Senyumnya terlampau manis. Apalagi ucapannya. Namun, ini bukanlah drama. Jangan harap setelah itu, aku akan berlari ke arahnya lalu memeluknya. Itu tidak akan pernah terjadi. Menjadi tontonan banyak orang di sini sama sekali bukan ide yang bagus.
Tanpa menoleh atau pun membalas seruan Naren, aku melanjutkan langkahku. Pura-pura tidak mengenalnya itu akan sedikit menyelamatkanku dari rasa malu.
Pintu lift hampir tertutup saat seseorang mencegahnya. Pintu kembali terbuka dan Naren menyelinap masuk ke dalamnya. Aku bergeser, memberi ruang agar Naren bisa berdiri di sebelahku.
"Kok kamu ninggalin aku sih?"
Aku mendongak melihat rautnya kini berubah seperti anak kecil yang direbut lolipopnya.
"Jangan lebay, sekarang kamu udah di sini kan?"
Naren meniup poninya. Aku hanya menahan senyum, mengingat bagaimana dulu dia juga kadang ngambek seperti ini.
Saat sampai di lantai tujuan kami, Naren keluar dan berjalan mendahuluiku.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com