Waktu semakin cepat berlalu, kini hasil laporan tes DNA tersebut berada di tangan Pragma. Pria yang masih terlihat kacau sampai saat ini Pragma masih bergetar, beranjak dari sofa saja rasanya masih sulit. Wajahnya pucat sekali bak orang yang kehilangan banyak darah.
"Tuan tidak ingin membuka hasilnya?" tanya Rudolp menyentuh bahu kanan Pragma.
Si empu menaikkan tatapannya hingga iris zamrud itu bertemu dengan iris abu-abu milik Rudolp. "Aku takut Rudolp." Detak jantungnya semakin berdegub tidak karuan, sekadar menghirup udara saja rasanya sangat sulit. Hasil tes DNA lebih cepat berada di tangannya pada siang hari, harusnya hasil tes DNA itu tiba pada sore hari. Tapi entah mengapa semesta seakan mendukung jika Rean bukanlah anaknya, Pragma semakin takut untuk menghadapi kenyataan pahit lagi.
"Apakah Gelora sudah keluar dari kamar?" tanya Pragma merasa takut untuk melihat sendiri keberadaan istrinya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com