17 Ch 17. Kencan

Farel dan Mia telah sampai di toko buku. Mia melihat Farel yang tengah asik memilih alat tulis, hal itu membuat Mia mengingat kenangan bersama Farel sebulan yang lalu.

"Farel, kamu inget ngga?"

"Inget apa?"

"Bulan lalu kita kesini."

"Ohh itu, emang kenapa?"

"Ngga apa-apa. Aku cuma ngga nyangka aja, kalau aku bisa pergi kesini lagi sama kamu."

"Aku juga," Farel tersenyum.

Blush!

"Malu ya? Mukanya merah gitu hahaha ...."

Mia menutup mukanya malu.

"Ah, menjijikan sekali," batin Farel.

"Udah ngga usah malu. Kamu harus terbiasa sama keisengan aku," ujar Farel berlalu.

"Terbiasa katanya?" gumam Mia seraya memperlihatkan senyum senangnya.

"Aku kesana dulu ya," ucap Farel yang dibalas anggukan.

"Sepertinya aku sudah selangkah lebih maju," pikir Mia.

Farel membuka ponselnya dan mengirim pesan kepadaku yang berisikan, "mau dibawain apa?"

Aku yang yang saat itu sedang tertidur tidak membalas pesan tersebut.

"Farel, aku udah nih. Kamu udah belum?" tanya Mia.

"Udah juga, ayo bayar dulu."

Mia mengangguk.

"Mungkin lagi tidur," tebak Farel yang belum menerima balasan dariku.

Setelah mereka puas berbelanja alat tulis serta melihat-lihat buku, mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

"Mau makan dimana?" tanga Farel.

"Di Burger Queen aja, aku lagi pengen burger hehehe ..." jawab Mia.

"Ok ...."

Mereka langsung pergi ke Burger Queen, mengantri sebentar, memesan makanan, memilih kursi, menunggu dan mengambil pesanan. Disana mereka asik bercanda tawa, sesekali berbicara serius mengenai sekolah.

"Duh besok ada ulangan harian," keluh Mia.

"Ulangan apa?"

"Fisika, gurunya mau mastiin kalau kita udah paham apa belum."

"Semangat ya! Aku tau kamu bisa."

"Makasih Farel!"

Farel membalasnya dengan tersenyum.

Drrttt drttt!

"Sebentar dulu ya Mia," ucap Farel mengambil ponselnya yang bergetar.

Farel membukanya dan terpampang namaku, aku membalasnya dengan, "ngga usah, di rumah ada makanan kok. Kamu bersenang-senang saja."

Terlihat kekecewaan pada wajah Farel.

Mia kebingungan, siapa dan apa yang membuat Farel memasang ekspresi kecewa.

Farel langsung membalasnya dengan, "yakin? Biasanya pengen Bubble Drink."

Tidak butuh waktu lama, Farel mendapatkan pesanku, "boleh juga hahaha ... yang biasa ya."

Farel langsung memperlihatkan senyumnya membuat Mia kembali bingung.

Farel mengirim stiker 'ok' sebagai balasannya.

"Dari siapa sih itu? Sampe bisa buat kamu kecewa dan senang dalam waktu singkat," ujar Mia.

Farel tidak menjawabnya, ia mengalihkannya dengan berkata, "ayo makan, habis ini mau kemana lagi? Mau nonton?"

"Nonton?"

"Iya, kalah kamu mau."

"Ngga usah, aku lebih suka ke Timezone."

"Ok deh!"

"Ngga peduli dia siapa, yang pasti Farel menjadi kekasihku," batin Mia.

***

"Kalau yang kalah harus beliin es krim!" ucap Mia menantang.

"Ok, siapa takut!"

Mereka menggesek kartunya dan memulai bermain basket.

"Wow, hebat juga kamu," puji Farel yang melihat skornya hanya selesih 3 point.

"Iya dong! Gini-gini aku bisa main basket. Liat aja aku pasti menang!"

"Tidak semudah itu hahaha ..."

Beberapa menit kemudian...

"Yes! Aku menang!" seru Farel.

"Yahh ... kamu hebat banget sih."

"Iya dong! Aku juga bisa main basket tau!"

"Kalau gitu, kenapa ngga ikut ekskul basket aja?"

Deg!

Pertanyaan Mia membuat kenangan Farel bersama Devan saat bermain basket terlintas.

Saat itu, Farel dan Devan sedang berkunjung ke rumah Nadine. Lalu, ada dia yang membawa bola basket. Awalnya hanya aku dan Nadine yang mencoba-coba memasukan bola ke rak, sedangkan Farel juga Devan sedang bermain permainan di ponselnya. Namun, ketika hujan tiba mereka bermain sedangkan aku dan Nadine berteduh. Farel sangat ingin mengalahkan Devan, Farel tidak menyangka si penggila puisi ini bisa bermain basket. Kini Farel menganggap bahwa ini merupakan kenangan yang indah.

"Farel? Kok ngelamun?" ucap Mia tepat di depan wajah Farel. Hal ini membuat Mia kembali deg-deggan.

"Eh? Maaf ya ..."

"Ah ... iya ngga apa-apa kok."

"Sekarang mau main apa lagi?"

"Balapan mobil yu!"

Farel segera menyetujuinya.

Mereka sangat menikmati setiap permainan, dimata orang lain mereka seperti pasangan kekasih, maka tak heran jika pegawai Timezone ini menganggap mereka sepasang kekasih.

"Wah udah banyak nih ..." ucap Mia riang.

"Mau dituker?" tawar Farel.

"Tentu saja!"

"Kamu aja yang pilih mau apa, aku mau beli minum dulu. Kamu mau apa?"

"Ice Tea aja."

"Ok! Kalau aku lama datengnya tunggu di situ aja ya," Farel menunjuk tempat duduk yang tak jauh dari sana.

"Siap!"

Farel langsung membeli minuman.

"Nih mba ..." Mia memberikan tiketnya.

Lalu, pegawai tersebut segera menghitung tiket. Selagi menghitung mbanya berkata, "ka, itu pacarnya ya?"

"Eh? Apa mba?"

"Duh ngga usah malu kak. Kakak cocok banget lho, yang langgeng ya kak."

"Bahkan orang asing bilang aku cocok dengan Farel? Memang Farel jodohku," pikir Mia.

"Ka, totalnya ada 50 tiket ya," ujar pegawai tersebut.

Mia segera menukarkan dengan cemilan. Ia hanya memilih yang bisa dimakan.

Mia menuruti permintaan Farel tuk menunggu di tempat duduk.

"Ngantri kali ya," batin Mia.

"Maaf lama," ucap Farel dengan 3 gelas cup.

"Iya, aku ngga lama kok nunggunya," balas Mia.

"Oh iya ini," Farel menyerahkan minumnya.

Mia menerima minum tersebut sambil melihat minuman yang ada di tangan Farel.

"Udah mau malem nih, pulang yu!" ajak Farel.

"Iya."

Mia masih saja memperhatikan minuman tersebut karena rasa penasarannya yang sangatlah besar, "buat siapa ya? Apa buat Farel sendiri?" Mia terus-terusan memikirkan hal yang tak perlu.

"Kamu kenapa?" tanya Farel yang sadar bahwa Mia terus memperhatikan minuman tersebut.

"Itu apa Rel?" tanya Mia yang sudah tidak bisa menahan lagi.

"Oh ini, Bubble Drink buat Kei."

Mia merasakan sedikir rasa sakit dihatinya. "Bagaimana bisa Farel tetap memikirkan Kei? Apakah selama ini ia selalu memikirkan Kei? Apa jangan-jangan tadi chat sama Kei?" begitulah isi hati Mia.

"Kei suka Bubble Drink ya, sampe kamu beliin," gumam Mia.

"Eh apa Mia?" sahut Farel.

"Ngga apa-apa kok."

"Bener?"

"Iya, ayo pulang!" ucapnya seraya memakai helm.

***

Farel mengantarkan Mia dengan selamat.

"Makasih Farel, aku seneng banget. Semoga lain kali kita bisa main bareng lagi," ucap Mia.

"Aku juga makasih ...."

Mia tersenyum, "udah sana pulang, nanti kemaleman."

"Pamit ya, sampai jumpa besok."

"Sampai jumpa besok Farel," balas Mia.

Mia memperhatikan Farel sampai Farel benar-benar sudah tak terlihat.

"Aku harap suatu hari nanti kamu hanya memikirkanku," ucap Mia penuh harap.

.

.

.

Farel telah sampai di rumahku. Farel segera mengirim pesan, "aku udah di depan."

Tanpa ada balasan, aku langsung keluar menemui Farel.

"Hai Farel, gimana kencannya?" tanyaku.

"Kencan?"

"Iya, pasti jadinya kencan deh."

"Siapa bilang?"

"Udah ngga udah malu gitu, aku seneng kok kalau kamu jadian sama Mia. Lagipula kalian cocok."

"Ngaco kamu!"

Tak!

Farel menjitakku.

"Ish, sakit tau!"

"Siap suruh ngomong yang ngga-ngga."

Aku memajukan bibir dengan tangan di depan dada.

"Udah ngga usah ngambek gitu, nih," Farel menyodorkan Bubble Drink.

"Aku pikir ngga jadi, makasih ya!" ucapku.

"Sama-sama, di minum ya."

"Pastinya dong! Udah sana pulang."

"Ngusir nih?"

"Iya! Udah sana hahaha ..."

"Dasar, ya udah ... aku pulang ya."

"Iya, daahh Farel."

"Daahh Kei."

***

avataravatar
Bab berikutnya