Hilman telah mendapatkan ponsel untuk istrinya. Ia segera kembali ke rumah. Di perjalanan pulang, ia juga telah membeli makanan untuk kedua istrinya dan juga untuk Pramono. Sore hari angin semakin kencang. Membuat Hilman beberapa kali harus membetulkan posisinya. Motor besarnya tidak akan terimbas besar tapi cukup membuatnya oleng. Apalagi beberapa daun hijau berterbangan. Pusaran angin juga membawa daun-daun kering juga debu di sepanjang jalan.
"Hiiihhhh ... rasanya baru kemarin musim hujan. Apakah mau kemarau lagi? Ah, cuaca makin tidak menentu." Hilman sesekali mengusap matanya yang terkena debu. Jalanan di sepanjang perjalanan penuh dengan debu berterbangan. Sudah dua minggu terakhir, tidak ada hujan mengguyur. Seakan tahu Laila tidak ada di rumah selama itu.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com