang aku buat seperti biasa." Disaat ia akan protes mendengar kata kata Kirana yang sedikit terkesan sedih.

"Nah ini." Membalikkan badannya karna ingin menunjukkan seblak yang ia miliki kepada Chiko dan yang lain, sosok Arhan yang menatapnya tajam membuat Kirana membulatkan matanya terkejut.

Ia menatap Arhan dengan kebingungan, apa yang biasanya Kirana didunia ini lakukan ketika bertemu dengan Arhan adalah hal yang tidak ingin Kirana lakukan.

"Ha ha halo." Keterkejutan itu membuat Arhan hanya bersmirk.

"Huh, apa ini trikmu? Trik untuk menarik perhatianku?" Kirana sudah biasa dengan itu, kata kata sarkas yang keluar dari mulut Arhan sudah seperti candu yang membekas menjadi luka dihatinya.

Tidak, ia tidak akan seperti dulu lagi.

"Cih, aku hanya lapar dan ingin memasak, itu tidak ada hubungannya denganmu yang bahkan tak tergoda oleh wanita."

Segera saja Kirana meninggalkan Arhan yang membeku mendengar kaya katanya.

Melewati Chiko dan Rizky serta para pelayan Kirana dengan raut kesal berkata.

"Siapkan makanan untuk tuan besar kalian itu, dia sedang kelaparan sehingga mulutnya tidak berehenti berkata kasar pada istrinya."

Kalau dikatakan tidak dengar, Rizky, kepala koki dan para pelayan tentu mendengar apa yang terucap dari bibir Arhan kepada istrinya.

Tapi yang mengejutkan adalah bagaimana Kirana yang selalu senang bisa menjadi semarah ini kepada Arhan. Meninggalkan dapur dengan semangkok makanan yang enak, Kirana bahkan tak peduli dengan keadaan disekitarnya.

Rizky yang mendengar itu segera masuk kedalam dapur, disana Arhan masih berdiri membeku.

"Ho, ku pikir saat ini istrimu sudah mencapai batas kejenuhannya." Perkataan Rizky membuat Arhan berpikir.

"Dia hanya bermain trik untuk memikatku seperti biasa." Percaya diri Arhan.

"Huuh, aku hanya mengatakan kejujuran Ho, jika memang dia sudah mencapai batas kejenuhannya dan total berubah aku yakin kau menyesal."

"Aku tidak akan menyesal karna aku tahu bagaimana sifatnya."

"Sudahlah, daripada itu aku sangat penasaran dengan apa yang istrimu buat, apa aku boleh mencicipinya, ku lihat makanannya masih banyak."

Ketika Rizky ingin mendekat kearah kompor Arhan segera mencegahnya dengan berkata.

"Jika kau berani menyentuhnya akan ku potong gajihmu 20%."

"Kau kan tidak ingin kan? Masa kau akan membiarkan makanan yang menggiurkan ini basi begitu saja." Keluh Rizky.

"Kata siapa, Chiko, bawakan semua makanan ini ke kamarku."

Arhan segera pergi dari sana, Rizky hanya menatapnya bersmirk dan berkata.

"Jika kau tidak tertarik padanya? Kenapa kau takut kalau dia akan jenuh?"

Arhan mendengar itu, tetapi karna tidak ingin membahas ini lagi ia hanya berlalu mendengarkan Rizky yang menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan pola pikir Arhan.

Kirana sampai dikamarnya, moodnya sudah hancur, walau begitu dia akan berusaha untuk mengembalikan moodnya yaitu dengan memakan seblak yang ia buat.

"Kok dia tiba tiba datang sih? Ini ingatanku yang salah apa bagaimana? Seingatku dia selalu pulang jam 10 malam tumben sekali dia pulang sore." Keluh Kirana sembari memakan seblaknya, dimeja yang ada didalam kamarnya.

Ia duduk dilantai beralaskan karpet. Sembari memikirkan apa yang akan selanjutnya ia lakukan.

"Ceraai! Ya, bagaimana kalau cerai!" Seru Kirana tiba tiba, yah, untuk menghindari kematiannya bagaimana kalau dia bercerai dengan Arhan.

Ia akan mengatakan ini ke Arhan besok, kalau ia ingin bercerai dan hidup bebas.

"Aku kan punya pekerjaan serta ijazah, pasti aku bisa bekerja di negara ini yang gak jauh beda sama Indonesia."

Yah walau Kirana hanya tau kalau nama negara ini Quentia dengan kepemerintahan kekaisaran tapi dunia ini memiliki iklim tropis yang pastinya ada rempah rempah serta percampuran banyak makanan.

Kirana didunia ini cukup berpendidikan, ia juga mempunyai saham di perusahaan Brawijaya, ah benar benar kehidupan sendok emas.

"Aku akan mengajaknya bercerai setelah ini, dan yang pasti memulai kehidupan baru dengan kekayaan hhaha." Tawanya yang bahagia membuat semua orang berpikir apakah nona mereka baik baik saja. Mungkin mereka hanya takut kalau nonanya memiliki kejiwaan.