webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistis
Peringkat tidak cukup
312 Chs

Obrolan

"Lain kali jangan gitu lagi," ujar Arjuna seraya menatap Karin tajam.

Yang di tatap hanya menampakkan wajah tanpa dosa. Gadis itu mengangguk kecil, "Iya nggak diulangin lagi. Nih kadonya," ujarnya seraya menyodorkan sebuah paperbag kecil.

Arjuna segera menerimanya, meraih sebuah kotak di dalamnya lalu membukanya. Sebuah jam tangan yang memang sedang diincarnya. Namun ia belum sempat membelinya karena sibuk, "Kok lo tau gue lagi pengen beli ini?"

"Gue kan punya mata mata di rumah ini,"

"Pantesan Aksa beberapa hari yang lalu nanyain gue mau apa ternyata lo yang nyuruh," lelaki itu terkekeh. Mendudukkan diri di samping Karin. Mereka tengah berada di halaman belakang ngomong ngomong.

Mas Yudhis dan yang lainnya tengah berada di ruang tengah, menonton film.

"Ayo masuk Kak," ajak Karin, "Pengen ikutan nonton Avangers End Game,"

"Disini ajalah pacaran," balas Arjuna santai.

Karin melirik pemuda itu sekilas sebelum melengos, memasuki rumah dengan malas.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com