webnovel

1. Artha Wiguna

" Bangun cucuku..bangkit...

Kamu bukan anak yang lemah.."

" Ayo bangun..."

" Bangun..."

" Bangun..."

Suara itu terus menerus memberikan sengat pada sosok pemuda berusia 17 tahun, yang kini tergeletak tak sadarkan diri di kamar ICU, disebuah rumah sakit di kota Para.

" Dok,, saya lihat pasien menggerakkan jarinya.." seorang suster memberitahu keadaan Arta pada dokter yang bertugas di ruang ICU.

" Sebentar sus... Biar saya periksa.."

Dokter muda itu bergegas memeriksa kondisi Arta.

" Kalo melihat perkembangannya, sebentar lagi pemuda ini akan siuman"

" Dimana aku sekarang..? Apakah aku sudah mati..??"

Min

" Kamu belum mati, sekarang kamu dirumah sakit anak muda, "

"Aku Ridwan dokter yang merawat kamu tiga bulan saat kamu pingsan di rumah sakit"

" Apa yang terjadi denganku dokter,," Arta bertanya penuh dengan kebingungan. Karena untuk saat ini tak terlintas sedikitpun bayangan yang terlintas di benak Arta.

" Kami juga tidak tahu, ada seseorang yang telah membawa kamu kemari. Sebelum pergi orang itu berpesan saat kamu sudah siuman nanti dia akan menjemputmu "

" Sebaiknya jangan memaksakan sesuatu yang memberatkan pikiran kamu, sebentar lagi suster akan memindahkan kamu di kamar pasien.."

Setelah menyampaikan pesan pada Arta dokter meninggalkan Arta seorang diri.

Arta masih memikirkan kenapa bisa berada di rumah sakit. Namun seberapa besar usaha Arta untuk mengingatnya tak satu kejadianpun yang terlintas di benaknya.

" Kenapa aku tak bisa mengingatnya.."

" Akhhh .... Sudahlah pasrah saja apa yang akan terjadi nanti.." Arta berkata dengan keputusasaan dalam hatinya.

**********

Di suatu tempat yang sangat tersembunyi, seorang lelaki tua yang masih terlihat kekar diusianya yang udah lebih dari 70 tahun, yang didampingi dua orang pemuda yang terlihat sebaya dengan Arta dengan kepala yang menunduk menunjukkan rasa hormatnya pada kakek tua tersebut. Dua anak muda tersebut adalah murid sekaligus pengawal dan orang kepercayaannya.

" Bowo dan kamu jaya besok sudah saatnya kalian menjemput cucuku Arta. Dan jangan lupa apa yang aku pesankan pada kalian berdua..!! " Dengan suara beratnya tuan Jaya Wiguna berkata kepada kedua muridnya.

" Baik guru kami akan selalu mengingat pesan guru, dan menjaga amanat dan tugas yang guru berikan pada kami.."

Bowo mewakili untuk menjawab titah sang guru sekaligus big bos dari mereka berdua.

" Bowo berikan cincin ini pada cucuku.."

" Baik guru.." jawab keduanya hampir serempak.

" Sekarang pergilah kerumah sakit dimana Arta berada dan jemput cucuku..." Titah tuan Jaya Wiguna.

Tak sempat Bowo dan Satria menjawab ucapan tuan Jaya Wiguna, lelaki tua itu telah berjalan menuju ruang pribadinya.

Tak menunggu lama Bowo dan Satria

******

Kembali ke rumah sakit.

Setelah menempuh hampir dua jam perjalanan akhirnya Bowo dan Satria sampai di halaman rumah sakit dimana Arta di rawat selama tiga bulan penuh.

" Sebaiknya kita segera menyelesaikan urusan rumah sakit dan menemui tuan muda Arta.."

" Ayo kang kita masuk,," Satria bergerak cepat mengajak Bowo untuk segera menjalankan perintah sang guru sekaligus tuan bagi mereka berdua.

Setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit. Mereka bergegas menemui Arta di kamar pasien. Tentunya setelah mendapatkan informasi dari pihak rumah sakit.

Tanpa mengetuk pintu mereka langsung memasuki kamar dimana Arta berada.

Kemudian Arta bangun dari tidurnya.

" Siapa kalian dan kenapa tiba-tiba masuk ke kamar ku..? " Tanya Arta dengan keterkejutannya.

" Sebaiknya tuan muda jangan banyak bergerak karena tuan muda baru tersadar dari koma dan jangan banyak bertanya , nanti kami akan menceritakan semua . Termasuk kenapa tuan muda bisa berada di rumah sakit."

Bagai di hipnotis saat pundak Arta disentuh oleh Bowo, Artapun mengangguk dan mengikuti semua perkataan Bowo.

**********

Setibanya ditempat yang aman. Bowo menghentikan langkah Arta dan Jaya.

" Sebelumnya kenalkan namaku Bowo Samudera dan ini temanku jagad Satria , tuan boleh memanggil kami Bowo dan Satria" Bowo yang mulai memperkenalkan diri kepada Artha.

" Maaf sebelumnya, kenapa kalian memanggilku dengan tuan muda, sedangkan aku bukan siapa siapa, dan hidupku hanya sebatang kara..."

" Suatu saat tuan akan mengetahui nya, seiring dengan perjalanan tuan muda.."

" Berhenti memanggilku tuan muda, aku risih mendengarnya.. panggil aku Arta, usia kita juga tidak terpaut jauh.."

" Baiklah tu... Tuan,,, eh Arta, kalo itu mau mu.."

Kemudian Bowo menceritakan awal kejadian kenapa Arta bisa mereka bawa kerumah sakit.

" Sebenarnya kami sudah dua tahun lebih mendapatkan tugas dari guru sekaligus bos bagi kami berdua, beliau tak lain adalah kakek tuan muda sendiri , setelah pencarian kami yang panjang hampir dua tahun, akhirnya kami menemukan tuan sesuai info yang kami dapatkan.Tetapi semua terlambat, saat kami tiba kamu sudah tak sadarkan diri. Kamu habis di pukuli oleh sekelompok preman di pasar saat kamu sedang bekerja, mungkin setelah ini kamu akan mengingat semuanya.." Bowo berhenti bercerita dan kemudian melanjutkan kembali ucapannya.

" Dan pakailah cincin ini. Ini cincin dari kakek kakek kamu Arta. Kamu harus mengaktifkan cincin ini supaya menyatu dengan jiwamu. Dan satu lagi jaga baik baik cincin ini, karena cincin ini adalah tanda kunci bahwa tuan adalah sang pewaris"

" Bang Bowo bagaimana aku harus mengaktifkan cincin supaya bisa terhubung dengan jiwaku..?

" Nanti kamu akan tahu dengan sendirinya, dan satu lagi ini ada uang dua ratus ribu, sebagai bekal perjalanan tuan menuju kota Karta.,! "

Bowo berhenti sebentar dengan penjelasan nya, sambil memperhatikan raut wajah dari Arta. Kemudian Bowo melanjutkan kembali dengan penjelasan nya.

" Apapun caranya kami tidak mau tahu, yang kami tahu tuan Arta harus bisa sampai ke kota Karta bagaimanapun caranya tuan harus berjuang. Jaya sudah menyiapkan pakaian tuan Arta."

" Saatnya kita berpisah, sampai bertemu kembali di kota Karta.."

Tanpa menunggu jawaban dari Arta Bowo dan Jaya meninggalkan Arta sendiri dengan tanda tanya yang ada di kepalanya.

Selepas kepergian Bowo dan Jaya. Arta kembali memikirkan semua perkataan dari mereka.

" Kota Karta mengapa aku harus ke kota Karta..dan kenapa aku bisa dipukuli hingga mereka membawaku ke rumah sakit dan siapa kakek yg mereka ceritakan"

" Akhh... Kenapa aku tak menemukan jawabannya.."

" Perset*n dengan semuanya, yang terpenting gimana caranya aku bisa bertahan dan sampai ke Kota Karta dengan uang dua ratus ribu ini"

Sembari terus memutar otaknya Arta terus melangkahkan kakinya hingga tak terasa sudah hampir dua jam Arta berjalan.

" Akhirnya otak ini bisa bekerja, ya aku harus mencari mobil tumpangan biar sampai ke kota Karta tapi bagaimana caranya." Arta berkata sembari terus melangkah, tentu nya Arta berkata dalam hati.

Tak terasa kini perut Arta berbunyi tanda minta di isi amunisi untuk menambah tenaganya.

" Seperti nya aku harus segera makan, itu sepertinya ada warung dan ada mobil truk yang terparkir di sana, siapa tahu aku bisa menumpang sampai kota Karta."

Kini Arta mempercepat langkah nya dengan semangat, setelah melihat mobil truk yang terparkir didepan warung.

Setibanya di warung Arta langsung memesan makan sehemat mungkin..

" Maaf buk bisa pesan makan,,?" Arta bertanya pada ibu ibu penjual nasi.

" Silahkan Adek mau pesan apa.."

Ibu penjual bertanya dan mempersilahkan Arta untuk memesan makanannya..

" Nasi sama sayur tahu saja buk minumnya air hangat saja"

" Baik dek tunggu sebentar ya..."

Sambil menunggu pesananya Arta mencari tempat duduk, yang kebetulan dekat dengan sang sopir truk.

" Maaf bang boleh saya duduk..?"

Arta minta ijin dengan sang sopir yang lagi asyik menikmati makanannya..

" Silahkan dek..., Kalau boleh tau Adek mau kemana, hingga bawa tas segala, kayak mau pindahan saja.''

" Iya bang, saya memang mau pergi ke kota Karta tapi saya gak punya cukup uang, buat ongkos, makanya hampir setengah hari saya jalan sembari mencari tumpangan bang, tapi dapat juga.."

" Kalau Adek mau bisa bareng sama Abang, soalnya Abang mau mengantar barang ke kota Dungdung, kali Adek mau nanti bisa numpang sampai kota kampek. "

" Makasih sebelumnya ya bang,, saya mau, tapi apakah masih jauh kota kampek ke kota Karta..? "

" Dibilang jauh gak juga kalo dibilang dekat gak juga dek, ya kalo naik bus paling sejam"

Sopir truk kembali menjelaskan pada Arta.

Artapun memutuskan untuk menumpang sama sopir yang baru saja dikenalnya.

" Baiklah bang.. nanti saya pikir caranya jika udah sampai di daerah kampek.."

" Ya sudah kita berangkat sekarang..."

" Ayo bang..!! "..

Singkat cerita akhirnya mereka segara melanjutkan perjalanan. Tak terasa perjalanan Arta kini udah sampai di kota kampek, setelah menempuh perjalanan hampir 16 jam. Perjalanan mereka hampir tak ada kendala hingga mereka sudah berada di kota kampek.

Singkat cerita Arta turun di daerah kampek dan berpisah dengan Abang sopir yang telah berbaik hati memberikan tumpangan gratis pada Arta.

" Sekarang kita berpisah disini, karna Abang akan melanjutkan perjalanan ke kota Dungdung.. kota Karta dari sini sekitar dua jam perjalanan dg bus.."

Abang sopir memberikan arahan sebelum berpisah dengan Arta.

" Sekali lagi Abang berpesan, hati hati dan selalu waspada di kota Karta, karna ini yang pertama kali bagimu..!!"

" Baik bang,, semua pesan Abang akan selalu Arta ingat. Dan sekali lagi terimakasih untuk kebaikan Abang udah memberikan tumpangan gratis, semoga Tuhan membalas kebaikan Abang..!"

*******

" Akhirnya aku sampai juga di kota Karta.. walaupun ini masih jauh,,, huff.." Arta bermonolog pada dirinya sendiri.

" Yach.. aku harus segera sampai di kota Karta, sesuai yg diamanatkan oleh kakek misterius dalam mimpi,, tapi mengapa paman Bowo belum menemuiku.."

Artha terus berjalan mengikuti jalan dikota kampek walaupun Arta tidak yakin apa ini jalan yang benar menuju kota Karta.

Arta tak terlalu memikirkan yang terpenting baginya adalah terus melangkah.

Tak terasa sudah hampir dua jam Arta berjalan pelan namun tanpa beristirahat , Arta terus melangkah diatas jalanan kota Kampek.

" Akhh.. kemana paman Bowo belum menemuiku.."

Arta terus berjalan walaupun hari kini sudah di penghujung senja. Saat ini yang terpikikan oleh Arta bagaimana caranya supaya bisa bermalam dan berlindung untuk beristirahat nanti malam.

Arta yang berjalan tanpa fokus di jalanan pinggiran kota Kampek. Meskipun jalanan bisa dibilang sepi tapi masih terlihat satu dua kendaraan yang melintas. Saat memikirkan mencari tempat untuk bermalam dan memikirkan bagaimana bisa bertahan dengan uang sisa perjalanan dari kota kabupaten Para.

Dan tiba tiba ...

Brukk..

Arta terpental ke tepi jalan dan nyungsep di selokan yang telah mengering.

Rupanya ada mobil yang melintas dan menabrak Arta.

*****************