webnovel

POLIGAMI

Latifah dan Rafka sudah menikah selama 7 tahun, tapi belum ada tanda-tanda jika Latifah akan segera mengandung. Pernikahan yang nyaman itu nyatanya mulai goyah, kekurangan Latifah membawa dampak cukup buruk untuk rumah kisah tangganya. Rahima yang merupakan ibu kandung Rafka mulai merasa khawatir dengan masa depan anaknya, ia pun menyarankan hal yang tidak bisa di terima oleh Rafka dan Latifah. "Rafka harus menikah lagi, tapi dengan seseorang yang baik dan sesuai dengan persetujuan Latifah sebagai istri pertama Rafka." ~Rahima. "Tapi bu, bagaimana aku bisa menikah lagi jika hatiku hanya mencintai Latifah saja?" ~Rafka Menolak sudah, tapi tidak ada pilihan lain. Hingga akhirnya pernikahan kedua terjadi, disaksikan langsung oleh Latifah si istri pertama. Awalnya semua berjalan baik, sampai akhirnya masalah demi masalah mulai datang dan mengganggu hubungan yang sudah terjalin lama itu. Air mata, Emosi, Amarah, Kekecewaan, Kebahagiaan, dan berakhir dengan sebuah perceraian. Bagaimana kisah selengkapnya? (⚠️ Mengandung beberapa part 21+)

SA_20 · Sejarah
Peringkat tidak cukup
280 Chs

Keputusan Latifah

"Akhirnya ibu datang juga, ibu sudah makan siang?" Tanya Latifah sambil mencium tangan Rahima.

"Iya, jalan cukup padat hari ini ibu jadi terlambat datang. Belum sih, ibu belum sempat makan siang tadi." Jawab bu Rahima.

Latifah mengangguk paham, lalu ia pun mengajak Rahima untuk makan siang bersama. Tepat sekali Aisyah baru selesai menghangatkan makanannya, mereka pun makan siang bersama lebih dulu sebelum berbicara serius nanti.

"Masya Allah, makanannya nikmat sekali." Puji Rahima pada masakan Aisyah.

"Tentu saja bu, ini buatan Aisyah." Jawab Latifah dengan senyum tipisnya.

"Benarkah? Wah, Aisyah kamu memang hebat." Balas bu Rahima memuji Aisyah.

Latifah hanya tersenyum tipis mendengar pujian Rahima pada masakan Aisyah, sedangkan Aisyah hanya menunduk malu mendengar pujian terus berdatangan padanya.

"Alhamdulillah kalau bu Rahima suka, Aisyah ikut senang." Balas Aisyah seadanya.

Bu Rahima tersenyum puas dengan hasil masakan Aisyah, rasanya begitu pas di lidahnya. Rahima makan dengan lahapnya, sampai beberapa kali menambah porsi makannya.

"Wah mah, sepertinya makanannya sangat nikmat sampai mamah nambah sebanyak itu?" Tanya Latifah cukup terkejut melihat porsi makan ibu mertuanya yang tidak biasa.

"Iya nih nak, ibu juga tidak tau tapi rasanya mau nambah terus." Jawab bu Rahima heran.

Latifah hanya tersenyum saja, begitu juga Aisyah yang merasa lucu melihat bu Rahima makan cukup banyak sekali.

Mereka pun melanjutkan makan siangnya dengan tenang dan nyaman, hanya suara alat makan saja yang berdenting di atas meja. Sampai akhirnya makanan di piring mereka masing-masing sudah habis, lalu Aisyah langsung merapikan piring-piring yang kotor itu dan membawanya ke wastafel.

"Aisyah, aku dan ibu ke ruang keluarga dulu ya? Nanti kamu ke sana saja, sambil membawa minuman dan kudapan ya?" Ucap Latifah memberitahu.

"Iya mba, nanti aku bawakan." Jawab Aisyah mengangguk paham.

Lalu Latifah dan bu Rahima pun melangkah ke ruang keluarga, mereka akan berbicara di sana saja. Karna tempatnya lebih nyaman, dan mereka juga masih menunggu Aisyah untuk ikut bergabung bersama mereka.

Kini Rahima dan Latifah sudah duduk berhadapan di ruang tengah, lalu Aisyah datang dan membawakan minuman untuk mereka semua.

"Aisyah, tolong duduk di sini!" Pinta Latifah pada Aisyah.

Aisyah yang tidak tau apa-apa, hanya mengangguk dan duduk di samping Latifah sesuai permintaan wanita itu. Sedangkan di hadapan mereka, ada bu Rahima yang menatap Latifah dengan wajah sendunya.

"Jadi, apa yang mau kamu sampaikan pada ibu nak?" Tanya bu Rahima pada Latifah.

Latifah menatap Aisyah dengan senyum tipisnya, sedangkan Aisyah merasa bingung karna tidak tau kenapa ia malah di minta untuk berada di sana juga. Latifah lalu menatap ibu mertuanya, dan menjelaskan maksud pertemuan ini.

"Ini tentang permintaan ibu sebelumnya, aku dan mas Rafka sudah berdiskusi dari hati ke hati. Perdebatan panjang pun terjadi di antara kami, dan akhirnya kami memutuskan untuk..." Ungkap Latifah sambil menahan sesak di dadanya.

Bu Rahima begitu serius mendengarkan perkataan Latifah, ia tidak sabar mendengar keputusan dari kedua anak dan menantunya itu. Sedangkan Aisyah malah merasa tidak nyaman, masalah keluarga seperti ini tidak ada hubungan sama sekali dengannya. Tapi kenapa Latifah malah memintanya untuk tetap tinggal, dan duduk bersama mereka?

'Ya Allah, semoga keputusan ini yang terbaik untuk kita semua. Semoga engkau ridho atas pilihan kami, dan tolong kuatkan hatiku ya Allah untuk tetap teguh pada pilihanku ini.' batin Latifah berdoa.

Latifah menghela napas panjang, seakan memiliki beban yang begitu berat di pundaknya.

"Mas Rafka akan berpoligami, untuk melanjutkan garis keturunannya dan menyempurnakan pernikahan kami yang belum sempurna ini." Sambung Latifah dengan senyum tipisnya.

Seketika suasana di ruangan itu sangat hening, karna tidak ada seorangpun yang membuka suaranya setelah pernyataan Latifah itu.

Bu Rahima tersenyum tipis mendengar jawaban itu, memang di satu sisi ia merasa senang tapi di sisi yang lain ia juga merasa sedih karna keputusan ini akan menyakiti hati Latifah sendiri.

"Kau yakin dengan pilihan itu nak? Poligami bukan hal yang mudah, kau harus ikhlas membagi suamimu untuk wanita lain juga." Tanya bu Rahima memastikan keputusan Latifah.

Latifah menatap ibu mertuanya sendu, ia memang belum sepenuhnya yakin dengan keputusan itu. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain, dari pada suaminya tidak memiliki garis keturunan yang sah.

"Aku yakin bu, mas Rafka juga butuh peneruskan? Lagipula tujuan pernikahan itu salah satunya adalah memperbanyak keturunan, jadi Insya Allah aku yakin dengan keputusanku ini." Jawab Latifah pasrah.

Rahima tersenyum lebar, ia benar-benar merasa bersalah karna sudah memaksa Latifah mengambil pilihan ini. Tapi mau bagaimana lagi, Rafka tidak mungkin hidup bersama dengan Latifah tanpa adanya seorang anak. Siapa yang akan mengurusnya nanti di saat mereka tua? Siapa yang akan meneruskan hak waris keluarganya?

Dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya Rahima terpaksa memilih jalan itu. Bukan ia tidak percaya pada Latifah, hanya saja waktu semakin maju dan mereka semakin tua. Sudah waktunya melihat seorang anak tumbuh dewasa, Rahima tidak memiliki pilihan lain selain mendesak mereka untuk melakukan itu.

"Maafkan ibu Latifah, kamu pasti sangat terluka dengan keegoisan ibu ini." Ungkap Rahima dengan sedih.

Latifah menatap ibu mertuanya itu dengan senyum tipis, ia tau jika ibu mertuanya itu juga terpaksa melakukannya. Ibu mana yang tega melihat anaknya menikah cukup lama, tapi belum juga memiliki keturunan satupun.

"Tidak apa bu, aku mengerti." Jawab Latifah dengan tenang.

Aisyah yang mendengar pembicaraan Latifah dan bu Rahima merasa tidak pantas berada di sana, ia hanya orang asing di sana tapi sudah di perdengarkan masalah keluarga seinti ini.

"Maaf mba, bu, sepertinya saya kembali ke belakang saja ya?" Izin Aisyah pada Latifah dan Rahima karna tidak nyaman mendengar semua masalah keluarga itu.

Latifah dan bu Rahima menatap Aisyah yang menunduk gelisah, lalu Latifah melarang Aisyah untuk kembali ke dapur karna ada hal yang ingin ia katakan juga pada Aisyah.

"Tidak Aisyah, kau harus tetap di sini karna ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." Jawab Latifah melarang.

Aisyah kembali menunduk, ia semakin bingung dengan semua itu. Kenapa ia tidak boleh pergi dari sana? Memang apa hubungannya masalah keluarga itu dengan dirinya?

"Tapi mba, rasanya tidak pantas orang luar sepertiku ini mendengarkan masalah keluarga kalian sedalam ini." Ungkap Aisyah pada Latifah.

Latifah tersenyum mendengar perkataan Aisyah, lalu ia pun menatap bu Rahima dan sepertinya bu Rahima juga sudah paham dengan maksud Latifah itu.

"Jadi, apa kau sudah menentukan calon istri kedua untuk Rafka? Kira-kira siapa dia?" Tanya Rahima memastikan.