webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistis
Peringkat tidak cukup
312 Chs

Hujan

Aksara memasuki rumahnya. Masih ramai dengan beberapa orang berlalu lalang. Juga sejumlah orang di halaman rumahnya memberikan ucapan bela sungkawa.

Masih monokrom sama seperti beberapa hari belakangan. Walaupun tangis sudah tak terdengar namun kilas sedih masih nampak terlihat.

Aksara mendudukkan diri di ruang tengah. Sepi dan senyap. Pemuda itu menghela napas gusar. Lalu beranjak hendak menuju kamarnya.

Suasana disini masih asing. Ia tidak terbiasa dengan semua ini. Rumah ini memang ramai, namun tidak hangat, tidak juga menyenangkan. Ramai namun senyap. Aksara benci itu.

Aksara membuka daun pintu kamarnya. Gelap. Sumber penerangan hanya berasal dari cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden kamarnya.

Mas Abim di sana. Tidur telungkup dengan selimut menutupi nyaris seluruh tubuhnya.

AC ruangan juga masih menyala, 20 derajat.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com