webnovel

Mengajak Menikah

"Menikah denganku atau bayar sekarang kerugian yang sudah kau timbulkan!"

Suara bariton dari Alvian Bimantara, General Manager Hotel Golden Royals itu berhasil membuat Rieta Sharon terkejut bukan main dalam hitungan detik.

Menikah atau bayar ganti rugi?

Dua hal mustahil bisa dilakukan oleh Rieta saat ini. Pertama menikah dengan pria yang baru dikenalnya itu adalah hal yang tidak masuk akal baginya, ditambah dirinya mempunyai kekasih. Kemudian yang kedua, membayar ganti rugi dengan jumlah senilai dua ribu dolllar, dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Rieta meremas ujung pakaian seragam cleaning service yang melekat di tubuhnya itu, lalu memberanikan diri mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk.

"Maaf, Tuan. Anda mungkin salah bicara mengajak wanita miskin dan lusuh sepertiku untuk menikah dengan anda. Lalu untuk ganti rugi, bisakah aku membayarnya dengan cara anda memotongnya dari gajiku saja. Bahkan kalau semua gajinya pun tidak masalah, Tuan," ucapnya mencoba bernegosiasi.

Gadis berusia dua puluh enam tahun itu menjerit di dalam hatinya karena mengingat betapa bodohnya beberapa menit yang lalu, ketika ia membuang kertas yang dikiranya sudah tidak terpakai karena sudah kusut serta berada di dekat tempat sampah, tapi nyatanya itu data proyek penting yang bernilai ribuan dollar, lalu sialnya itu tidak ada salinannya dan dirinya harus membayar ganti rugi karena menghilangkan data penting.

Alvian mengangkat dagunya dengan tatapan angkuh begitu mendengar ucapan pegawai rendahan seperti Rieta yang berani tawar menawar dengannya.

"Beraninya kau menolakku? Kau pikir berapa gajimu sebulan? Seumur hidupmu pun bekerja di sini tidak akan mampu membayarnya! Apa kau tahu itu hah," tegasnya.

Rieta melipat bibirnya dan terdiam mendengar ucapan Alvian. Kenyataannya memang gajinya yang kecil tidak sebanding dengan jumlah uang yang harus digantinya. Jika dikumpulkan pun butuh ratusan tahun untuk bekerja.

Alvian mendengus dingin. "Mungkin kau lebih memilih dipenjarakan daripada memilih dua hal tadi," ujarnya terdengar tidak main-main.

Wajah Rieta langsung memucat mendengar ancaman Alvian. Jika dirinya dipenjara, siapa yang akan merawat ibunya di rumah sakit dan juga dengan adik kecilnya?

Rieta yang hampir putus asa pun terpaksa berlutut di depan Alvian. "Sekali lagi aku minta maaf, Tuan. Aku tidak sengaja menghilangkannya. Tolong berikan keringanan untukku. Aku hanya pegawai rendahan yang tidak punya apapun untuk--"

"Salah!" potong Alvian, "kau punya tubuh yang bisa digunakan untuk terbebas dari masalah ini," tambahnya dengan nada dingin.

Bagi Rieta ucapan Alvian sama saja dengan merendahkannya. Ia memang miskin dan serba kekurangan, tapi baginya pantang untuk menjual diri. Bahkan sampai saat ini dirinya masih menjaga keperawanannya meskipun memiliki kekasih.

Rieta yang masih berlutut itu mengepalkan tangannya.

"Maksud anda apa bicara seperti itu? Anda pikir aku wanita murahan yang mau melakukan apapun demi uang?Sampai mati pun aku tidak akan menggadaikan kehormatanku pada pria yang bukan suamiku," tegasnya. Ia memang sedang di posisi lemah, tapi tidak terima jika direndahkan.

Alvian tertawa sumbang mendengar ucapan berani dari pegawai rendahan di depannya itu. Ia pun beranjak dari kursinya, lalu duduk pada pinggiran meja kerjanya.

Alvian menatap lurus pada Rieta yang berjarak satu meter dengannya.

"Kau pikir aku mengatakan dirimu itu murahan? Aku berkata kau bisa menggunakan tubuhmu itu untuk menikah kontrak denganku. Maka kau akan mendapatkan keuntungan besar," tuturnya.

Rieta sedikit tercengang dengan ucapan Alvian, karena ia salah mengartikan perkataan GM yang baru dua bulan bekerja di hotel tersebut, namun menikah kontrak pun baginya bukan perkara mudah.

Selain khawatir kekasihnya akan marah dan kecewa, ia pun mendengar rumor jika pria berparas rupawan itu sering bergonta-ganti wanita di luar sana.

Dan tidak menutup kemungkinan bagi Rieta sendiri, bahwa Alvian bisa saja melecehkannya dengan dalih pernikahan kontrak. Ia pun tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

"Tetap saja, Tuan. Aku tidak bisa menerima tawaran anda tentang menikah kontrak. Selain itu, kenapa harus aku? Bukannya ada banyak wanita lain yang lebih sempurna untuk anda ajak menikah," tuturnya tanpa berani menatap langsung wajah Alvian.

Alvian tergelak dengan kata-kata Rieta yang diluar dugaannya.

"Kau memang benar. Tapi, aku terlalu pemilih ... Bukankah namamu Rieta Sharon? Ibumu dirawat di rumah sakit jiwa dan kau tinggal dengan adikmu yang baru berusia tujuh tahun. Satu lagi, apa harus kukatakan apa yang terjadi sepuluh tahun tentang ayahmu--" Alvian sengaja menggantungkan ucapannya.

Rieta terhenyak dengan masih menundukkan pandangannya, tak ayal jantungnya pun berpacu cepat setelah mendengar perkataan Alvian tentang latar belakangnya.

Bagaimana bisa pria di depannya itu tahu tentang masa lalunya? Bahkan tentang keadaan ibu dan adiknya saat ini. Ia selama ini menutup rapat semua tentang keluarganya, termasuk dari kekasihnya sendiri yang hanya tahu ibunya sakit biasa. Bukannya karena malu, dirinya tidak ingin menjadi beban orang lain dan dikasihani.

Melihat sesaat bagaimana raut wajah Rieta yang semakin memucat, Alvian tersenyum miring.

Sedangkan Rieta dengan pandangannya yang tertunduk, tampak jelas kedua tangannya gemetaran."Ba-bagaimana Tuan tahu itu semua? Siapa anda sebenarnya?" tanyanya dengan terbata.

Alvia menyeringai."Dengan uang mencari tahu latar belakangmu itu sangat mudah. Tapi apa jadinya jika orang-orang tahu tentang latar belakang keluargamu? Bukankah sepuluh tahun terakhir ini kau susah payah untuk bisa hidup?" ujarnya terdengar seperti sebuah ejekan.

Kata-kata Alvian berhasil meluluh lantahkan hati Rieta yang selama ini berusaha untuk bisa hidup bahagia dalam kesulitan.

Kini seluruh tubuhnya gemetaran. Ia tidak akan lupa ketika perbuatan sang ayah yang membuatnya dan sang ibu hancur dalam semalam. Hidup dalam kemiskinan dan tatapan menghina orang-orang begitu menyakiti perasaannya hingga saat ini.

Meskipun miskin, tidak pernah sekalipun bagi Rieta untuk mendewakan uang di dalam hidupnya. Ia yakin selalu ada jalan di balik semua kesulitannya.

Alvian tersenyum tipis melihat Rieta yang tampak berpikir dengan keras. "Jadi, apa keputusanmu sekarang?" tanyanya.

Rieta menarik napasnya dalam-dalam untuk mengurai cemasnya. Ia sudah memutuskan akan melakukan apa demi kebaikannya sendiri. Sekalipun jalan yang dipilihnya itu sulit dan mustahil untuk dilalui.

"Aku akan membayar uang ganti rugi. Tuan. Tapi, bisakah anda beri aku waktu untuk membayarnya dan tolong jangan katakan pada siapapun tentang keluargaku pada orang-orang, aku yakin itu tidak ada untungnya buat anda, tapi bagiku itu adalah hidup dan matiku," ucapnya setengah memelas. Ia akan mencari cara untuk mendapatkan uang asalkan tidak dengan menjual tubuhnya.

Namun, tiba-tiba saja Alvian membungkukan badannya, lalu menarik tangan Rieta yang masih berlutut sehingga mengikis jarak di antara keduanya.

Rieta langsung melebarkan matanya karena perlakuan Alvian yang mendadak tersebut.

"Lepaskan! Apa yang anda lakukan?!" pekik Rieta meronta. Ia bahkan tidak pernah sedekat itu dengan kekasihnya sendiri.

Tangan Alvian bergerak menyibak helai rambut Rieta yang dikuncir satu dan terlihat berantakan.

Bersamaan bola mata Rieta yang melebar mengikuti pergerakan tangan kokoh Alvian. Apa yang akan dilakukan pria itu kepadanya?