webnovel

2. Insiden Dalam perjalanan

Brukk..

" Sial kenapa aku harus menabrak seseorang. Semoga tidak fatal.."

Meskipun dalam situasi yang tidak menguntungkan. Pengemudi mobil mini Cooper masih ada rasa peduli dengan keadaan Arta yang saat ini posisi nya nyungsep di dalam parit. Dengan posisi kepala dibawah dan kedua kakinya diatas Talut jalan.

" Mimpi apa aku semalam,, kenapa nasib sial selalu menimpaku.. huff.." umpat Arta dalam hati.

Setelah sadar dari keterkejutannya Arta berusaha bangkit dari dalam parit. Untungnya parit dalam keadaan kering tak berair. Gak terbayangkan seandainya dalam parit ada genangan air, pastinya Arta keadaannya semakin menggelikan.

Arta mendekati mobil mini Cooper yang tadi menabraknya, mobil mini Cooper itu masih belum bergerak ni meskipun keadaan mesin mobil masih hidup. Mungkin sang pengemudi masih syok dengan insiden barusan.

" Keluar dan bertanggung menjawablah atau ku pukul kaca mobil ini..

" Arta berteriak sambil menggedor-gedor pintu mobil karena sedari tadi orang yang telah menabraknya tak kunjung keluar dari dalam mobilnya.

" Iya iyaa,, bawel banget sich.. lagian kamu juga tidak mati.."

Akhirnya sang pengemudi keluar setelah Arta menggedor pintu mobilnya. Rupanya seorang gadis remaja sebaya dengan Arta, paling usia mereka tidak jauh berbeda.

" Akhirnya kau keluar juga setelah hampir membuatku mati, rupanya kau gadis stress.."

Arta mengumpat karena sang gadis tak kunjung turun dari dalam mobil. Dan berinisiatif untuk membantu Arta keluar dari dalam parit.

" Untungnya kau perempuan kalo tidak.."

Arta tak melanjutkan ucapannya karena sang pengemudi memotong umpatan Arta.

" Kalo tidak kenapa.. lagian kamu juga gak matikan.." gadis itu menjawab dengan entengnya.

" Dasar cewek stress.. bukanya minta maaf, eh ini malah nyumpahin. Pokoknya aku gak mau tau pokoknya kamu harus bertanggung jawab..." Protes Arta pada sang gadis.

" Gue...harus tanggung jawab..??"

Gadis itu menjawab sambil menunjuk dirinya sendiri. Sambil memperlihatkan ekspresi masa bodohnya pada Artha.

" Ya iyalah, terus siapa lagi...." Arta mempertegas ucapannya.

" Hello,, siapa juga yang mau tanggung jawab, elo sendiri jalan gak pake mata..."

Gadis itu mengelak karena merasa kecelakaan ini terjadi bukan semata kesalahannya sendiri tapi karna Arta yang jalan gak fokus.

" Oke, gak papa kalo kamu gak mau tanggung jawab, karna aku udah nyatat nomor mobil kamu. Tinggal lapor aja sama polisi, gampangkan..!" Arta mencoba mengancam gadis itu yang masih mengelak dari kesalahannya.

Sembari terdiam gadis itu nampaknya sedang menimbang ucapannya Arta Wiguna yang sedikit mengancam.

" Ok.. fine gue tanggung jawab tapi, Loe janji jangan lapor sama polisi.!"

Gadis itu merasa sedikit khawatir dengan ancaman dari Arta. Bukan takut sama polisi tetapi takut kena sangsi dari orang tuanya.

Setelah mengetahui ada sedikit ketakutan di hati sang gadis Arta tersenyum licik. Dengan adanya ketakutan di hati sang gadis, takut semua fasilitas yang saat ini diperolehnya dari sang papa harus dicabut, karena kesalahannya.

Arta tanpa rasa curiga sedikitpun dengan keanehan yang saat ini sedang terjadi padanya. Arta tak menyadari jika saat ini Arta dapat membaca pikiran orang lain yang berada didekatnya. Sehingga Arta bisa mengetahui ketakutan yang saat ini sedang menghantui perasaan sang gadis, tentang konsekuensi dari papanya.

" Cepat katakan apa yang elo minta dari gue.."

Tegas sang gadis pada Artha Wiguna.

" Sabar kali, aku lagi mikir apa yang harus kamu lakukan untukku..!" Arta menjawab sekenanya karena memang belum terpikirkan olehnya jika saat ini Arta perlu tempat untuk bermalam.

" Udah deh kalo elo kelamaan mikirny, gue tinggalin elu disini , Loe pikir gue gak sibuk, sehingga harus berlama-lama dengan cowok gak jelas seperti elo..!"

" Oke gak masalah, karena kamu juga yang bakal rugi dan nangis nangis.." ledek Arta pada gadis tersebut.

" Enak aja elu ngatain gue bakal nangis nangis..emang elo siapa gue,, sehingga gue harus nangis nangis karena elo..!" Gadis itu menjawab dengan tatapan kesalnya pada Arta, yang seolah mempermainkan dirinya.

" Aku mau tahu bagaimana saat semua fasilitas yang kamu nikmati saat ini dicabut orang tuamu., Apa yang bisa kamu lakukan selain nangis.." ancam Arta pada gadis didepannya penuh kemenangan.

Dengan tak menunjukkan rasa keterkejutannya pada Arta gadis itu berpikir bagaimana Arta bisa mengetahui sesuatu yang menjadi pemikirannya. Sedangkan mereka tak saling mengenal.

" Bagaimana dia bisa tahu dengan ketakutan gue. .." gumam gadis tersebut yang tentunya di dalam hatinya.

" Ok fine... Sekarang kamu puas, setelah mengetahui semuanya. Cepat katan atau tidak sama sekali.." kini gantian gadis itu yang mengancam Arta.

" Karena aku baru tiba di kota ini, dan aku mau pergi ke kota Karta, kamu cukup mengantar aku sampai kota Karta. Dan memberikan tumpangan tidur gratis selama satu Minggu, ingat kamu tidak bisa menolaknya." Ancam Arta pada gadis itu, meskipun Arta sendiri tak yakin jika gadis itu menyetujui semua permintaan darinya.

" Ok deal. Mengantar elo sampai kota Karta, dan memberi tumpangan selama seminggu, tapi ingat setelah seminggu kita gak ada lagi urusan.."

Dengan sangat terpaksa gadis itu menyetujuinya.

" Oke.. lagian siapa juga yang mau berurusan dengan gadis jorok yang jarang mandi. Suka mengadu sama orang tuanya..." Ucapan Arta bagaikan akal mat buat gadis yang sedang mengemudi disebelahnya.

Lagi lagi tanpa disadarinya Arta mengungkap rahasia gadis yang tadi menabraknya ,yang selama ini jarang diketahui oleh siapapun termasuk sahabatnya. Sekaligus membuat gadis disebelahnya terkejut tentang semua fakta yang baru saja di ungkap oleh pemuda yang ada disebelahnya.

" Siapa elo sebenarnya, jangan jangan elo mata matanya musuh bokap gue..turun gak Lo sekarang atau gue laporin sama bokap.." ancam gadis itu dengan menghentikan mobil secara tiba-tiba.

Secara otomatis kepala Arta terjedot Dasbor mobil.

" Cewek stress kamu mau membunuhku untuk yang kedua kalinya.,," Dengus Arta karena merasa kesal dengan gadis disebelahnya.

" Turun sekarang atau gue laporin ke papa kalo.." gadis itu tak melanjutkan ancamannya karena didahului oleh Arta.

" Kalo apa, kalau aku mengancam dan mencoba memerasmu. Hee.. mana ada orang yang mencoba mengancam mu tapi satu mobil denganmu. Mana papamu percaya begitu saja nona tukang ngadu...!!"

Potong Arta yang membuat gadis itu semakin jengkel pada Arta karena semua yang dipikirkan olehnya dapat dengan mudah di tebak oleh pemuda di sebelahnya.

Tanpa menjawab ucapannya gadis disebelahnya mencoba untuk menghubungi seseorang. Tapi lagi-lagi apa yang akan dilakukannya dipatahkan oleh Arta.

" Percuma kamu menghubungi temanmu. Tidak akan diangkat..." Tanpa disadari lagi lagi Arta menebak apa yang akan dilakukan oleh gadis di sebelahnya.

" Sotoy elo..."

Gadis disebelahnya lagi lagi dibuat kesal oleh Arta. Namun yang membuat nya heran apa yang dikatakan oleh pemuda disebelahnya semua benar seperti yang dikatakannya.

Karena merasa jengkel dengan pemuda disampingnya dia akhirnya memutuskan untuk diam hingga sampai ke apartemen sahabatnya.

******

Tak berselang lama ketika mereka sampai di apartemen Rose, saat mereka baru turun dari mobil setelah memasuki basemen, mereka bertemu dengan Rose di basemen.

" Hai darimana dan ngapain Rose sehingga tak mengangkut telepon dari sahabatmu ini.."

Gadis itu mengumpat melampisakan kekesalannya pada sahabatnya.

" Maafkan gue nona manis sahabatku, itu sebabnya aku kembali lagi ke apartemen karena handphone gue ketinggalan, gimana mau ngangkat televon mu nona cantik"

Jawaban Rose semakin membuat sahabatnya semakin kesal.

Apalagi di tambah pikiran tentang Arta. Yang harus di urusnya. Untuk satu Minggu kedepan.

" Huff ... Baiklah ada yang ingin ku ceritakan padamu sekaligus gue mau minta pertolongan elo.." gadis itu akhirnya berkata pasrah pada Rose sahabatnya.

Kemudian melanjutkan ucapannya.

" Ayo ikut denganku, ada yang ingin gue bicarakan, ini penting dan hanya elo yang bisa nolongin gue..!"

" Gue...!?"

" Udah ayo jangan banyak debat,,!"

Akhirnya mereka berdua meninggalkan Arta sendirian. Karena tak ingin Arta menguping pembicaraan mereka. Karena ini ada hubungannya dengan Arta.

Kemudian gadis itu menceritakan semua kejadian yang menimpanya Beberapa waktu yang lalu. Dari ceritanya tak ada sedikitpun yang terlewatkan.

" Apa,,? Tinggal bersamaku . Gila .. gak gue gak mau, apa kata bonyok gue kalo mereka tahu.."

" Kumohon ayolah bantu ini hanya untuk seminggu doang gak lebih...''

" Gak gak mau gue,, maaf..!"

Setelah terjadi perdebatan dan berbagai drama yang mereka lakukan, akhirnya Rose bersedia membantu dan menampung Arta demi sahabatnya.

Meskipun dengan persyaratan tentunya, namun semua persyaratan dari Rose tanpa adanya suatu pilihan yang dengan terpaksa harus di terima , sebagai satu syarat supaya Rose mau membantunya.

" Ok fine,, gue setuju..!"

Setelah terjadi kesepakatan diantara mereka , kemudian mereka menemui Arta yang sejak tadi merasa jengkel karena dibiarkan sendiri di antara keterasingan. Dengan orang yang tak satupun dikenalnya.

" Sini elo cowok aneh, sekarang tanggung jawab gue udah kelar. Elo tinggal dengan teman gue.. ingat awas saja elo macam macam disini.. sekarang gue cabut." Ancamnya dan meningkatkan Arta bersama dengan Rose. Tetapi belum lama kakinya melangkah, saat melintas didepan Arta, bukan Arta namanya kalau gak mengusilinya.

" Terimakasih nona,,, sudah menepati janjimu,. Tapi ingat setalah ini mampirlah ke swalayan karena sebentar lagi nona akan kedatangan tamu... Hahahaha..!" Arta mengingatkan tapi dengan nada mengejek.

" Cowok stress..."

Artha Wiguna tersenyum kemenangan sambil memandangi kepergian gadis tersebut, hingga tak terlihat dari pandangan mata Artha.

*******